Bareksa.com - Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Danny Praditya mengungkapkan rencana perusahaan tambang aluminium itu untuk melakukan pra-IPO (pra-penawaran umum saham perdana) pada 2024.
"Awalnya direncanakan ada wacana untuk melakukan IPO untuk Inalum di 2024, tapi melihat kondisi dan juga kesiapan, direncanakan di 2024 baru akan dilakukan pre-IPO," kata Danny saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis.
Menurut dia, PT Inalum akan melakukan unlock value melalui pembentukan kemitraan strategis dengan perusahaan industri aluminium kelas global. "Kami akan melakukan unlock value dari Inalum dengan melakukan strategic alliance dengan established global player di industri aluminium," ujar Danny.
Untuk menopang kinerja keuangan, Danny menyebutkan PT Inalum akan melakukan inorganic growth dengan proyek calcined petroleum coke (CPC) serta penyertaan modal tambang garam untuk memenuhi kebutuhan smelting grade alumina refinery (SGAR) di Kalimantan Barat.
"Inisiatif strategis untuk menopang kinerja keuangan dari Inalum adalah melalui inorganic growth dengan project CPC serta penyertaan modal tambang garam untuk bisa memproduksi caustic soda yang diperlukan oleh smelting grade alumina refinery di Kalimantan Barat," kata Danny.
PT Inalum juga akan melakukan pengembangan kapabilitas dan optimasi portofolio perusahaan dengan mengembangkan fasilitas smelter di Kuala Tanjung, Sumatra Utara untuk dijadikan sentra industri aluminium guna menarik investasi.
"Pengembangan dari smelter di Kuala Tanjung diharapkan ini mengundang investor yang akan melakukan investasi di sisi midstream dan hilir dari aluminium termasuk EV ecosystem (ekosistem kendaraan listrik) misalnya production facility (fasilitas produksi) untuk EV maupun battery pack," ucap Danny.
Inalum menargetkan peningkatan kapasitas produksi aluminium fasilitas smelter di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, menjadi 300 ribu ton per tahun pada 2024. Danny mengatakan peningkatan produksi aluminium akan dicapai dengan melakukan pot upgrading dan pot optimization yang dijadwalkan akan rampung pada akhir tahun ini.
Dengan pot upgrading dan pot optimization, kata Danny, secara keseluruhan smelter Kuala Tanjung, yang saat ini dapat memproduksi 250 ribu ton aluminium per tahun, akan mengalami peningkatan produksi hingga mencapai kapasitas 300 ribu ton.
"Ini akan menambah kapasitas produksi aluminium menjadi tambahan 25 ribu begitu juga untuk optimasi diharapkan juga akan menambah kapasitas menjadi 25 ribu sehingga total untuk smelter yang ada di Kuala Tanjung akan dapat menghasilkan output 300 ribu ton per tahun," kata Danny.
Danny juga memaparkan proyek strategis ekspansi smelter aluminium brownfield dan greenfield guna mewujudkan swasembada aluminium untuk memenuhi permintaan domestik yang mencapai 1,2 juta ton per tahun sekaligus.
"Dua inisiatif strategis berupa ekspansi brownfield dan greenfield aluminium smelter menjadi sangat critical untuk kita bisa menjadi swasembada aluminium demi memenuhi kebutuhan aluminium di domestik," ujar Danny.
(IQPlus/23630338/23625038/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Saham adalah instrumen investasi yang memiliki risiko kerugian. Artikel ini bertujuan untuk berbagi informasi seputar pasar dengan analisa untuk meminimalisir risiko. Setiap keputusan transaksi beli jual saham ada di tangan investor.