Bareksa.com - Sejumlah faktor menjadi penopang kinerja pasar saham Indonesia di tengah ancaman badai resesi dari global. Smart investor dapat mempertimbangkan strategi investasi untuk meraih keuntungan di reksadana berbasis saham.
Pekan lalu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen. Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan dapat mendorong pertumbuhan kinerja keuangan emiten karena biaya modal tetap rendah, sehingga valuasi saham masih akan menarik.
Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan dan infrastruktur berpotensi mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level yang lebih tinggi karena tingkat inflasi yang tergolong terjaga membuat suku bunga tidak perlu dinaikkan.
Di samping itu, lembaga internasional Asian Development Bank (ADB) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2 persen tahun ini karena permintaan dalam negeri yang bagus dan pertumbuhan ekspor yang stabil.
Kabar positif juga datang dari Dana Moneter Internasional (IMF), yang menyatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi aman dari jurang resesi pada tahun 2022.
Baca juga Indonesia Bisa Hindari Resesi, Ini Strategi Investasi Robo Advisor Bareksa
Tingkat kepercayaan investor asing pada investasi di Indonesia terlihat dari masuknya aliran dana asing ke pasar saham. Sejak awal tahun hingga 21 Juli 2022 (YTD), aliran dana investor asing masuk ke pasar saham sekitar Rp47,5 triliun.
Maka dari itu, tidak heran bila kinerja IHSG saat ini lebih baik dibandingkan mayoritas negara-negara lain di dunia karena kondisi ekonomi yang mendukung.
Tabel Kinerja IHSG vs. Indeks Global
Indeks Saham Utama | Return YTD (%) |
Indonesia (IHSG) | 2,08 |
Singapura (FTSE Singapore) | 1,03 |
United Kingdom (FTSE100) | (2,37) |
Brazil (IBRX) | (6,17) |
Thailand (SET) | (6,69) |
India (BSE Sensex) | (7,50) |
Jepang (Nikkei 225) | (8,53) |
Malaysia (KLCI) | (9,02) |
Australia (S&P/ASX 100) | (9,77) |
Amerika Serikat (DJIA) | (14,73) |
Jerman (DAX) | (18,76) |
Amerika Serikat (S&P 500) | (20,27) |
Vietnam (VN Index) | (21,59) |
Korea Selatan (KOSPI) | (22,16) |
Average | (10,32) |
Sumber: Investing, Bareksa Research Team, data per 12 Juli 2022
Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan masih positif yang didukung oleh berbagai faktor. Survei BI menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan kredit selama tahun 2022 yang diproyeksikan mencapai 9,2 persen, lebih tinggi daripada 5,2 persen pada 2021. Hal ini juga akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan adanya pemulihan ekonomi pembangunan infrastruktur di Indonesia akan berlanjut. Selain itu, kinerja segmen telekomunikasi juga semakin membaik, terutama karena perkembangan digitalisasi di era pandemi yang membuat masyarakat lebih sering dan terbiasa menggunakan internet.
Terakhir, perkembangan penanggulangan Covid-19 yang semakin baik di Indonesia membuat konsumsi masyarakat terus meningkat.
Baca juga ADB & IMF Nilai RI Tahan Banting dari Badai Resesi, Waktunya Belanja Reksadana Ini
Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor tersebut, smart investor dengan profil risiko agresif dapat memanfaatkan momentum untuk membeli atau menambah reksadana berbasis saham.
Reksadana saham dan reksadana indeks memiliki peluang kenaikan dengan konsensus IHSG diproyeksikan dapat mencapai kisaran 7.300 - 7.500. Dibandingkan nilai IHSG saat ini di kisaran 6.800, terdapat potensi kenaikan IHSG sekitar 7-10 persen hingga akhir tahun.
Risiko global masih tetap ada dan mungkin dapat mempengaruhi penurunan IHSG. Jika IHSG dapat turun ke kisaran level 6.500 - 6.700, maka bisa menjadi kesempatan akumulasi investasi reksadana indeks dan reksadana saham berbasis sektor keuangan, infrastruktur (telco), maupun konsumsi.
Baca juga Suku Bunga BI Tetap Dongkrak Pasar Saham, Ini 10 Reksadana Paling Cuan Sepekan
Berikut daftar produk reksadana yang dapat dicermati investor
Reksa Dana Saham & Indeks | Return 1 Tahun | Barometer |
Avrist Ada Saham Blue Safir | 18,99% | 4,50 |
Bahana Dana Prima | 18,37% | 4,50 |
BNP Paribas Sri Kehati | 22,78% | 4,13 |
Sumber: Bareksa, Return NAV per 21 Juli 2022
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.