4 Tips Investasi Reksadana Nyaman dan Tetap Untung saat Pasar Naik-Turun
Jangan buru-buru mencairkan seluruh reksadana yang nilainya sedang turun ini
Jangan buru-buru mencairkan seluruh reksadana yang nilainya sedang turun ini
Bareksa.com - Pasar saham dan obligasi Indonesia tertekan bila dilihat kinerjanya sejak awal tahun ini, sehingga membuat sejumlah investor khawatir. Meskipun demikian, investor reksadana tidak perlu panik bila sudah mengetahui beberapa tips menghadapi gejolak pasar seperti ini.
Sebagai informasi, pasar saham secara year to date (hingga 20 Juli 2018) yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan sudah turun 7,6 persen. Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pun meningkat sehingga mengindikasikan pelemahan harga obligasi di pasar.
Mayoritas indeks reksadana, yang mencatat kinerja reksadana berdasarkan jenisnya, sejak awal tahun membukukan imbal hasil negatif, kecuali indeks reksadana pasar uang. Secara rinci, Indeks reksadana saham turun 5,02 persen, indeks reksadana pendapatan tetap turun 3,99 persen, indeks reksadana campuran turun 3,86 persen. Sementara itu, indeks reksadana pasar uang masih membukukan keuntungan 2,15 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Melihat hal ini, sebagian investor reksadana pun panik. Akan tetapi, jangan buru-buru mencairkan seluruh reksadana yang nilainya sedang turun ini. Baca dulu tips berikut.
1. Pahami risiko investasi
Investor wajib mengetahui profil risikonya sebelum memutuskan untuk berinvestsi di reksadana. Bila seorang investor memiliki karakter yang konservatif atau penghindar risiko, reksadana pasar uang cocok sebagai pilihan.
Dalam kondisi pasar saham berfluktuasi atau naik turun tajam dalam waktu singkat, produk reksadana pasar uang biasanya masih bergerak stabil sehingga tidak membuat investor khawatir. Namun, karena pergerakannya yang moderat, potensi keuntungan pun tidak terlalu tinggi sehingga butuh waktu lama bagi investor untuk mencapai tujuan investasinya.
Hal ini berbeda dengan investor dengan profil risiko tinggi yang berani mengambil risiko demi mendapat keuntungan lebih tinggi. Produk reksadana yang cocok adalah reksadana saham, sebab semakin tinggi tingkat return yang berpotensi diraih maka risikonya pun akan semakin tinggi (high risk high return).
2. Jangan panik, ingat tujuan keuangan
Bila investor sebelum berinvestasi sudah menetapkan tujuan dan merencanakan investasi, jangan panik ketika pasar berfluktuasi dalam jangka pendek. Tidak perlu mencairkan semua reksadana yang nilainya sedang turun tersebut karena justru investor bisa rugi karena dalam jangka panjang nilai investasi tersebut masih bisa akan naik.
Contohnya, bila kita ingin berinvestasi untuk pendidikan anak 10 tahun lagi, fluktuasi nilai investasi jangka pendek seperti ini tidak perlu membuat resah. Dalam waktu 1 atau 2 tahun, gejolak biasanya sudah pulih kembali. Bahkan menurut pengalaman harga setelah gejolak bisa lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Oleh sebab itu, di saat pasar seperti ini, ada baiknya investor jangka panjang tidak melihat portofolio setiap hari. Mungkin setahun sekali atau beberapa bulan sekali untuk memantau pergerakan dan mengambil langkah antisipasi agar tujuan investasi bisa tercapai.
Untuk investor yang tujuan keuangannya hampir sampai dalam jangka pendek, perlu mengambil langkah antisipasi atau mengubah portofolio dengan cara rebalancing, yang akan dijelaskan dalam poin ketiga.
3. Waktu untuk rebalancing
Bagi investor yang sudah mahir (advance), kondisi pasar ini bisa dijadikan kesempatan untuk menyeimbangkan portofolio atau rebalancing. Kondisi pasar (market) bisa dijadikan dasar keputusan mengalihkan reksadana dari satu produk ke produk lain (switching) demi meraih keuntungan lebih optimal. Kondisi pasar ini, contohnya seperti saat ini pasar obligasi dan pasar saham sedang mulai lesu (bearish).
Saat ini investor dapat melakukan rebalancing portofolio dari aset yang berisiko (risky asset) ke aset yang lebih defensif. Hal ini bisa dilakukan dengan switching dari reksadana yang memiliki risiko tinggi (reksadana saham/pendapatan tetap) ke reksadana yang lebih konservatif (reksadana pasar uang).
4. Tambah investasi
Pasar lagi turun kok kita malah membeli? Logikanya, di saat pasar turun, kita bisa bilang harga atau nilai aktiva bersih reksadana sedang murah. Seperti melihat barang diskon di pasar, kita bisa mengambil kesempatan ini untuk membeli produk yang harganya sedang murah dengan harapan akan bisa naik dan memberi untung lagi di masa depan.
Namun, bila kita terbilang investor yang masih awam dan bingung kapan waktu yang tepat untuk membeli, kita bisa menggunakan strategi pembelian rutin atau fasilitas autodebet dari rekening kita. Dengan cara ini, investasi kita bisa terus bertambah tanpa pusing memikirkan kondisi pasar seperti apa.
Semoga tips di atas berguna untuk para investor reksadana yang sedang bingung. Ayo berinvestasi sekarang karena semakin awal kita mulai berinvestasi reksadana, kesempatan untuk meraih keuntungan pun semakin besar.
* * *
Ingin berinvestasi reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.