Bareksa Insight : Kinerja Manufaktur RI Tetap Kuat, Cuan Reksadana Ini Bisa Melesat
Data aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi diharapkan dapat memperlambat kenaikan suku bunga acuan AS
Data aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi diharapkan dapat memperlambat kenaikan suku bunga acuan AS
Bareksa,com - Pelemahan nilai tukar rupiah ke level Rp15,300 per dolar Amerika Serikat serta tingginya inflasi September di level 5,95% secara tahunan turut mempengaruhi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini (3/10/2022).
Meski begitu, Tim Analis Bareksa menilai Indeks Manufaktur RI pada September 2022 tetap bertahan di level ekspansif karena tingginya permintaan seiring pemulihan ekonomi. Likuiditas perbankan juga masih longgar untuk kebutuhan ekspansi kredit. Hal ini diproyeksikan akan turut menopang kinerja positif reksadana berbasis saham untuk jangka pendek.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga BBM Turun dan Rilis Inflasi, Ini Dampaknya ke Reksadana
Promo Terbaru di Bareksa
Imbal hasil (yield) acuan obligasi AS menguat signifikan dan sempat kembali ke level 3,5% dari sebelumnya di kisaran 3,8% karena pelaku pasar melihat rilis data aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi. Hal ini diharapkan dapat memperlambat kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengingatkan mayoritas negara dunia terhadap risiko resesi global yang akibat pengetatan kebijakan moneter dan menyerukan untuk menerapkan strategi baru. Menurut Tim Analis Bareksa sejumlah hal tersebut dapat menopang penguatan terbatas kinerja reksadana pendapatan tetap.
Kinerja pasar saham nasional yang tercermin dari IHSG pada Senin (3/10/2022) turun 0,44% ke level 7.009,72. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 03/10/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 7,4%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Ancaman Resesi Global Menghantui, Ini Instrumen Investasi yang Aman dan Cuan
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Memmpertimbangkan sentimen pelemahan kurs rupiah, lonjakan inflasi hingga seruan PBB atas ancaman resesi global tersebut, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor mencermati 3 jurus ini agar investasinya tetap cuan maksimal :
1. Memasuki kuartal IV 2022, target IHSG hingga akhir tahun menurut konsensus pasar masih berada di kisaran 7,500-7,600. Smart Investor dengan profil risiko agresif dapat memanfaatkan penurunan IHSG di rentang 6,900-7,000 untuk melakukan akumulasi bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks, terutama yang berbasis saham kapitalisasi besar.
2. Tingginya inflasi dalam negeri dapat mendorong Bank Indonesia untuk kembali menaikkan suku bunga acuan serta bisa mengakibatkan pelemahan yield acuan obligasi RI dalam jangka pendek. Smart Investor dapat tetap mencermati pergerakan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk saat ini.
Simak juga : Bareksa Insight : Inggris Terapkan Pelonggaran Kuantitatif, Angin Segar Bagi Reksadana Ini
Beberapa produk reksadana saham, reksadana indeks, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 3 Oktober 2022)
Reksadana Pasar Uang
Syailendra Dana Kas : 15,05%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,16%
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 17,32%
Mandiri Investa Dana Syariah : 12,64%
Imbal Hasil 1 Tahun (per 3 Oktober 2022)
Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 23,65%
BNP Paribas Sri Kehati : 23,71%
Reksadana Saham
Sucorinvest Equity Fund : 22,85%
Batavia Dana Saham Syariah : 13,73%
Baca juga : Bareksa Insight : Jurus Agar Investasi Cuan Terus, Saat Tekanan Pasar Global Makin Berat
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.