Bareksa.com - Setiap muslim pasti ingin menjalankan ibadah di Tanah Suci, di tempat Islam bermula dan berkembang pertama kali. Ibadah haji di Tanah Suci wajib dilakukan untuk yang mampu, sedangkan umrah juga boleh dan disarankan bagi para muslim.
Bagi warga Indonesia, pergi berhaji harus menunggu kuota dari pemerintah karena jumlah penganut Islam di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Maka, kita harus bergantian dengan saudara muslim dari negara lain untuk melakukan ibadah haji yang berpuncak di Hari Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.
Oleh karena itu, sembari menunggu kuota haji, umat muslim dari Indonesia bisa melakukan perjalanan umrah yang dilakukan di luar musim haji. Ibadah yang hukumnya sunah ini juga dilakukan empat kali oleh Rasulullah Muhammad SAW sebelum beliau menunaikan haji.
Nah, kalau kita sudah berniat untuk pergi umrah, tentu ada ikhtiar atau upaya yang harus dilakukan sebagai persiapan pergi ke Tanah Suci sembari terus berdoa. Selain persiapan fisik, kita juga harus menyiapkan biaya yang tidak murah.
Menurut situs Al-Qadri, agen travel yang mengelola umrah dan haji sejak 1976, harga paket umrah reguler 9 hari untuk keberangkatan tahun 1441 H mulai dari Rp23,5 juta per orang. Untuk sejumlah kalangan, angka itu tidaklah sedikit.
Lantas, bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak itu untuk pergi umrah?
Menabung biasa di celengan dan tabungan bank tidaklah cukup. Kita perlu menabung di produk investasi yang bisa memberikan keuntungan lebih cepat dan optimal, seperti reksadana syariah.
Apa itu reksadana syariah?
Secara umum, reksadana merupakan wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta. Dana ini dikelola oleh manajer investasi sebagai pemodal atau investor untuk ditaruh dalam portofolio yang terdiri dari sejumlah aset. Aset investasi reksadana berbagai macam, di antaranya deposito, obligasi (surat berharga) dan saham.
Untuk reksadana syariah, aset investasi itu dipilih sesuai prinsip-prinsip Islami. Misalnya untuk saham, harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan kegiatan yang tidak berkaitan dengan barang haram, seperti rokok, minuman alkohol, atau usaha terkait perjudian. Rasio keuangan perusahaan juga harus memenuhi ketentuan, tidak boleh memiliki utang berbunga atau pendapatan dari bunga lebih dari persentase tertentu.
Tidak perlu khawatir tentang kehalalan investasi ini. Reksadana syariah sudah mendapatkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), melalui fatwa nomor 20/DSN-MUI/IV/2001.
Mekanisme reksadana syariah dilakukan dengan akad wakalah dan mudharabah yang sesuai dengan syariat Islam. Maka dari itu, reksadana syariah mendapatkan keuntungan bukan dari bunga (riba).
Reksadana syariah bisa memberikan keuntungan atau imbal hasil (return), yang datang dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada di dalam reksadana syariah. Contohnya, reksadana syariah jenis pasar uang memiliki mayoritas aset di deposito syariah dan obligasi syariah dengan jatuh tempo kurang dari setahun.
Menabung di reksadana syariah ini berbeda dengan menabung di bank, yang terkena potongan biaya administrasi bulanan dan pajak. Reksadana syariah menawarkan potensi keuntungan yang halal dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan menabung di rekening atau deposito bank.
Simulasi Reksadana
Untuk memahami bagaimana keuntungan reksadana ini, kita bisa menggunakan simulasi reksadana Bareksa yang berdasarkan kinerja historikal. Salah satu reksadana syariah jenis pasar uang yang ada di Bareksa adalah Capital Sharia Money Market.
Misalkan setahun yang lalu (Juni 2018) kita mulai menabung reksadana dengan modal awal Rp2 juta. Kemudian, setiap bulan di tanggal 1 kita menambah (top up) reksadana kita secara rutin sebesar Rp1,8 juta, atau sekitar Rp60.000 per hari.
Tanpa terasa, uang pokok yang telah kita kumpulkan mencapai Rp23,6 juta. Tunggu dulu, hasil investasi di reksadana tidak hanya segitu tetapi menjadi Rp24,46 juta. Artinya, ada pertumbuhan sebesar Rp861.137 atau sekitar 3,65 persen dari modal pokok kita selama setahun ini (13 Juni 2018 - 13 Juni 2019).
Untuk lebih jelasnya, lihat grafik berikut ini. Garis hijau menunjukkan uang pokok (modal) kita dan garis abu-abu menunjukkan hasil investasi di reksadana.
Sumber: Bareksa.com
Dengan menabung setara Rp60.000 per hari selama setahun, kita bisa mengumpulkan uang untuk membeli paket umrah ke Tanah Suci. Bahkan ada imbal hasilnya yang bisa digunakan untuk jajan atau membeli oleh-oleh di sana.
Perlu diingat, hasil investasi reksadana syariah tersebut sudah bersih dan tidak dipotong administrasi atau pajak lagi.
Ayo iringi doamu dengan berikhtiar menabung reksadana syariah untuk bisa pergi umrah ke Tanah Suci.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.