BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Harga Minyak Sentuh Rekor Terendah, Pertanda Apakah?

28 April 2020
Tags:
Harga Minyak Sentuh Rekor Terendah, Pertanda Apakah?
Gas flare dalam kilang minyak migas offshore di tengah laut

Syailendra Capital memperkirakan perlambatan ekonomi global berlanjut hingga kuartal kedua 2020

Bareksa.com - Harga kontrak minyak mentah dunia anjlok hingga mencapai level negatif akibat banyaknya pasokan yang tidak seimbang dengan permintaan. Hal ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa ekonomi global melemah seiring dengan pandemi virus corona COVID-19.

Syailendra Capital memandang bahwa melemahnya harga minyak memberikan sinyal perlambatan ekonomi yang masih akan berlangsung "Aktivitas belum akan pulih dalam waktu singkat, lockdown extension di beberapa negara akan mempengaruhi sentimen penurunan konsumsi dunia," tulis Syailendra dalam Market Insight yang disampaikan pada investor, 27 April 2020.

Harga minyak WTI mencapai level terendah minus US$37,6 per barel. Penurunan harga terjadi karena kapasitas penyimpanan di Amerika penuh akibat permintaan turun.

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, konsumsi minyak hanya sebesar 95,5 juta barel per hari (mbpd), lebih rendah 4 mbpd dibandingkan dengan produksi pada 2020.

Grafik Perbandingan Pasokan dan Permintaan Minyak

Illustration

Sumber: Syailendra Capital

Syailendra menilai permintaan ini masih dapat melemah lebih dari 10 mbpd karena terjadi lockdown pada lebih dari 40 persen populasi dunia. Dengan lebih dari 40 persen populasi dunia berada pada masa lockdown, kelebihan suplai minyak diperkirakan masih akan berlanjut hingga kuartal kedua 2020.

Konsumsi minyak diperkirakan akan menurun ke level 84-87 mbpd selama masa lockdown berlangsung dan diperkirakan akan pulih pada bulan Juli. Namun, kelebihan pasokan (excess supply) diperkirakan mencapai sekitar 15 mbpd pada bulan April.

Pergerakan Harga Minyak Brent dan WTI

Illustration

Seiring dengan pelemahan ini, pelaku pasar juga telah menurunkan perkiraan Produk Domestik Bruto (GDP forecast) untuk kuartal pertama 2020.

Perlambatan ekonomi global akibat COVID-19 sudah mulai dirasakan pada kuartal pertama 2020. Berdasarkan GDP Tracker Bloomberg, PDB kuartal pertama 2020 diperkirakan akan menyentuh pertumbuhan negatif.

Di saat bersamaan, pada minggu ini beberapa negara Uni Eropa akan melaporkan angka pertumbuhan PDB kuartal pertama 2020. Namun perkiraan pertumbuhan telah berubah menjadi negatif dari sebelumnya yang berada pada level pertumbuhan 1-2 persen.

Perlemahan harga minyak dalam jangka panjang akan mempengaruhi harga komoditas lain yang berperan sebagai substitusi minyak. Bagi Indonesia, sebagai negara eksportir bersih (net-exporter) batu bara dan kelapa sawit, penurunan harga akibat substitusi akan mempengaruhi defisit fiskal yang berpotensi melebar.

Indeks saham perkebunan (JAKAGRI) dan pertambangan (JAKMINE) di Bursa Efek Indonesia mempunyai korelasi yang kuat terhadap penurunan harga minyak. Hal ini juga berpengaruh pada pasar saham Indonesia yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Fokus pasar masih tertuju pada dampak COVID-19 terhadap ekonomi dunia. Kami memperkirakan hal ini masih akan berlanjut hingga kuartal kedua 2020," tulis riset tersebut.

Riset Syailendra tersebut menilai, harga minyak yang rendah memberikan dampak positif terhadap CAD dan stabilisasi Rupiah namun tidak bagi neraca fiskal.

Kondisi ekonomi ini menjadi sentimen yang membuat pasar volatil. Syailendra memperkirakan volatilitas pasar masih akan berlangsung selama kebijakan fiskal dan moneter yang diperkirakan masih akan bertambah di kemudian hari, baik bagi negara maju maupun berkembang

"IHSG belum akan pulih dalam waktu dekat. Rendahnya harganya minyak telah mempengaruhi confidence pasar. Namun, secara makro, Indonesia mendapatkan keuntungan dari kestabilan Rupiah.

Dalam kondisi perlambatan ekonomi yang masih tidak menentu, fokus pasar masih tertuju pada usaha pemberian stimulus dan perbaikan ekonomi. Kepastian pertumbuhan akan menjadi kunci awal kembalinya kepercayaan (confidence) terhadap IHSG.

Sebagai informasi, IHSG merupakan cerminan pasar modal Indonesia yang jadi acuan bagi berbagai investasi, termasuk reksadana yang berbasiskan saham seperti reksadana saham atau reksadana indeks saham.

Dalam berinvestasi, investor perlu mengingat ada risiko ketidakpastian kapan pasar akan kembali bangkit. Selain itu, reksadana saham disarankan untuk investor dengan profil risiko agresif yang bisa menerima risiko tinggi (risk taker) serta untuk investasi jangka panjang (di atas lima tahun).

Reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan. Adapun reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham, yang berisiko fluktuatif dalam jangka pendek tetapi berpotensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua