Bareksa.com - Harga saham bank terbesar Tanah Air merosot, salah satunya akibat sentimen kemenangan Presiden Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 dan kecemasan pasar atas beberapa kebijakan kontroversialnya. Sementara pengumuman stimulus jumbo China yang sebelumnya digadang bisa menggairahkan pasar, namun ternyata tampak direspons dingin oleh investor.
Tercatat saham big 4 banks yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merosot masing-masing 1,99%, 1,24%, 0,4% dan 1,41% pada Senin (11/11) pukul 09.28 WIB. Sepekan terakhir saham bank jumbo Tanah Air yakni BBRI merosot 5,54%, BBCA minus 3,86%, BMRI melorot 6,32% dan BBNI negatif 6,92%.
Menyusul Pemilihan Presiden AS pada 5 November lalu yang memenangkan Trump untuk memimpin AS periode 4 tahun mendatang, saham big banks sempat turun tajam akibat aksi jual asing. BBCA, BBRI dan BMRI jadi 3 saham dengan aksi jual asing terbesar Kamis pekan lalu. Namun sehari kemudian Bank Sentral AS (The Fed) mengumumkan pemotongan lagi suku bunga acuan 0,25% menjadi 4,5-4,75%. Kebijakan The Fed yang sejatinya bisa berdampak positif, namun tampaknya tak mampu menyelamatkan saham bank dari tekanan aksi jual.
Meskipun kemenangan Trump sempat bikin pasar modal Tanah Air guncang, namun riset Ciptadana Sekuritas (8/11) menilai pemulihan pasar akibat efek Trump kali ini diperkirakan lebih cepat dibandingkan 2016, ketika Trump menang Pemilu dan jadi presiden AS ke-45. Setelah Trump menang Pilpres pada 8 November 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 4,4% jadi 5.149 pada 30 November, namun bangkit naik 2,9% jadi 5.297 pada Desember 2016. Pada 2017, IHSG berhasil bangkit dengan kenaikan 20% menjadi 6.356.
Ciptadana menargetkan pada 2025, IHSG bisa melesat jadi 8.400, atau ada potensi kenaikan 16% dari penutupan 7 November di 7,244. Sebab pemangkasan suku bunga The Fed diramal bisa mendorong pasar pulih lebih cepat saat ini. Ciptadana memperkirakan pemangkasan 25 basis poin lagi suku bunga AS pada Desember, sehingga bisa mengerek IHSG. Saham BBRI tetap jadi salah satu pilihan utama Ciptadana melihat prospek pasar 2025.
Dalam riset terpisah (31/10), Ciptadana tetap mempertahankan status overweight di saham perbankan Tanah Air, seiring pediksi pertumbuhan pendapatan yang bisa melesat 12% di 2025, ditopang kuarnya pertumbuhan kredit dan margin bunga bersih (NIM). Meski begitu, kinerja sektor perbankan Tanah Air di 2024 memang melambat akibat tekanan NIM, akibat tren suku bunga tinggi beberapa waktu lalu dan ketatnya likuiditas, serta kenaikan biaya kredit.
Menurut riset Ciptadana, kinerja saham perbankan relatif lesu pada 2024, dengan IDXFINANCE hanya sedikit unggul dari IHSG. Ini akibat kinerja kurang baik dalam kurun waktu 2022-2023. Saham 4 bank besar tidak dapat mempertahankan kinerja yang lebih baik sebelumnya, hanya naik 3%, sehingga menekan IHSG turun 1% YTD per September. Hal ini terutama disebabkan saham BBRI yang merosot 14%, sehingga membebani IDXFINANCE. Sebaliknya, saham BMRI dan BBCA menopang penguatan indeks, masing-masing naik 14% dan 10% YTD.
Dengan status rekomendasi tetap bertahan overweight, Ciptadana Sekuritas menyoroti prospek saham BBRI dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). BBRI karena setelah melemah di 2024, diprediksi kinerja semakin membaik dengan NIM semakin membaik didukung menurunnya suku bunga pinhaman. Adapun BBTN dinilai prospektif karena dinilai akan diuntungkan dari pertumbuhan pasar properti. Meski begitu, Ciptadana merekomendasi beli saham BBRI, BBCA, BMRI, BBNI dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp6.200, Rp11.600, Rp8.250, Rp6.700 dan Rp1.825. Dibandinfkan harga akhir September, ada potensi kenaikan masing-masingt 28%, 9%, 17%, 19% dan 31%.
Sumber : Ciptadana Sekuritas
Tim Analis Bareksa melihat, sepekan terakhir (4-8 Nov 2024), investor asing secara masif menjual saham BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI masing-masing Rp1,33 triliun, Rp1,32 triliun, Rp1,28 triliun dan Rp300 miliar. Hal ini mengakibatkan saham big banks turun tajam.
Dalam kondisi demikian, menurut Tim Analis Bareksa, investor jangka menengah hingga panjang bisa mempertimbangkan akumulasi beli secata bertahap dengan tujuan untuk mendapatkan dividend yield yang lebih besar pada tahun 2025. Per tahun 2024, total dividend yield yang sudah dibagikan sebagai berikut:
Kode Saham | Dividend Yield 2024 | Nominal Dividend 2024 (Rp) | PBV (x) | Last Price | Potential Div.Yield 2025 |
BBNI | 4.56% | 280.5 | 1,2 | 4,980 | 5.63% |
BMRI | 4.87% | 354.0 | 2,1 | 6,325 | 5.60% |
BBRI | 4.98% | 235.0 | 2,1 | 4,520 | 5.20% |
BBCA | 2.67% | 227.5 | 4,7 | 10,075 | 2.26% |
Sumber: Investing, Tim Analis Bareksa, Last Price 8 Nov 2024
Jika diproyeksikan menggunakan dividen nominal tahun 2024 dan harga saham saat ini (08/11), maka potensi imbal hasil dividen big banks di 2025 bisa semakin besar karena harga sahamnya sedang turun. Artinya, momentum koreksi saat ini justru bisa jadi kesempatan terbaik untuk menambah porsi investasi di saham big banks, agar mendapatkan potensi dividend yield yang lebih tinggi di tahun 2025.
Sementara untuk investor jangka pendek atau trader biasanya menggunakan analisa yang lebih teknikal, seperti menentukan level support untuk mulai melakukan pembelian. Berikut detailnya:
Kode Saham | Last Price | Support 1 | Support 2 | Resistance 1 | Resistance 2 |
BBNI | Rp4.980 | Rp4.900 | Rp4.730 | Rp5.075 | Rp5.250 |
BMRI | Rp6.325 | Rp6.225 | Rp5.950 | Rp6.525 | Rp6.800 |
BBRI | Rp4.520 | Rp4.350 | Rp4.170 | Rp4.630 | Rp4.800 |
BBCA | Rp10.075 | Rp9.800 | Rp9.600 | Rp10.150 | Rp10.375 |
Sumber: Tim Analis Bareksa, Last Price 8 Nov 2024
Tim Analis Bareksa menyarankan untuk menentukan harga beli, trader biasanya menggunakan level support terdekat (support 1). Jika harga mulai bergerak mendekati level tersebut, bisa mulai dipertimbangkan untuk melakukan aksi beli. Lalu untuk target harga jual, Trader juga dapat menggunakan level resistance terdekat (R1) untuk bersiap melakukan profit taking.
Kesimpulannya, ketika pasar saham (IHSG) turun seperti saat ini, terdapat peluang untuk investasi jangka pendek (trading) hingga jangka yang lebih panjang dengan tetap mempertimbangkan profil risiko masing-masing investor.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Disclaimer Ciptadana Sekuritas di Sini
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.