Suku Bunga Dolar dan BI Naik, Ini Strategi Cuan Investasi Reksadana dan ORI022
ORI022 memberikan imbal hasil menarik 5,95% fixed hingga jatuh tempo
ORI022 memberikan imbal hasil menarik 5,95% fixed hingga jatuh tempo
Bareksa.com - Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga acuan, menyusul kebijakan yang juga diambil oleh bank sentral Amerika Serikat meski latar belakang kondisi berbeda di dua negara. Smart Investor dapat mengatur langkah investasi di reksadana dan Surat Berharga Negara Ritel sesuai profil risiko dan tujuan keuangan.
Pekan lalu, Bank Sentral Amerika (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 3-3,25%, tertinggi sejak 2008. Demi mengendalikan inflasi, The Fed mengatakan bahwa suku bunga akan tetap dinaikkan meskipun menghambat pertumbuhan ekonomi.
Seiring dengan langkah The Fed, Bank Indonesia (BI) juga kembali menaikkan BI 7DRRR sebesar 50 bps ke level 4,25%, di atas konsensus pasar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan proyeksi inflasi dalam negeri bakal meningkat hingga akhir tahun menjadi di atas 6% YoY, akibat kenaikan harga bahan bakar (BBM).
Promo Terbaru di Bareksa
Baca juga Suku Bunga Acuan BI Naik ke 4,25%, Ini Dampaknya ke Reksadana
Tabel Kebijakan Tingkat Suku Bunga Acuan Global
Tingginya inflasi akibat berlanjutnya ketegangan politik Rusia-Ukraina yang menyebabkan gangguan rantai pasokan global serta melonjaknya harga komoditas, mendorong mayoritas negara di dunia melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk meredam inflasi tersebut.
Hal ini semakin menguatkan perlambatan ekonomi yang diproyeksikan berlangsung hingga 2023. Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi global tahun ini hanya tumbuh sekitar 2,7% secara tahunan (year on year/YoY) dan sedikit melambat di 2023, tumbuh sebesar 2,6% YoY.
Lain halnya dengan Indonesia yang saat ini kondisi dalam negeri masih cukup baik karena kuatnya konsumsi masyarakat seiring pemulihan dari pandemi serta diuntungkan dari ekspor komoditas. Meski suku bunga naik, diproyeksikan belum akan terlalu membebani ekonomi dalam negeri. BI sendiri masih memperkirakan ekonomi Indonesia dapat bertumbuh sekitar 4,5-5,3% YoY di 2022.
Namun, karena proyeksi inflasi dalam negeri yang masih tinggi dan potensi kenaikan lanjutan suku bunga BI, hal ini dapat menahan daya beli masyarakat dalam jangka pendek. Selain itu, imbal hasil (yield) acuan obligasi pemerintah juga masih dapat naik untuk menjaga selisih yang atraktif dengan yield acuan AS. Selisih yield 10 tahun SBN Indonesia dengan AS saat ini berada di kisaran 3,5%, di bawah rata-rata 10 tahun di 5,2%.
Sebagai catatan, selisih yield yang tipis, mempertimbangkan risiko kredit Indonesia, membuat obligasi pemerintah kurang menarik dibandingkan dengan surat utang AS (US Treasury). Sehingga wajar bila pasar obligasi nasional sedikit tertekan.
Melihat sejumlah kondisi tersebut, risiko di pasar modal masih cukup tinggi dan dapat mengakibatkan naiknya fluktuasi pasar. Sehingga, ada baiknya investor tetap diversifikasi pada reksadana pasar uang serta produk SBN Ritel yang baru ditawarkan mulai Senin 26 September 2022, yakni ORI022.
ORI022 ditawarkan dari 26 September – 20 Oktober 2022 dengan imbal hasil menarik sebesar 5,95% per tahun (belum dipotong pajak). Kupon yang ditawarkan bersifat fixed rate (tetap) dan akan dibayarkan setiap bulannya hingga jatuh tempo pada 15 Oktober 2025.
Baca juga Kemenkeu Tetapkan Imbal Hasil ORI022 Sebesar 5,95%, Tertinggi Tahun Ini
Apa yang harus dilakukan investor?
Melihat sejumlah sentimen di atas, investor juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut.
Investor dengan profil risiko agresif dapat melakukan aksi pengalihan bertahap reksadana saham dan reksadana indeks yang sudah untung di atas 5%, ke reksadana pasar uang. Lalu, investor dapat wait and see (menunggu) terlebih dulu dan kembali cermati reksadana berbasis saham jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan di bawah level 7.100.
Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat wait and see untuk mencermati pergerakan yield acuan beberapa pekan ke depan, karena masih berpotensi melemah menyesuaikan kenaikan suku bunga.
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Kinerja Reksadana
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
---|---|---|
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Capital Money Market Fund | 4,39% | 17,31% |
Syailendra Sharia Money Market Fund | 4,04% | 15,62% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4,27% | 17,36% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 1 Tahun | 3 Tahun |
TRIM Dana Tetap 2 | 4,04% | 17,48% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 6,82% | 31,19% |
Sucorinvest Stable Fund | 6,80% | - |
Reksa Dana Saham & Indeks | YtD | 1 Tahun |
Avrist Ada Saham Blue Safir | 15,66% | 24,62% |
Bahana Dana Prima | 18,47% | 25,60% |
BNP Paribas Sri Kehati | 17,36% | 30,25% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 22 September 2022
Baca juga Gajian Beli Reksadana, Raih Voucher hingga Rp1 Juta dan Grand Prize iPad
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
PT Bareksa Portal Investasi atau Bareksa.com adalah platform e-investasi terintegrasi pertama di Indonesia, yang ditunjuk menjadi mitra
distribusi (midis) resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Bareksa telah mendapatkan penghargaan sebagai midis SBN terbaik selama tiga tahun berturut-turut dari Kementerian Keuangan RI. Penghargaan terbaru yang diterima adalah penghargaan sebagai Midis SUN dengan Kinerja Terbaik 2020 dan Midis SBSN dengan Kinerja Terbaik Kategori Fintech 2021.
Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN Ritel? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).
Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN Ritel di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, registrasi ulang akun di Bareksa untuk memesan SBN Ritel seri berikutnya.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.