WTO Ramal Perdagangan Global Tertekan, Indonesia Optimis Neraca Dagang Surplus US$53,4 Miliar
Hingga tahun kemarin atau 2023, Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan
Hingga tahun kemarin atau 2023, Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan
Bareksa.com - Ketua Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala menyampaikan setelah terbukti tangguh menghadapi pandemi, perdagangan global kinerjanya lebih lemah dari perkiraan. Hal itu terjadi di tengah berbagai hambatan ekonomi dan kecenderungan politik ke arah proteksionisme.
"Kita perlu memperbaiki sistem perdagangan multilateral, mereformasinya, dan menjadikannya sesuai dengan tujuan, tapi jangan anggap remeh. Sistem perdagangan global terus mengalami ketegangan," kata Ngozi Okonjo-Iweala dikutip dari The Business Times, Selasa, (27/2/2024).
Dia mengatakan permintaan lesu di sebagian besar negara maju kecuali AS dan India, yang kinerjanya cukup baik. Sementara itu, peperangan dan masalah terkait iklim seperti kekeringan yang memperlambat pengiriman melalui Terusan Panama menimbulkan dampak pada sisi pasokan. "Risikonya mengarah ke sisi negatifnya," kata Okonjo, dalam prospek ekonominya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa volume perdagangan barang di 2023 kemungkinan tidak mencapai perkiraan WTO pada Oktober yang memperkirakan pertumbuhan 0,8%. WTO sedang berupaya memperbarui prediksinya.
Promo Terbaru di Bareksa
Investasi Saham di Sini
Indonesia Surplus Neraca Perdagangan
Sementara itu seperti dilansir Bisnis, setelah Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan sebesar US$36,93 miliar pada 2023, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menurunkan target batas bawahnya di 2024. Lebih lanjut, pemerintah pada 2023 mematok surplus neraca dagang di kisaran US$38,3 miliar hingga US$38,5 miliar. Sementara, di 2024 neraca dagang Indonesia ditargetkan surplus sebesar US$31,6 miliar hingga US$53,4 miliar.
Walaupun target batas bawah sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga seperti dilansir Binis menyampaikan bahwa target surplus neraca dagang ini sangat rasional, mengingat surplus neraca dagang di 2023 tidak mencapai target yang dipatok pemerintah. Pertimbangan lainnya, adanya perkiraan sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menyebut ekonomi global melambat tahun ini. "Saya pikir sangat rasional kita mematok angka tersebut dengan asumsi bahwa kita mencapai angka lebih tinggi dari 2023," kata Jerry.
Selain itu masih dilansir Bisnis, pemerintah juga menurunkan target batas bawah surplus neraca dagang di 2025. Pemerintah mematok target surplus neraca dagang sebesar US$21,6 miliar hingga US$54,5 miliar dengan nilai ekspor nonmigas di kisaran US$258,7 miliar hingga US$265,2 miliar.
Investasi Saham di Sini
(IQPlus/05733497/Martina)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.