Berita Hari Ini: Peluang Investasi Emas; Prospek Pasar Obligasi Membaik
Kalbe siapkan skenario Rp1 triliun untuk vaksin Covid; Harga minyak menguat; Penyerapan anggaran Covid
Kalbe siapkan skenario Rp1 triliun untuk vaksin Covid; Harga minyak menguat; Penyerapan anggaran Covid
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkini dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Kamis, 27 Agustus 2020.
Peluang Investasi Emas
Emas logam mulia bisa menjadi pertimbangan untuk investasi, tetapi investor perlu berhati-hati karena meskipun aman masih ada risiko harga naik-turun.
Promo Terbaru di Bareksa
Head of Trading, Treasury and Markets, PT Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan menyebut investasi dalam bentuk emas harus sangat berhati-hati.
"Emas agak tricky. Soalnya bid offer tidak jelas, kadang tergantung toko," ujarnya dikutip CNBC Indonesia, Rabu (26/8/2020).
Dia mencontohkan, setelah krisis ekonomi 2008 selesai dan berangsur pulih, harga emas global mulai turun perlahan. Bahkan pada tahun 2013 tercatat sempat minus 9 persen dan kemudian bergerak flat.
Adapun cara lain menyimpan uang selain emas adalah dalam bentuk rupiah. Menurutnya, menyimpan uang dalam bentuk rupiah dinilai baik dan masih bisa menjadi pertimbangan.
Sementara itu, harga emas logam mulia Antam hari ini tercatat turun Rp10.000 menjadi Rp1.009.000 per gram dengan perubahan terakhir pada 26 Agustus 2020 pukul 8:42 WIB, menurut situs logammulia.com.
Meski harga emas Antam berfluktuasi dalam jangka pendek, dalam lima tahun terakhir harga emas dalam negeri sudah naik 75 persen dari Rp576.000 pada 28 Agustus 2015.
Vaksin Kalbe
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menyiapkan tiga skenario dalam memproduksi vaksin Covid-19 hasil kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, Genexine Inc. Salah satu skenario tersebut adalah menganggarkan investasi sekitar Rp500 miliar hingga Rp1 triliun untuk mendirikan fasilitas pabrik yang mampu memproduksi awal vaksin hingga 50 juta dosis.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perseroan bersama Genexine saat ini tengah melakukan uji klinis fase 1 yang dilakukan di Korea Selatan. Kemudian, uji klinis fase kedua dijadwalkan berlangsung pada Oktober atau November yang diperkirakan memakan waktu selama enam bulan.
Uji klinis dilakukan dengan koordinasi bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika berjalan sesuai rencana, hasil akhir produk vaksin tersedia pertengahan 2021.
"Pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak produksi awal. Kami punya beberapa pilihan. Skala kecil adalah 1-3 juta dosis dengan investasi minim karena hanya fill and finish, lalu skema menengah 10 juta dosis dan skema besar mulai dari 25 juta dosis yang minimal butuh Rp500 miliar," ujar Vidjongtius seperti dikutip Investor Daily, 27 Agustus 2020.
Dia mengatakan, skala produksi 25-50 juta dosis vaksin membutuhkan investasi karena mendatangkan mesin-mesin impor. Karena itu, pihaknya memprediksi anggara bisa sekitar Rp1 triliun. Besaran investasi juga tergantung dari seberapa cepat vaksin tersebut ingin tersedia di pasar.
Harga Minyak Global
Harga minyak mentah jenis Brent kembali menguat pada perdagangan hari ini berkat keputusan sejumlah produsen minyak di Amerika Serikat yang menutup produksi di lepas pantai Teluk Meksiko jelang Badai Laura. Selain itu, harga emas hitam ini juga terangkat karena optimisme atas pembicaraan dagang antara China-AS.
Akan tetapi, penguatan masih dibatasi di tengah kekhawatiran baru atas pandemi virus corona, yang telah menekan permintaan bahan bakar. Terlebih, berdasarkan laporan dari kawasan Eropa dan Asia tentang sejumlah pasien yang terinfeksi kembali Covid-19, meningkatkan kekhawatiran tentang kekebalan di masa depan.
Mengutip Kontan dari Reuters, Rabu (26/8) pukul 18.50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 8 sen, atau 0,2 persen menjadi US$ 45,94 per barel.
Namun, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 2 sen atau 0,1 persen ke lvel US$ 43,33 per barel. Kedua harga minyak acuan ditutup di level tertinggi dalam lima bulan pada sesi sebelumnya.
"Harga minyak mentah naik, terseret lebih tinggi oleh lonjakan harga bensin karena Badai Laura yang sedang menuju Pantai Teluk AS," kata analis ANZ dalam sebuah catatan pada hari Rabu.
Seperti diketahui, dua badai besar sedang menuju Teluk Meksiko yang menjadi rumah bagi produsen minyak AS. Alhasil, hampir semua produsen mengevakuasi 310 fasilitas lepas pantai dan menutup 1,56 juta barel per hari (bpd) produksi minyak mentah.
Jumlah ini setara 84 persen dari produksi lepas pantai di Teluk Meksiko. Jumlah ini juga hampir menyamai rekor saat Badai Katrina menghantam 15 tahun yang lalu.
Prospek Pasar Obligasi
Pasar obligasi Indonesia mulai bangkit dan terus membaik. Hal ini tercermin dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang terus bergerak naik.
Pada Selasa (25/8), ICBI berada di level 297,11 yang merupakan level tertingginya. Walau pada hari ini, Rabu (26/8) mengalami koreksi ke 296,65.
Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan tren positif ICBI didorong oleh indikator ekonomi dalam negeri yang mulai membaik. Mulai dari rupiah yang stabil, menyempitnya defisit neraca transaksi berjalan.
Dari sentimen global, Roby menilai saat ini sentimennya juga cenderung kondusif. Sementara bank sentral global juga masih terus berkomitmen untuk terus memberikan suntikan likuiditas yang melimpah.
“Dengan demikian kenaikan indeks tersebut mengindikasikan demang yang tinggi terhadap instrumen obligasi. Ini juga ditunjang dengan akumulasi Bank Indonesia, perbankan, serta mulai kembalinya investor asing masuk ke SBN,” kata Roby kepada Kontan.co.id, Rabu (26/8).
Terkait seri acuan yang jadi buruan di pasar obligasi, Roby melihatnya baik seri acuan lima tahun maupun sepuluh tahun diincar para investor secara merata.
Ke depan, Roby melihat obligasi Indonesia masih akan memiliki prospek yang baik. Namun syaratnya ekonomi Indonesia terus membaik, rupiah tetap stabil, serta rating Indonesia yang terjaga.
“Kalau untuk yield obligasi Indonesia, peluang ke depan untuk turun masih terbuka lebar,” pungkas Roby.
Anggaran Penanganan Covid-19
Pemerintah menganggarkan bidang kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun untuk penanganan covid-19. Namun, kini pemerintah justru melihat anggaran kesehatan hanya mampu terserap Rp 72,73 triliun atau 83 persen dari alokasi tahun ini.
Sampai Senin (24/8/2020) pagu anggaran kesehatan penanganan covid-19 baru terserap Rp 7,36 triliun atau baru mencapai 13,98 persen dari pagu yang sebesar Rp 87,55 triliun.
"Anggaran kesehatan alokasinya tetap Rp 87,55 triliun. Namun dari hasil analisis, proyeksi penyerapan sampai akhir tahun kemungkinan akan terserap Rp 72,73 triliun," jelas Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijino, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (26/8/2020).
Anggaran yang berpotensi belum terserap sampai akhir tahun tersebut, kemudian akan direalokasi ke program lain. Bisa dalam bentuk usulan program baru atau optimalisasi atau penambahan terhadap program yang sudah ada, tapi masih dalam kelompok kesehatan.
"Namun dengan usulan program yang baru, yang lebih operasional dan bisa merealisasi anggaran. Program barunya masih di dalam cakupan 6 kelompok Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional)," tutur Susiwijono.
Keenam program kelompok penanganan covid-19 dan PEN yang dimaksud Susiwijono yakni di bidang kesehatan, perlindungan sosial, sektoral/ pemerintah daerah, dukungan UMKM, pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.