Harga Saham Turun, Dividend Yield BBRI Bisa Naik Tembus 7,1%
Ciptadana Sekuritas memprediksi dividend yield BBRI pada 2025 mencapai 7,5%
Ciptadana Sekuritas memprediksi dividend yield BBRI pada 2025 mencapai 7,5%
Bareksa.com - Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terus turun. Pada pembukaan perdagangan Selasa (12/11), saham sejuta umat itu terkoreksi 0,45% menjadi Rp4.440 pada pukul 09.22 WIB. Meski begitu jelang penutupan sesi I saham BBRI mulai bangkit dan menguat 0,67% menjadi Rp4.490 pada pukul 11.38 WIB.
Sebulan terakhir, saham BBRI turun 8,37% dan sepanjang tahun ini (YTD) atau dalam 10 bulan 11 hari, saham bank dengan laba terjumbo di Tanah Air itu turun 20,88%. BBRI jadi saham yang terbanyak dijual asing pada Senin (11/11) mencapai Rp732,32 miliar. Sepanjang tahun 2024 hingga 11 November (YTD), atau dalam periode 10 bulan 11 hari, net sell asing di saham BBRI mencapai Rp27,79 triliun di seluruh pasar.
Penurunan saham BBRI salah satunya akibat sentimen kemenangan Presiden Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 dan kecemasan pasar atas beberapa kebijakan kontroversialnya. Sementara pengumuman stimulus jumbo China yang sebelumnya digadang bisa menggairahkan pasar, namun ternyata tampak direspons dingin oleh investor.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik Teknikal Saham BBRI
Sumber : Tim Analis Bareksa, Investing
Menurut Tim Analis Bareksa, dengan menggunakan teknik fibonacci retracement, harga saham BBRI saat ini mendekati level support terdekat di Rp4.440. Jika bisa bertahan di level ini dalam 1-2 pekan ke depan, maka saham BBRI berpotensi rebound ke area resisten 1 di Rp4.680. Namun jika saham BBRI menembus lebih rendah dari Rp4.440, maka berpeluang semakin turun menuju Rp4.130 atau level fibonacci 100%.
Dalam kondisi saat ini, investor jangka pendek bisa menerapkan strategi wait and see terlebih dahulu, atau akumulasi bertahap hingga saham BBRI bertahan di level support yang stabil. Namun bagi investor jangka menengah hingga panjang biasanya lebih mengutamakan value perusahaan dan mengharapkan keuntungan yang berasal dari dividend yield, serta target harga setahun ke depan.
Umumnya, ketika saham yang memiliki valuasi menarik dan harganya sedang turun seperti BBRI saat ini, justru bisa dijadikan momentum untuk melakukan pembelian bertahap. Alasan fundamentalnya dalam ulasan berikut.
Potensi Dividend Yied BBRI
Seiring penurunan harga saham, potensi imbal hasil dividen (dividend yield) BBRI bakal melesat, Riset Syailendra Capital (11/11) menyebutkan potensi dividend yield BBRI bisa menembus di atas 7%. Prediksi itu menggunakan perhitungan rasio pembayaran dividen (POR) 80% (sama dengan 2023), maka dividen per saham BBRI mencapai Rp316. Nilai ini mengindikasikan imbal hasil dividen 7,1% dengan asumsi harga saham BBRI di Rp4.430. Dengan dvidend yield sebesar itu, maka saham BBRI sulit untuk diabaikan.
Selain itu, peluang dividend yield melesat dan berpeluang menjadi yang tertinggi dibandingkan realisasi historisnya. Menurut data investing.com, secara historis imbal hasil dividen saham BBRI mencapai 4.98% saat pembagian dividen final pada 14 Maret lalu. Saat itu bank yang berfokus di pembiayaan segmen usaha mikro, kecil dan menengah itu menggelontorkan dividen Rp235 pada 28 Maret. Meski begitu, realisasi dividend yield BBRI tertinggi saat pembagian dividen final pada 24 Maret 2023 yang mencapai 5,88%.
Historis Imbal Hasil Dividen BBRI
Tanggal ex Dividen | Nilai Dividen (Rp) | Jenis Dividen | Tanggal Pembayaran | Imbal Hasil (%) |
14/3/2024 | 235 | Final | 28/3/2024 | 4,98% |
2/1/2024 | 84 | Interim | 18/1/2024 | 5,51% |
24/3/2023 | 231 | Final | 12/4/2023 | 5,88% |
10/1/2023 | 57 | Interim | 27/1/2023 | 5,04% |
11/3/2022 | 174,25 | Tahunan | 1/4/2022 | 3,81% |
Sumber : investing.com
Syailendra Capital mencatat beberapa hal penting ihwal prospek kinerja BBRI. Pertama, arah kebijakan pemerintahan baru untuk memperbaiki dan memperkuat daya beli masyarakat bawah dan berpotensi semakin masif ke depannya. Hal ini bisa menjadi booster bagi segmen mikro yang juga menjadi market share utama BBRI dalam penyaluran kreditnya dengan porsi 46,4% pada periode Januari-September 2024.
Jika hal ini terealisasi, maka kekhawatiran investor atas risiko memburuknya kualitas aset BBRI akan berkurang dan rasio kredit macet (NPL) bisa ditekan. Pada periode 9 bulan pertama di 2024, rasio kredit macet BBRI di 2,9%, jauh lebih baik dari periode yang sama tahun lalu 3,07%.
Kedua, valuasi saham BBRI per 7 November diperdagangkan di valuasi rasio harga saham dibandingkan laba (PER) 11,2x, dari rata-rata 5 tahun di 17x. Bahkan valuasi saham BBRI saat ini dinilai sudah menyamai saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di 10,3x. Menurut riset Syailendra Capital, kondisi ini menandakan status premium di saham BBRI sudah hilang, sehingga lebih masuk akal dan risiko investasi lebih minim.
Meski begitu, investor bisa mengantisipasi beberapa risiko di saham BBRI. Di antaranya soal perombakan manajemen BBRI jika berganti, maka salah satu hal yang wajib diantisipasi investor adalah potensi kenaikan biaya kredit (cost of credit/CoC) guna membuat kualitas aset tampak lebih sehat. Hal ini bisa mengakibatkan laba bersih BBRI turun jangka pendek. Namun pasar dinilai sudah priced in terhadap potensi risiko ini.
Kemudian, risiko selanjutnya adalah efek dari kebijakan pemerintah baru yang sifatnya pro-growth dan melibatkan berbagai BUMN khususnya BBRI yang sangat erat dengan segmen mikro wajib diamati investor. Di antaranya kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), penghapusan utang dan lainnya.
Prediksi 2025
Dalam riset terpisah, Ciptadana Sekuritas Asia memprediksi imbal hasil dividen BBRI pada 2025 bisa menembus 7,5%. Prediksi itu mempertimbangkan rasio PER BBRI di 2024 dan 2025 yang diramal mencapai 11,4x dan 10x dengan proyeksi EV/EBITDA 2024 dan 2025 masing-masing 2,2 dan 2,1, serta ROE 21,3%.
Saham | Rekomendasi | Target Harga | PER | EV/EBITDA | ROE 2025F (%) | Yield 2025F (%) | ||
2024 | 2025 | 2024 | 2025 | |||||
BBRI | Beli | Rp6.200 | 11,4 | 10 | 2,2 | 2,1 | 21,3 | 7,5 |
Sumber : Ciptadana Sekuritas
EV to EBITDA adalah singkatan dari enterprise value to EBITDA (earning earning before interest tax, depreciation, and amortization) yakni rasio valuasi yang digunakan untuk menilai mahal murahnya suatu perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan laba usaha atau kas operasi. Rasio EV/EBITDA yang kecil mengindikasikan perusahaan masih murah di harga saham saat ini. Adapun return on equity (ROE) adalah imbal hasil yang dicetak perusahaan untuk pemegang saham. ROE ditentukan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan profitabilitas atau margin keuntungan, produktivitas aset untuk menghasilkan pendapatan, serta pengelolaan penggunaan utang secara optimal oleh perusahaan.
Dari sisi kinerja, Ciptadana memprediksi BBRI bisa mencatatkan pendapatan bunga bersih (NII) Rp145,71 triliun pada tahun ini, atau naik 7,4% dibandingkan realisasi 2023. Pada 2025, NII BBRI diprediksi menembus Rp158,34 triliun. Laba bersih BBRI juga diramal menembus Rp62,7 triliun hingga akhir tahun 2024, atau naik 3,3% dari realisasi 2023. Pada 2025, Ciptadana memperkirakan laba bersih BBRI semakin melesat tembus Rp71,49 triliun.
Potensi kinerja ciamik BBRI akan didukung oleh penyaluran kredit yang diprediksi tumbuh 10,5% tahun ini dan 10,3% tahun depan. Kemudin rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BBRI diperkirakan mencapai 87,2% tahun ini dan 86,8% tahun depan. Margin bunga bersih (NIM) juga diramal stabil di level 8,5% pada 2024 dan 2025, serta rasio kredit bermasalah (NPL) juga diprediksi stabil di 2,9% pada 2024 dan 3% di 2025. Rasio NPL itu diprediksi membaik dibandingkan realisasi 2023 yang mencapai 3.1%.
Sumber : Ciptadana Sekuritas
Investasi Saham di Bareksa
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Disclaimer Ciptadana Sekuritas di Sini
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat
informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak
dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun
paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.