Bareksa Insight : Risiko Inflasi Tinggi Bayangi Pasar, Emas Bisa Jadi Alternatif Investasi
Harga emas dunia kembali ke level terendah sejak April 2020 yakni di kisaran US$1,730 per troy ons
Harga emas dunia kembali ke level terendah sejak April 2020 yakni di kisaran US$1,730 per troy ons
Bareksa.com - Instrumen emas dapat dijadikan alternatif investasi di tengah risiko meningkatnya laju inflasi dan tingginya fluktuasi di pasar modal. Menurut Tim Analis Bareksa,emas logam mulia dinilai bisa jadi salah satu alat yang dapat melindungi nilai investasi dari risiko inflasi serta risiko global lainnya, selain reksadana pasar uang.
Saat ini, harga emas dunia juga kembali ke level terendah sejak April 2020 yakni di kisaran US$1,730 per troy ons. Sementara harga beli emas Pegadaian juga sudah terdiskon cukup besar dari Rp965.000 per gram pada Maret 2022 hingga jadi Rp883.000 per gram saat ini.
Baca juga : Bareksa Insight : BI Tak Agresif Naikkan Suku Bunga, Cuan Reksadana Ini Melesat
Promo Terbaru di Bareksa
Di sisi lain, pasar saham dan obligasi pekan lalu masih cenderung bergerak mendatar dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekitar 0,9% dan imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah Indonesia bergerak di kisaran 7,1-7,2%.
Menurut Tim Analis Bareksa, pelaku pasar masih menanti perbaikan data ekonomi dalam negeri, serta kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat selanjutnya.
Lihat juga : Bareksa Insight : Kenaikan Suku Bunga AS akan Makin Agresif, SR017 dan Reksadana Ini Bisa Dipilih
Pekan ini ada rilis data neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 yang diproyeksikan masih surplus, karena tingginya harga batu bara dunia. Hal ini bisa jadi sentimen positif bagi instrumen reksadana.
IHSG pada Jumat (9/9/2022) naik 0,15% ke level 7.242,66. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 09/09/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat turun ke level 7,17%.
Simak juga : Bareksa Insight : Harga Batu Bara Rekor All Time High, Cuan Reksadana Ini Terbang
Apa yang bisa dilakukan Investor?
Di tengah risiko inflasi tinggi yang membayangi kinerja pasar modal, Tim Analis Bareksa Bareksa menyarankan menerapkan 3 strategi ini agar kinerja investasi tetap cuan maksimal :
1. Mempertimbangkan kenaikan risiko global, serta tingginya fluktuasi di pasar saham maupun obligasi, investor dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di emas sebagai alat diversifikasi.
2. Reksadana saham dan reksadana indeks diproyeksikan bergerak terbatas hari ini mengingat masih minimnya sentimen dari dalam negeri. Smart Investor dapat mempertimbangkan pengalihan investasi (switching) ke reksadana pasar uang apabila sudah membukukan cuan di atas 5% di reksadana saham dan reksadana indeks.
3. Smart Investor juga masih bisa mencermati reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk saat ini dan dapat kembali masuk ke reksadana pendapatan tetap berbasis Obligasi Negara jika yield Surat Berharga Negara (SBN) acuan berada di kisaran 7,3-7,5%.
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Saham Meroket Pasca Harga BBM Naik, Cuan Reksadana Ini Melambung
Beberapa produk reksadana indeks, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan investor dengan profil agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 9 September 2022)
Reksadana Indeks
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 27,71%
BNP Paribas Sri Kehati : 27,01%
Reksadana Saham
Schroder Dana Prestasi Plus : 16,75%
Batavia Dana Saham Syariah : 17,16%
Imbal Hasil 3 Tahun (per 9 September 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 17,82%
Mandiri Investa Dana Syariah : 13,71%
Reksadana Pasar Uang
Syailendra Dana Kas : 15,26%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,47%
Simak juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Asing Masuk ke Obligasi Rp8 Triliun, Cuan Reksadana Ini Meroket
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.