Bareksa.com - Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury yield memanas seiring rilis data-data ekonomi Negara Paman Sam pekan lalu yang lebih baik dari harapan. Yield US Treasury tercatat naik jadi 4,2% pada Senin waktu AS (21/10), dari akhir pekan lalu 4,08%.
Menurut Tim Analis Bareksa, membaiknya data ekonomi AS bisa mengakibatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga AS berkurang, dari sebelumnya 0,5% menjadi hanya akan dipotong 0,25% dalam rapat The Federal Reserve mendatang, setelah pada September lalu dipotong 0,5%. Kondisi ini bisa membuat pasar saham dan obligasi dunia bergejolek termasuk pasar domestik.
Memanasnya imbal hasil obligasi AS setelah pekan lalu ada rilis beberapa data ekonomi. Di antaranya rilis data penjualan ritel yang meningkat 0,4% pada September 2024, atau laju kenaikannya lebih kencang dari Agustus yang sebesar 0,1%. Pertumbuhan ini melampaui ekspektasi para ekonom yang yang hanya memperkirakan 0,3%.
Kemudian pekan lalu juga ada rilis data klaim tunjangan pengangguran di AS yang turun secara mengejutkan. Tercatat angka klaim pengangguran AS di pekan yang berakhir pada 12 Oktober turun 19.000 menjadi 241.000 dibandingkan proyeksi pelaku pasar 259.000. Penurunan itu disinyalir akibat Badai Helene yang menghantam Tenggara AS dalam 2 pekan berturut-turut, yang membuat penganggur tidak bisa mengajukan klaim tunjangannya.
Beberapa rilis data ekonomi yang positif itulah yang membuat pasar mulai khawatir The Fed mungkin tidak akan memangkas suku seperti yang diharapkan sebelumnya. Menurut data CME FedWatch Tool, terdapat 90,5% peluang pemangkasan suku bunga sebesar 0,25% dan tidak ada yang memprediksikan The Fed bakal memotong 0,5% pada rapat 7 November 2024. Setelah dipangkas 0,5% pada rapat 18 September lalu, saat ini suku bunga AS di level 4,75-5%.
Sumber : CME FedWatch Tool per 22/10/2024
Seiring positifnya data ekonomi AS dan meningkatnya US Treasury yield, pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,14% atau berkurang 11,18 poin menjadi 7.761,42 pada Selasa pagi (22/10) pukul 10.30 WIB. IHSG bahkan sempat di level 7.740 pada pukul 10.05 WIB. Seiring pelemahan IHSG, imbal hasil Obligasi Negara RI acuan 10 tahun juga menguat jadi 6,64% pada Selasa, dari 6,66% pada Senin.
Penguatan yield obligasi menandakan pasar sedang kurang bergairah. Sebaliknya jika yield turun, maka obligasi tersebut sedang diserbu investor. Menurut Tim Analis Bareksa, investor saham disarankan hati-hati dan menghindari saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga untuk sementara waktu.
Saham-saham itu di antaranya di sektor perbankan, properti, hingga otomotif. Meski begitu, investor masih tetap bisa mempertimbangkan saham-saham yang kinerja fundamentalnya masih bagus.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.