Bareksa.com - Investor melakukan aksi jual (profit taking) di pasar saham pada perdagangan kemarin, setelah 2 hari sebelumnya secara beruntun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi kenaikan sekitar 1,7 persen. Tekanan aksi jual asing tersebut mengakibatkan penurunan kinerja mayoritas reksadana berbasis saham.
Meski begitu, menurut analisis Bareksa, investor asing tercatat masih memborong beberapa saham perbankan berkapitalisasi besar hingga mencapai Rp607 miliar. Sebab sektor ini dipercaya akan terdampak positif dari prospek pemulihan ekonomi di 2022.
Kondisi itu membuat reksadana yang memiliki portofolio saham perbankan big caps juga berpotensi mendulang keuntungan. IHSG pada 05 Januari 2022 turun 0,49 persen ke level 6.662,3.
Kondisi serupa, mayoritas harga obligasi juga melemah dan mengakibatkan penurunan kinerja sejumlah reksadana pendapatan tetap. Sentimen negatif yang membayangi pasar obligasi masih soal isu percepatan pengetatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang dikhawatirkan semakin mendorong arus dana asing keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Namun analisis Bareksa melihat, imbal hasil acuan obligasi Pemerintah Indonesia yang masih cukup menarik dibandingkan beberapa negara di Asia lainnya, yakni sekitar 6,4 persen, bisa menjadi daya tarik bagi investor.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Di tengah potensi pelemahan pasar saham dan obligasi akibat tekanan aksi jual investor asing, investor dengan profil risiko moderat dan agresif bisa mempertimbangkan beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana campuran yang memiliki catatan cuan menggiurkan berikut ini :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 5 Januari 2021)
Manulife Saham Andalan : 20,09 persen
TRIM Kapital : 8,96 persen
Syailendra Balanced Opportunity Fund : 20,21 persen
Sucorinvest Flexi Fund : 18,97 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 5 Januari 2021)
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 32,7 persen
Bahana Mes Syariah Fund Kelas G : 28,26 persen
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
***
Beberapa peristiwa penting yang diperhatikan investor dan diperkirakan bisa memengaruhi pergerakan pasar di antaranya :
Pemerintah menjamin ketersediaan minyak goreng dengan harga yang terjangkau di masyarakat dengan melalui skema subsidi. Pemerintah menetapkan batas atas harga minyak goreng sederhana di tingkat konsumen berada pada level Rp14.000 per liter. Pemerintah menyiapkan anggaran Rp3,6 triliun untuk 6 bulan ke depan dengan target 1,2 miliar liter yang tersubsidi. Pemerintah melalui Menteri Perdagangan juga akan membuat pertaturan HET dari harga minyak goreng.
Analisis Bareksa melihat kebijakan tersebut merupakan langkah yang baik dari pemerintah untuk menekan inflasi yang tinggi di tahun ini akibat kenaikan harga minyak goreng dan harga pangan lainnya. Diharapkan konsumsi rumah tangga dapat kembali meningkat dengan adanya subsidi yang diberikan oleh pemerintah.
Pada 2021, Angkasa Pura I melayani penumpang hingga 28,29 juta penumpang, turun 11 persen dibandingkan dengan pergerakan penumpang pada 2020 yang mencapai lebih dari 31,8 juta penumpang. Khusus pada Desember 2021 pergerakan penumpang meningkat 6 persen menjadi 3,6 juta penumpang dan pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) mobilitas masyarakat meningkat 8 persen dari periode yang sama tahun lalu dengan 1,94 juta penumpang.
Analisis Bareksa menilai mobilitas masyarakat tahun ini akan lebih baik lagi dikarenakan mulai terkendalinya penyebaran Covid-19 dan tingginya angka vaksinasi secara nasional.
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.