Pasar Tertekan Aksi Sell Off Akibat Kebijakan The Fed, Amankan Aset di Reksadana Ini

Abdul Malik • 20 Dec 2024

an image
Ilustrasi kebijakan suku Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang mengakibatkan gejolak pasar modal global. (Shutterstock)

Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa mempertimbangkan untuk mengamankan aset di reksadana pasar uang dan reksadana obligasi korporasi

Bareksa.com - Pasar modal global dilanda aksi jual (sell off) kemarin, menyusul pengumuman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana hanya akan memangkas suku bunga 2 kali atau totalnya 0,5%, lebih rendah dari harapan pelaku pasar 4 kali atau totalnya 1% pada 2025. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,84% jadi 6,977, atau di bawah level psikologis 7.000 pada Kamis (19/12). Bursa saham regional juga kompak merosot, di antaranya indeks Nikkei melemah 0,69%, indeks Shanghai turun 0,36% dan indeks Straits Times berkurang 0,44%. 

Usai pengumuman The Fed pada Rabu sore waktu AS, Bursa Saham Wall Street anjlok dan harga emas sama-sama anjlok lebih dari 2%. Meski begitu, pada penutupan Kamis, Bursa Saham Wall  Street dan emas mulai bangkit. Senada IHSG pada Jumat pukul 11.07 WIB (20/12), juga bangkit menguat 0,18% di 6.989,82. 

Beli Reksadana di Sini

Strategi Investasi di Tengah Gejolak Pasar

Menurut Tim Analis Bareksa,  keputusan The Fed yang mengejutkan pasar itu karena mempertimbangkan kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump yang akan kembali menjabat mulai Januari 2025. Trump dikenal punya kebijakan Amerika sentris, sehingga bisa memicu perang dagang dan deglobalisasi. Perang tarif bea masuk, utamanya dengan China, bisa mengerek inflasi global. 

Hal itu membuat The Fed sulit menurunkan suku bunga jika kenaikan harga-harga barang di Negara Paman Sam tak kunjung turun sesuai target 2%. Kebijakan The Fed tahun depan dinilai justru akan berfokus melawan inflasi, ketimbang melonggarkan kebijakan moneter dan menurunkan suku bunga. 

Mengacu pada FedWatch Tool (19/12), pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga AS berikutnya baru akan terjadi di awal semester II 2025. Hal itu membuat dolar AS menguat  dan menekan rupiah maupun Surat Berharga Negara RI. 

Beli Reksadana di Sini

Lalu dari domestik sendiri terdapat berbagai sentimen yang tampaknya memiliki efek kurang baik untuk pasar modal dan membuat aliran dana asing juga cenderung keluar dari dalam negeri. Salah satunya kebijakan terkait PPN yang diumumkan naik dari 11% menjadi 12% per Januari 2024. Hal ini diperkirakan semakin menahan daya beli masyarakat dan dampaknya bisa mempengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia.

Kemudian, beberapa waktu lalu Presiden Prabowo dalam pernyataannya menyebutkan bahwa investor dengan modal kecil akan kalah dengan investor yang besar. Hal ini mengindikasikan Presiden kurang pro terhadap perkembangan pasar saham domestik dan dampaknya bisa semakin membuat investor asing beralih ke pasar saham yang sudah lebih maju seperti Amerika.

Terlihat jelas dari perbedaan pergerakan indeks saham AS, S&P 500 yang mencatat kinerja hingga 24% sejak awal tahun hingga 19 Desember 2024. Sementara, IHSG sendiri turun 4% untuk periode yang sama.

Artinya, jika tidak ada perubahan kebijakan yang menyokong pertumbuhan ekonomi maupun keberlangsungan pertumbuhan investasi di pasar saham domestik, maka kinerja IHSG bisa terhambat dan semakin ditinggalkan oleh investor asing yang dapat membawa dana besar untuk menggairahkan pasar saham.

Beli Reksadana di Sini

Rekomendasi Reksadana Pilihan

Di tengah gejolak pasar akibat berbagai sentimen tersebut, Tim Analis Bareksa menyarankan investor bisa mempertimbangkan untuk mengamankan aset di reksadana pasar uang dan reksadana obligasi korporasi. Sebab kedua jenis reksadana ini umumnya cenderung lebih stabil dan tahan banting dari gejolak pasar modal global. 

Top 5 Reksadana Pasar Uang di Bareksa Barometer

Reksadana

1 Bulan (%)

1 Tahun (%)

3 Tahun (%)

AUM

Capital Money Market Fund

0,49

5,96

16,62

Rp809 miliar

Insight Money

0,45

6,14

17,35

Rp677 miliar

Setiabudi Dana Pasar Uang

0,46

5,47

14,12

Rp702 miliar

KISI Money Market Fund

0,45

5,6

15,02

Rp1,1 triliun

Shinhan Money Market Fund

0,7

5,72

14,77

Rp346 miliar

Sumber: Tim Analis Bareksa, kinerja per 18/12/2024

Beli Reksadana di Sini

Tercatat dalam sebulan terakhir, beberapa produk reksadana pasar uang terbaik yang tersedia di Bareksa mencetak imbal hasil 0,45% hingga 0,7%. Setahun terakhir, top 5 reksadana pasar uang dengan nilai Bareksa Barometer terbaik itu cuan 5,4% hingga 6,14%. Besaran return itu sudah bersih tidak dipotong pajak. 

Imbal hasil tersebut jauh lebih unggul dari deposito bank-bank besar Tanah Air yang saat ini di kisaran 3,5% dan masih harus dipotong pajak 20%. Menariknya imbal hasil reksadana pasar uang karena di dalamnya tidak hanya punya portofolio di deposito, tapi juga di obligasi korporasi jatuh tempo kurang dari 1 tahun. 

Produk reksadana pasar uang bisa dimiliki oleh investor dengan berbagai profil risiko. Misalnya, bagi investor konservatif bisa mengalokasikan hingga 50% dari total investasinya di reksadana pasar uang. Lalu investor moderat bisa mempertimbangkan 25-40% invetasinya di reksadana pasar uang, dan untuk investor agresif yang profil risikonya paling tinggi dapat mempertimbangkan alokasi 10-30% di portofolionya. 

Apalagi saat pasar saham dan obligasi jangka panjang sedang kurang kondusif seperti saat ini, maka reksadana pasar uang bisa jadi alternatif investasi yang lebih aman, minim fluktuasi serta likuid.

Beli Reksadana di Sini

Kemudian reksadana basis obligasi korporasi di Bareksa yang secara historis juga minim fluktuasi dan dapat memberikan imbal hasil menarik seperti berikut:

Kinerja Reksadana Obligasi Korporasi Terbaik

Reksadana Obligasi Korporasi

1 Bulan (%)

1 Tahun (%)

3 Tahun (%)

AUM

I-Hajj Syariah Fund

0,63

7,45

23,09

Rp1,97 triliun

Insight Renewable Energy Fund

0,82

7,51

20,02

Rp1,25 triliun

STAR Stable Amanah Sukuk

0,56

7,79

-

Rp381 miliar

Sumber: Tim Analis Bareksa, kinerja per 19/12/2024

Melihat suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih berada di level tinggi yakni 6%, maka diproyeksikan kupon obligasi korporasi juga tetap menarik di awal tahun 2025. Apalagi, potensi penurunan suku bunga diperkirakan tidak sebesar sebelumnya. Sehingga korporasi yang memilih untuk mendapatkan dana dari penawaran obligasi juga harus memberikan kupon di atas  tingkat suku bunga saat ini, agar menarik minat investor.

Artinya, dengan kupon yang lebih tinggi dapat mendorong kinerja dari reksadana obligasi korporasi. Namun tetap dengan risiko yang terukur, yang dapat dilihat dari peringkat obligasi tersebut. Investor dapat membaca lembar fakta reksadana yang biasanya mencantumkan top 10 portofolio dari alokasi investasi reksadana tersebut.

Hingga gejolak pasar saham mulai mereda, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor menimbang dua jenis reksadana ini untuk diversifikasi terlebih dulu dengan alokasi menyesuaikan profil risiko.

Beli Reksadana di Sini

(Sigma Kinasih CTA, CFP/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​​

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.