Syailendra Pendapatan Tetap Premium Cuan 31,09% Tiga Tahun, Apa Isi Portofolionya?
Mayoritas aset dalam portofolio reksadana pendapatan tetap ini adalah obligasi korporasi berperingkat
Mayoritas aset dalam portofolio reksadana pendapatan tetap ini adalah obligasi korporasi berperingkat
Bareksa.com - Dalam tiga tahun terakhir, reksadana pendapatan tetap Syailendra Pendapatan Tetap Premium mencatatkan kinerja cemerlang dan menjadi juara di kelas asetnya. Apa rahasia reksadana pendapatan tetap yang dikelola Syailendra Capital ini?
Menurut data di super app investasi Bareksa, Syailendra Pendapatan Tetap Premium (SPTP) mencatat imbal hasil (return) 31,09% dalam tiga tahun per 29 September 2022. Kinerja ini merupakan yang tertinggi di super app Bareksa.
Kinerja SPTP ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata reksadana sejenis yang tercermin dalam Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa, yang naik hanya 9,72% dalam periode tiga tahun terakhir per 29 September 2022.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik Perbandingan SPTP dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa
Sumber: Bareksa.com, per 29 September 2022
Menurut informasi dari Syailendra Capital, SPTP merupakan Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berfokus berinvestasi di Obligasi Korporasi. SPTP dibentuk dengan tujuan memberikan kinerja investasi yang atraktif dengan volatilitas rendah untuk kebutuhan investasi jangka panjang dan menengah.
Dalam melakukan keputusan investasi, SPTP berfokus pada pengelolaan aktif atas durasi portfolio yang bersifat taktis. SPTP bertujuan untuk memaksimalkan return obligasi korporasi tenor pendek-menengah dengan mengutamakan prinsip manajemen risiko kredit yang prudent.
Seperti tertera dalam prospektusnya, SPTP memiliki alokasi aset 80-100% pada efek bersifat utang, 0-20% pada efek pasar uang, dan 0-15% pada efek ekuitas.
Head of Wholesale Distribution Syailendra Capital Aldies Sageri menjelaskan bahwa per 30 September 2022, 100% portofolio SPTP berada di instrumen obligasi. Dari portofolio tersebut, sekitar 62% ada di obligasi korporasi dan sisanya ada di Surat Berharga Negara (SBN).
"Mayoritas aset dalam portofolio reksadana SPTP adalah obligasi korporasi berperingkat. Kisaran durasi SPTP saat ini ada di 3,2-3,5 tahun," ujar Aldies ketika dihubungi Bareksa.
Pemilihan obligasi korporasi dengan durasi pendek ini risikonya terbilang rendah tetapi bisa memberikan return yang cukup stabil. Bila dilihat dari Barometer Bareksa, SPTP mendapat nilai 4,32 dari skala 5 yang berarti baik. Imbal hasil (return) SPTP nilainya 3 dari skala 5, sedangkan risikonya sangat kecil yaitu 1 dari skala 5.
Risiko Inflasi dan Suku Bunga Naik
Dengan latar belakang kondisi global terkini, Smart Investor mungkin sudah mengetahui adanya risiko hiperinflasi atau kenaikan harga barang-barang yang tidak terkendali. Akibatnya bank sentral dunia pun perlu menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi kondisi ini.
Pada September, Bank Sentral Amerika (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,75% atau 75 basis poin menjadi 3-3,25%, tertinggi sejak 2008. Demi mengendalikan inflasi, The Fed mengatakan bahwa suku bunga akan tetap dinaikkan meskipun menghambat pertumbuhan ekonomi.
Seiring dengan langkah The Fed, Bank Indonesia (BI) juga kembali menaikkan BI 7DRRR sebesar 0,5% atau 50 basis poin ke level 4,25%, di atas konsensus pasar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan proyeksi inflasi dalam negeri bakal meningkat hingga akhir tahun menjadi di atas 6% YoY, akibat kenaikan harga bahan bakar (BBM).
Peningkatan suku bunga memang menjadi risiko bagi kelas aset obligasi. Sebab, dengan suku bunga naik maka yield akan naik yang mengindikasikan penurunan harga obligasi di pasar, baik obligasi korporasi maupun obligasi negara.
Namun, obligasi korporasi nilainya cenderung stabil karena diperdagangkan secara over the counter (OTC), atau di luar bursa, sehingga harganya tidak berfluktuasi atau tidak naik turun secara cepat. Karakter ini berbeda dengan obligasi negara yang cenderung volatil atau sensitif dengan kondisi pasar.
Smart investor yang memiliki tujuan keuangan jangka menengah dan profil risiko moderat bisa mempertimbangkan untuk memilih reksadana pendapatan tetap ini. Sesuaikan profil risiko dan tujuan keuangan sebelum memutuskan berinvestasi reksadana.
(ADV | hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.