Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 1 Maret 2019 :
SR-011
Memasuki bulan Maret, pemerintah mulai menjajakan surat berharga negara (SBN) ritel anyar. Kali ini pemerintah menawarkan SBN ritel berbasis syariah, yakni sukuk ritel seri SR-011. Masa penawaran SR-011 dimulai pada hari ini hingga 21 Maret mendatang. Pemerintah menetapkan tingkat imbalan SR-011 sebesar 8,05 persen.
"Kupon SR-011 sebesar 8,05 persen fixed rate," kata Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah seperti dikutip Kontan.
Tingkat kupon ini memang lebih mini ketimbang SBN ritel yang lebih dulu diterbitkan di awal tahun ini. Perbedaan tersebut terjadi karena karakteristik SR-011 berbeda. Dwi menjelaskan, SR-011 dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan memiliki tenor yang lebih lama, yakni tiga tahun.
Sementara SBR-005 dan ST-003 yang dirilis sebelum ini hanya bisa dicairkan lebih awal pada periode tertentu yang ditetapkan. Dengan keunggulan ini, analis optimistis SR-011 bakal laris manis.
PT Timah Tbk (TINS)
Perseroan optimistis pendapatan dan laba di 2019 dapat tumbuh hingga 100 persen. Kenaikan ini akan ditopang oleh produksi yang juga ditargetkan tumbuh dua kali lipat. Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris mengatakan, pihaknya optimistis produksi logam TINS dapat tumbuh hingga dua kali lipat menjadi 60.000 ton di tahun ini.
“Produksi yang 60.000 ton itu adalah produksi logam. Target top line (pendapatan) dan bottom line (laba) sama dengan pertumbuhan dari produksi logam,” ujar Amin seperti dikutip Kontan.
Asal tahu saja, per Desember 2018 lalu, TINS mencatatkan ekspor yang cukup positif, yakni 33.250 ton atau naik 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu 28.732 ton. Porsi penjualan ekspor ini menyumbang 95 persen dari total penjualan perusahaan.
TINS mendulang untung tahun lalu. Di jagat pasar timah, Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (ICDX) memutuskan menghentikan sementara perdagangan timah batangan dan bijih timah Indonesia yang diverifi kasi oleh PT Surveyor Indonesia sejak Oktober tahun lalu, karena diduga mengakomodasi timah hasil penambangan ilegal.
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Perseroan kembali merealisasikan agenda restrukturisasi utang. Entitas usaha Grup Bakrie tersebut baru saja mencatatkan saham baru seri D. Saham ini merupakan saham baru yang diterbitkan melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), OL Master Limited menjadi pihak yang mengeksekusi private placement tersebut. Saham ini nanti akan dikonversi menjadi obligasi wajib konversi (OWK), yang merupakan bagian dari restrukturisasi utang BNBR.
Saham seri D yang dilepas sebanyak 91,07 juta saham. Ini berdasarkan kesepakatan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BNBR yang digelar pada 12 Juli 2017 silam. Adapun harga pelaksanaan atas private placement tersebut dipatok di level harga Rp500 per saham.
Ekspor Non Migas
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menetapkan target pertumbuhan ekspor non migas tahun ini 7 - 9 persen. Kementerian Perdagangan (Kemdag) berupaya memacu ekspor melalui beragam strategi baik penjualan di pasar tradisional yang sudah ada, maupun mengembangkan pemasaran ke negara tujuan ekspor yang baru.
Sebagai gambaran, tahun lalu ekspor non migas naik 6,25 persen dari US$153,03 miliar di tahun 2017 menjadi US$162,65 miliar di tahun 2018.
Kinerja ekspor non migas Indonesia tahun ini menghadapi tantangan berat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non migas pada Januari 2019 hanya US$12,63 miliar, turun 4,3 persen dibandingkan dengan periode Januari 2018 senilai US$13,2 miliar.
Meski demikian Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemdag Ari Satria optimistis target pertumbuhan 7 -9 persen bisa terkejar. "Masih ada 11 bulan kedepan untuk menggenjot target 7 persen sampai 9 persen," tutur Ari.
PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC)
Perseroan berharap membukukan peningkatan kinerja sepanjang tahun ini. Target pertumbuhan pun tak tanggung-tanggung, sampai lebih dari dua kali lipat.
Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal Hendra Susanto William mengungkapkan, laba bersih tahun ini ditargetkan naik 108 persen dari perkiraan perolehan 2018 menjadi Rp210 miliar.
"Hal ini sejalan dengan target pendapatan kami yang diharapkan naik 85 persen secara tahunan menjadi Rp1,4 triliun," ujar dia.
Sementara untuk kinerja 2018 lalu diperkirakan, pendapatan tumbuh 73,1 persen dibanding setahun sebelumnya menjadi Rp754,6 miliar. Lalu laba bersih diperkirakan naik 140 persen menjadi Rp106 miliar. Aset diprediksi naik 90 persen menjadi Rp1,35 triliun pada akhir 2018.
"Performa yang baik ini ditunjang oleh permintaan dan harga komoditas yang membaik," kata dia.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
Bank spesialis KPR ini akan memiliki anak usaha yang bergerak di bidang manajer investasi. Bank pelat merah ini menargetkan rencana akuisisi anak perusahaan Permodalan Nasional Madani (PNM), yakni PNM Investment Management (PNM IM) akan rampung di kuartal I 2019 ini.
Direktur Strategi, Risiko dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan, saat ini proses akuisisi tersebut memang masih dalam tahap due diligence, tapi sudah mulai mengerucut.
"Banyak sebetulnya yang masih dibahas seperti masalah fisik. Mudahan-mudahan kuartal I ini tercapai." ungkapnya seperti dikutip Kontan.
Sementara Direktur Utama PNM Arief Mulyadi memastikan, pihaknya dan BTN akan melakukan aksi korporasi tahun ini. Keduanya saat ini masih duduk bareng melakukan pembicaraan dan diharapkan sinergi itu akan memberikan nilai tambah bagi PNM IM.
(AM)