Bareksa.com - Sepanjang pekan ini yang merupakan pekan pertama hari kerja Bursa Efek Indonesia pasca libur panjang Lebaran 2022, pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok signifikan hingga 8,7 persen.
Ambrolnya kinerja IHSG selama empat hari beruntun di pekan kedua Mei 2022 tersebut mengakibatkan persentase kenaikan pasar saham sepanjang tahun ini tergerus hanya tersisa 0,28 persen. Secara harian, IHSG pada Kamis, 12 Mei 2022 turun 3,17 persen ke level 6.599,84.
Meski terus menurun, namun menurut analisis Bareksa, penurunan ini diproyeksikan hanya sementara, mengingat sejumlah data ekonomi dalam negeri masih menunjukkan pemulihan.
Dengan kondisi ini, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor mencermati reksadana saham berbasis sektor energi. Sebab saham-saham sektor energi tercatat masih naik signifikan hingga 36 persen sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD), seiring lonjakan harga komoditas.
Di sisi lain, meskipun imbal hasil (yield) acuan obligasi Indonesia melemah hingga ke level 7,5 persen, namun sejumlah obligasi pemerintah (Surat Berharga Negara/SBN), terutama bertenor pendek tercatat sedikit menguat pasca rilis data inflasi Amerika Serikat (AS). Penguatan SBN tenor pendek tersebut menopang penguatan tipis sejumlah reksadana pendapatan tetap.
Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS pada Kamis (12/5) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) Negara Paman Sam pada April 2022 naik 8,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YOY). Angka itu sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 8,5 persen. Meski begitu, angka inflasi AS April 2022 tersebut masih merupakan level tertinggi dalam 4 dekade terakhir.
Analisis Bareksa memproyeksikan untuk hari ini, di tengah minimnya sentimen, pasar obligasi akan cenderung bergerak mendatar.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Menurut analisis Bareksa, meningkatnya kebutuhan energi global menyebabkan harga komoditas masih berada di level cukup tinggi. Sehingga, Investor dapat mempertimbangkan untuk mengakumulasi investasi secara bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis sektor energi.
Selain itu, investor dapat mulai mempertimbangkan untuk kembali mengakumulasi investasi di reksadana pendapatan tetap berbasis SBN, jika yield acuan dapat menyentuh level 7,8 persen. Sebab secara historis terdapat potensi pembalikan arah (rebound) pada level tersebut.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Beberapa produk reksadana indeks, reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap dengan cuan menggiurkan yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko agresif dan moderat adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 6 Bulan (per 12 Mei 2022)
RHB SRI KEHATI Index Fund : 7,88 persen
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 5,18 persen
Sucorinvest Equity Fund : 9,51 persen
TRIM Syariah Saham : 5 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 12 Mei 2022)
Ganesha Abadi Kelas G : 18,55 persen
Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A : 16,91 persen
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.