ETF Emas Segera Meluncur pada 2025, BEI dan OJK sedang Godok Aturannya
BEI sedang mengajukan agar underlying ETF bisa menggunakan emas fisik, karena secara paralel juga akan mengajukan fatwa syariah ke MUI
BEI sedang mengajukan agar underlying ETF bisa menggunakan emas fisik, karena secara paralel juga akan mengajukan fatwa syariah ke MUI
Bareksa.com - PT Bursa Efek Indonesia menargetkan segera meluncurkan salah satu inovasi terbarunya, yakni exchange traded fund (ETF) emas tahun depan. Langkah itu seiring target BEI untuk memperdalam pasar melalui beragam produk baru.
Rencana penerbitan ETF emas juga menyusul diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bulion, yang nantinya bisa berlanjut dengan penerbitan POJK terkait ETF emas.
Sumber; OJK
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik menyatakan pihaknya sedang berdiskusi dengan OJK guna memperluas underlying ETF, yang saat ini adalah saham dan surat utang. BEI saat ini sedang mengajukan agar underlying ETF bisa menggunakan emas fisik, karena secara paralel juga akan mengajukan fatwa syariah ke Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Supaya ETF emas itu menjadi syariah, maka underlyingnya harus emas fisik. Selain itu agar bisa diredempt menjadi emas fisik,” ungkapnya kepada Bareksa (10/12).
Sehingga setelah investor membeli ETF emas dalam jumlah tertentu, maka dia bisa mencairkannya jadi emas fisik. Menurut Jeffrey, proses pencetakan emas fisiknya juga bisa dilakukan di daerah. Misalkan investor asal Makassar ingin meredempt ETF emasnya menjadi emas fisik, maka dia bisa melakukannya di Makassar,
Dia menyatakan target penerbitan ETF emas ini untuk segmen ritel. Sehingga, harga per unit ETF akan disesuaikan agar bisa terjangkau oleh investor ritel. “Bisa misalnya 0,001 gram supaya terjangkau. Tapi kita juga menyasar investor institusi seperti Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). BPKH memiliki batasan berapa persen bisa investasi emas fisik, nah ETF ini kan instrumen keuangan, mereka bisa masuk juga,” dia menjelaskan.
Menurut Jerffrey, saat ini sudah ada 4 hingga 5 perusahaan manajemen investasi yang menyatakan minatnya untuk menerbitkan ETF emas. Namun saat ini statusnya masih menunggu peraturan OJK soal ETF emas. “Jadi sampai saat ini persiapannya masih di tahap diskusi dengan OJK untuk peraturan underlyingnya dulu,” dia mengungkapkan.
Jika nanti POJK ETF emas terbit, kata Jeffrey, maka BEI juga akan menyusul dengan menerbitkan peraturan produk dan perdagangannya. Karena masih proses penggodokan, BEI menargetkan ETF emas bisa terbit di 2025. Namun dia tidak merinci, di kuartal berapa ETF emas akan diluncurkan.
Dana Investasi Emas (DIMAS)
Jika sekiranya nanti underlying ETF tidak bisa diperluas ke emas fisik, menurut Jeffrey, maka BEI sedang menyiapkan alternatif lainnya. Yakni menciptakan produk baru, misalnya dana investasi emas. Saat ini sudah tersedia dana investasi real estate (DIRE) dan dana investasi infrastruktur (DINFRA), sehingga nantinya bisa ada dana investasi emas (DIMAS).
“Ini kita masih diskusi dengan OJK, mana kira-kira yang lebih pas,” dia memaparkan.
Menurut Jeffrey, rencana penerbitan ETF emas ini sejatinya tidak ada hambatan dari sisi regulasi, namun memang masih dalam tahap mendetailkan skemanya. Kajian-kajian dalam penerbitan ETF emas sudah dilakukan, salah satunya dengan studi banding ke Turki oleh stakeholders yang terlibat. BEI juga pernah berdisikusi dengan otoritas Korea Selatan terkait ETF emas. “Sebab di Korea, ETF berkembang dengan pesat,” kata dia.
ETF Emas Semakin Populer
Untuk diketahui, ETF emas memang hal baru di Indonesia. Namun produk reksadana berbasis emas yang bisa diperjualbelikan di Bursa Efek ini sejatinya sudah tersedia di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia. ETF sangat populer akhir-akhir ini dan diincar investor, seiring lonjakan harga logam kuning, didorong sentimen ketidakpastian ekonomi dan politik global, ketegangan geopolitik, serta tren pemangkasan bunga acuan.
Menurut data Dewan Emas Dunia (WGC), total dana kelolaan ETF emas dunia mencapai US$274,3 miliar pada November 2024 atau 8.215 ton emas, dengan pasar Amerika Utara menyumbang US$141,1 miliar atau 1.655,2 ton emas, menyumbang 51%. Adapun pasar ETF emas Asia baru US$18 miliar atau 207,5 ton emas, hanya menyumbang 6,5% dari total dana kelolaan ETF emas dunia.
Sumber : WGC
Berdasarkan negara, pasar ETF emas Amerika Serikat (AS) adalah terbesar di dunia dengan asset under management (AUM) mencapai US$135,2 miliar atau 1.586 ton emas. Disusul Inggris dengan AUM ETF emas mencapai US$49,4 miliar dengan kepemilikan 580 ton emas dan Swiss AUM US$27,3 miliar dengan kepemilikan 319 ton emas. Turki mencatatkan AUM ETF emas US$0,2 miliar dengan kepemilikan 2,7 ton emas, serta Malaysia 0,3 ton emas.
Sumber : WGC
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.