Bareksa.com - Pengumuman spin off anak usaha mengerek saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) hingga melesat 12,5% menjadi Rp3.960 pada penutupan sesi I perdagangan Kamis (12/9/2024). Saham perusahaan tambang batu bara milik Garibaldi (Boy) Thohir itu bahkan sempat menembus Rp4.050 atau meroket 14% pada pukul 11.30 WIB.
Lonjakan saham ADRO menjadi salah satu penopang melesatnya Indeks Harga Saham Gabungan hingga menembus level tertinggi baru sepanjang masa (all time high/ATH) secara intraday di level 7.833 pada Kamis pagi. Nilai transaksi perdagangan saham ADRO juga merupakan yang tertinggi menembus Rp1,49 triliun dengan volume 37,73 juta saham, mengalahkan GOTO, BRPT, BBCA dan BMRI dalam posisi top 5.
Tercatat, volume bid saham ADRO mencapai 112.211 lot dan offer 198.825 lot. Antrian beli terbanyak di harga Rp3.960 sebanyak 31.310 lot dan frekuensi 106 kali. Adapun antrian jual terbanyak di harga Rp4.050 mencapai 51.605 lot dan frekuensi 842 kali.
Sumber : fitur Bareksa Saham
Menurut Tim Analis Bareksa, upaya ADRO untuk memisahkan anak usaha tambang batu bara seiring target perusahaan untuk mendukung program pemerintah dalam mengampanyekan energi bersih terbarukan (green energy). Langkah itu ternyata mendapat sambutan positif pasar sehingga mengerek saham ADRO.
Persentase Aset, Laba Bersih dan Pendapatan AAI Terhadap ADRO
Aset AAI terhadap aset ADRO | 52,9% |
Laba bersih AAI terhadap laba bersih ADRO | 104.8% |
Pendapatan AAI terhadap pendapatan ADRO | 89,4% |
Sumber : Keterbukaan infomasi ADRO, kinerja per Juni 2024
Untuk diketahui, ADRO pada Kamis (12/9) mengumumkan akan menjual seluruh kepemilikan saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), atau 99,9999% saham senilai US$2,45 miliar atau sekitar Rp37,97 triliun dengan kurs Rp15.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Transaksi jumbo itu setara dengan 31,8% dari total ekuitas ADRO dan akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Oktober.
Pembeli dalam transaksi ini adalah para pemegang saham ADRO. Mekanisme transaksi dilakukan melalui Penawaran Umum Oleh Pemegang Saham (PUPS) berdasarkan POJK 76/2017. Pemegang saham terbesar ADRO saat ini di antaranya PT Adaro Strategic Investment 45,66%, yang ternyata juga pemilik 0,0001% saham AAI. Kemudian Pihak Afiliasi memegang 7,77% saham ADRO, Garibaldi Thohir 6,43%, Edwin Soeryadjaja 3,42%, serta masyarakat 33,73%.
ADRO menyatakan berkomitmen mendukung pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, termasuk upaya untuk mencapai net-zero emission pada 2060 atau lebih awal. Perseroan membidik sekitar 50% total pendapatan dari bisnis non batu bara termal di 2030. Target ini akan dicapai dengan mengembangkan bisnis di bidang-bidang yang mendukung ekosistem hijau Indonesia.
Karena itu, ADRO berencana untuk memisahkan bisnis pilar pertambangan dan beberapa bisnis pendukung di bawah AAI dengan pilar bisnis Adaro Minerals dan Adaro Green. Langkah ini juga dipandang efektif untuk memaksimalkan kinerja AAI dan pilar-pilar bisnis non batu bara termal tersebut karena memungkinkan setiap perusahaan untuk berfokus pada pengembangan keunggulan inti masing-masing.
ADRO menargetkan transaksi spin off ini akan membantu AAI dan pilar bisnis non batu bara termal bisa meningkatkan fokus pengembangan dan kinerja. Pemisahan ini juga akan membantu bisnis hijau perseroan mendapatkan lebih banyak akses terhadap sumber pembiayaan, utamanya pada proyek-proyek ramah lingkungan.
Tim Analis Bareksa menilai dengan adanya aksi spin off anak usaha ADRO ini, maka investor berpeluang mendapatkan imbal hasil dividen (dividend yield) lebih tinggi pada Mei 2025 mendatang. Sebab, dividen ADRO yang biasanya hanya dibagikan dari laba bersih perseroan, maka tahun depan berpotensi meraih tambahan dari dana segar hasil penjualan anak usaha. Meski begitu, aksi spin off ini berpeluang mengakibatkan ADRO kehilangan sumber pendapatan utamanya. karena AAI berkontribusi 89,2% dari total pendapatan ADRO saat ini.
Namun ADRO yang akan beralih ke sektor energi terbarukan (green company) memang akan diuntungkan, karena akan lebih mudah mendapatkan pembiayaan hijau yang lebih besar untuk mengerjakan proyek-proyek hijau ke depannya. Selain itu, Tim Analis Bareksa melihat target harga saham ADRO pada 2024 di Rp4.000 sudah sempat terlewati pada perdagangan hari ini. Karena itu, investor disarankan untuk mencermati perkembangan lebih lanjut dari aksi korporasi ADRO.
Untuk diketahui, saham ADRO juga menempati daftar saham pembagi imbal hasil tertinggi yang dianalisis oleh Tim Analis Bareksa. Menurut data per 10/9/2024, dividend yield ADRO mencapai 18,68% dan merupakan yang terjumbo dibandingkan saham-saham lainnya. Ulasan selengkapnya soal daftar saham pembagi imbal hasil dividen tertinggi, bisa kamu baca di sini.
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.