Tensi Geopolitik Jadi Peluang Beli Saham di Harga Murah, Ini Rekomendasinya
Saham pilihan teratas untuk saat ini ialah saham BBRI, BBTN, UNTR, EXCL, MYOR, ADMR, MDKA, MEDC dan SILO
Saham pilihan teratas untuk saat ini ialah saham BBRI, BBTN, UNTR, EXCL, MYOR, ADMR, MDKA, MEDC dan SILO
Bareksa.com – Laporan terbaru mengenai serangan balasan Israel ke Iran pada 19 April telah memicu sentimen risk-off di pasar modal. Menurut Tim Analis Bareksa, gejolak pasar akibat konflik geopolitik bisa menjadi kesempatan untuk berinvestasi di harga murah. Karena itu, investor mesti jeli memanfaatkan momentum, sehingga bisa memaksimalkan potensi cuan investasinya.
Dalam riset Ciptadana Sekuritas Asia berjudul “STRATEGY REPORT – Overweight : What we think about Israel attacking Iran” yang dipublikasi Sabtu (20/4) menyebut meskipun berita masih terus bermunculan, namun ledakan di pangkalan dekat kota Isfahan secara luas dianggap sebagai respons Israel terhadap serangan langsung drone dan rudal Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya pada akhir pekan kedua April lalu.
Kondisi itu mengakibatkan pasar saham Indonesia yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai gap-down pada Jumat, karena melemahnya seluruh ekuitas global, di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, dan kenaikan harga minyak mentah.
Promo Terbaru di Bareksa
Harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 3% menjadi lebih dari US$90 per barel. Harga emas di pasar spot naik 0,4% menjadi US$2.388 per ounce karena daya tarik safe-haven. IHSG turun -1,1% pada Jumat (19/4) dan ditutup pada 7.087, level terendah tahun ini dan turun 2,6% sepanjang tahun berjalan (YTD). Dari 13 April hingga 19 April, IHSG turun 2,7% dan arus keluar modal asing bersih US$264 juta, sementara rupiah terdepresiasi 4,5%.
Prospek Jangka Pendek
Menurut Ciptadana Sekuritas, pekan ini akan jadi pekan penting bagi Indonesia dan pasar saham negara lainnya. Sebab ketegangan yang meningkat signifikan antara Israel dan Iran dapat memicu aksi jual (panic selling) dan volatilitas. Secara jangka pendek, prediksi pasar masih akan belum pasti Jika pembalasan Israel mengakibatkan banyak korban di Iran, maka Iran mungkin terpaksa membalas lagi, yang akan menyebabkan peningkatan eskalasi. Walhasil, pasar juga akan mencermati pergerakan harga minyak dan rupiah.
Ciptadana Sekuritas menilai pasar dapat tetap bergejolak dalam waktu dekat karena risiko geopolitik tetap tinggi. Sehingga pelaku pasar akan melakukan penyesuaian terhadap kemungkinan penundaan dimulainya penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Kecuali jika terjadi gangguan serius terhadap pasokan minyak atau rute perdagangan, maka dampak dari kejadian tersebut cenderung hanya berlangsung sementara dan fokus pasar akan kembali pada pendapatan perusahaan dan prospek kebijakan The Fed.
Pelajaran Masa Lalu
Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi masa depan konflik Iran-Israel dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, namun sejarah dapat memberikan konteks mengenai kemampuan peristiwa geopolitik dalam mempengaruhi pasar.
Secara historis, pasar saham Indonesia merespons konflik di masa lalu bisa terlihat dalam grafik. Meskipun dampak yang terjadi di masa lalu bervariasi, aksi jual pasar saham yang didorong oleh konflik geopolitik biasanya tidak terlalu besar (rata-rata -3,6%) dan pasar saham cenderung pulih dengan cepat, setelah konflik sudah stabil dan IHSG biasanya kembali ke tingkat sebelum krisis dalam sebulan.
Ciptadana Sekuritas yakin Israel dan Iran kemungkinan besar akan kembali melakukan perang bayangan yang telah berlangsung selama puluhan tahun, yang diwujudkan dalam serangan siber, pembunuhan yang ditargetkan, dan aktivitas sabotase terhadap kepentingan komersial dan militer.
Dampak ke Indonesia
Seorang pejabat pemerintah Indonesia berpendapat harga minyak mencapai US$100 per barel adalah hal yang masuk akal, jika konflik Timur Tengah semakin meningkat dan berdampak pada alokasi subsidi energi. Pemerintah menggunakan ICP sebagai acuan pengambilan kebijakan energi seiring dengan nilai tukar rupiah, dengan asumsi dasar US$82 per barel dan Rp15.000 per dolar AS pada 2024.
Setiap kenaikan ICP dolar, pemerintah harus mengeluarkan biaya Rp1,78 triliun lebih banyak untuk subsidi energi dan Rp5,34 triliun lebih banyak untuk kompensasi energi, dibayarkan kepada perusahaan energi milik negara. Demikian pula, untuk setiap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp100, maka pemerintah perlu mengeluarkan Rp1,2 triliun lebih banyak untuk subsidi energi dan Rp3,9 triliun lebih banyak untuk kompensasi. Ciptadana Sekuritas percaya pemerintah akan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah inflasi, dan menganalisis ketahanan fiskal terhadap kenaikan harga minyak global dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Manfaatkan Momentum untuk Borong Saham
Seiring melemahnya nilai tukar rupiah maka akan berdampak negatif terhadap pendapatan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Namun ada beberapa perusahaan yang justru berpotensi untung dari pelemahan Mata Uang Garuda. Di antaranya perusahaan yang terkait dengan komoditas yakni PTBA, HRUM, ADMR, ADRO, ITMG, UNTR, INCO dan MDKA, bisa menjadi pemenang potensial karena porsi biaya dalam dolar AS hanya 40%-78%, jauh lebih rendah dari porsi pendapatan dalam dolar AS yang mencapai 75%-100%.
Adapun emiten yang berpotensi dirugikan adalah perusahaan-perusahaan dengan proporsi biaya input berbasis dolar AS mencapai 30-90%, lebih tinggi dari pendapatannya yang 0-10%. Emiten seperti ini di antaranya di sektor bahan pokok konsumsi yakni INDF, UNVR dan ICBP. Kemudian sektor farmasi seperti KLBF, ritel seperti MAPI dan ACES, serta semen yakni INTP dan SMGR. Adapun untuk ASII dampaknya relatif netral dengan rasio biaya terhadap pendapatan dolar 40:35%.
Dampak netral juga bisa di saham perbankan karena aset valuta asing (valas) harus sama dengan liabilitas valas. Saham pilihan teratas untuk saat ini ialah saham BBRI, BBTN, UNTR, EXCL, MYOR, ADMR, MDKA, MEDC dan SILO, karena relatif defensif dan harus bertindak sebagai lindung nilai, mengingat kinerja return sepanjang bulan ini hingga 19 April mencapai 5,2%, dibandingkan penurunan IHSG 2,8%.
Menurut Ciptadana Sekuritas, ketika pasar melemah karena tekanan faktor eksternal yang di luar kendali, namun fundamentalnya masih kuat, maka inilah saatnya memanfaatkan penurunan tersebut untuk membeli saham favorit Kamu dengan harga bagus.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Disclaimer Ciptadana Sekuritas di Sini
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.