Bareksa.com - Hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 6% menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility naik 25 bps menjadi 5,5% dan suku bunga Lending Facility bertambah 25 bps menjadi 7%. Ini merupakan kenaikan pertama kali dalam 5 bulan terakhir atau sejak Oktober 2023. Level BI Rate 6,25% juga merupakan tertinggi sejak Juli 2016 atau dalam 7 tahun terakhir.
BI menyatakan kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
Sementara itu, kata BI, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. “Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran,” ungkap BI dalam keterangannya (24/4/2024).
Menurut Tim Analis Bareksa, kenaikan suku bunga acuan BI bisa menjadi sentimen positif bagi saham perbankan. Sebab, seiring kenaikan bunga acuan BI, suku bunga pinjaman biasanya lebih cepat dinaikkan, ketimbang suku bunga tabungan. Hal ini bisa berdampak positif pada pendapatan perbankan.
Beberapa saham perbankan yang direkomendasikan ialah saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BMRI dipilih karena mayoritas penyaluran pinjamannya ke korporasi. Seiring meredanya ketidakpastian akibat pemilihan umum (Pemilu) 2024, maka korporasi diramal akan lebih percaya diri untuk mengajukan pinjaman guna mendanai ekspansi bisnisnya. Hal ini akan menguntungkan bank badan usaha milik negara (BUMN) ini.
Adapun BBCA jadi rekomendasi seiring kinerja fundamentalnya yang moncer hingga kuartal I 2024. Bank swasta terbesar Tanah Air itu melaporkan pendapatan melesat 12% secara tahunan dan naik 5% secara kuartal per kuartal (QoQ) di kurtal I 2024 menjadi Rp12,9 triliun. Emiten bernilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mencatatkan margin bunga bersih (NIM) 6,5% pada kuartal I 2024, atau naik 10 basis poin dari kuartal sebelumnya.
Tercatat kredit BBCA juga naik 17% secara tahunan di kuartal I 2024, melesat dibandingkan kenaikan 14% di triwulan IV 2023. Secara triwulanan kredit BBCA melonjak 3,1%, merupakan pertumbuhan pinjaman kuartal I terkuat dalam 10 tahun terakhir, berlawanan dengan tren historis pertumbuhan negatif atau datar pada kuartal pertama.
Saham BMRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp7.700, atau masih ada potensi kenaikan 9,6% dari harga per Rabu (24/4) pukul 15.49 WIB yang di Rp7.025 per saham.
Saham BBCA juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp10.900 per saham, atau masih ada peluang tumbuh 9,8% dari harga Rp9.925 pada Rabu pukul 15.49 WIB.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.