Reksadana Saham Unggul di Pekan I Agustus 2022, Ini 10 Produk Paling Cuan
Secara mingguan IHSG mencatatkan kenaikan 1,92% dengan berakhir di 7.084,65
Secara mingguan IHSG mencatatkan kenaikan 1,92% dengan berakhir di 7.084,65
Bareksa.com - Mengakhiri perdagangan pekan pertama di Agustus 2022, bursa saham Tanah Air berhasil menorehkan kinerja cukup mengesankan dengan kembali mampu menembus level psikologis 7.000.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 1 hingga 5 Agustus 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak sekalipun merasakan ditutup di zona merah, alias dengan kata lain selalu ditutup menghijau selama lima hari beruntun pada pekan lalu.
Secara mingguan IHSG mencatatkan kenaikan 1,92% dengan berakhir di level 7.084,65. Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat cenderung memborong saham-saham Tanah Air dengan catatan aksi beli bersih (net buy) yang mencapai Rp3,76 triliun di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
Melansir CNBC Indonesia, positifnya IHSG pada pekan lalu terjadi karena sentimen pasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri cenderung positif, sehingga investor dengan senang hati memburu saham-saham di Indonesia.
Dari dalam negeri, sentimen positif pertama datang dari perekonomian RI yang tumbuh positif pada kuartal kedua tahun 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II 2022 tumbuh 5,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (YOY). Sedangkan dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/QTQ), ekonomi tumbuh 3,72%.
"Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan 3,72% dan tahunan 5,44%," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (5/8/2022) pagi hari ini.
Realisasi tersebut bahkan lebih tinggi dari polling Reuters 5,13 persen (YOY). Margo menyebut pertumbuhan ekonomi yang impresif itu ditopang oleh perkembangan harga komoditas. Peningkatan harga komoditas menyebabkan Indonesia menikmati surplus neraca perdagangan US$15,55 miliar pada kuartal II 2022.
"Indonesia mendapatkan windfall dan harga komoditas di pasar global," ujar Margo.
Selain itu, Hari Raya Idul Fitri juga memicu peningkatan konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar PDB. Di kuartal II lalu, pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 5,51% dengan distribusi ke PDB 51,47%.
Selanjutnya adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 3,07%atau distribusi 27,31% dan ekspor tumbuh 19,74% atau distribusi 24,6%.
Secara umum suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dalam dua kuartal beruntun secara tahunan. Dengan PDB Indonesia yang masih tumbuh, bahkan lebih tinggi lagi, resesi tentunya semakin jauh dari Tanah Air.
Di lain sisi, rilis laporan keuangan emiten bank-bank 'kakap' yang ciamik juga turut menjadi penopang IHSG pekan ini. Hal ini juga menjadi sentimen positif yang kedua.
Di sepanjang semester I-2022, bank-bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sukses mencatatkan pertumbuhan laba bersih dua digit.
Laba bersih BBCA tumbuh hampir 25% secara tahunan. Sementara itu laba bersih BBRI paling fantastis dengan lonjakan 98% secara tahunan.
Kinerja impresif emiten perbankan tentu menjadi katalis positif untuk IHSG.
Namun, ada sedikit kabar kurang menggembirakan dari dalam negeri, di mana cadangan devisa (cadev) RI terpantau menyusut.
Bank Indonesia (BI) pada Jumat kemarin melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2022 sebesar US$132,2 miliar. Berkurang US$4,2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia kini berada di posisi terendah sejak Juni 2020.
Anjloknya cadangan devisa tersebut menjadi yang terbesar sejak Maret 2020 atau awal pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
"Penurunan posisi cadangan devisa pada Juli 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ungkap keterangan tertulis BI, Jumat (5/8/2022) kemarin.
Kinerja Seluruh Jenis Reksadana Menguat
Kondisi pasar saham yang mengalami penguatan pada pada pekan lalu, secara umum turut mendorong seluruh jenis reksadana kompak mencatatkan penguatan, di mana yang berbasis saham dalam mengalami kenaikan terbesar.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan data Bareksa,indeks reksadana saham menjadi yang paling unggul pada pekan lalu dengan lonjakan 1,44%, disusul oleh indeks reksadana campuran yang ikut naik 0,73%.
Kemudian dua reksadana yang konservatif juga turut menorehkan kinerja positif di mana indeks reksadana pendapatan tetap menguat 0,18% dan indeks reksadana pasar uang bertambah 0,05%.
Sumber : Bareksa
Kemudian di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata mayoritas dihuni oleh reksadana indeks & ETF yang memang memiliki korelasi positif pada indeks saham acuannya.
Berdasarkan data tersebuut, 7 dari top 10 reksadana dengan return tertinggi pada pekan lalu diraih oleh reksadana indeks & ETF, sementara 3 lainnya ditempati reksadana saham.
Reksadana tersebut diantaranya Simas Danamas Saham dengan cuan 3,57% sepekan. Kemudian disusul Reksa Dana Indeks Allianz SRI KEHATI Index Fund dengan imbalan 3,45%, Reksa Dana Indeks BNP Paribas Sri Kehati dengan imbal hasil 3,41%, Reksa Dana UOBAM Indeks Bisnis-27 dengan return 3,3% dan Reksa Dana Indeks Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A dengan imbal hasil 3,29%.
Selanjutnya ada Reksa Dana Indeks Avrist IDX30 dengan cuan 3,2%, BNI AM Indeks IDX30 dengan imbalan 3,2%, Reksa Dana Indeks Principal Index IDX30 Kelas O dengan return 3,17%, Reksa Dana Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A dengan imbal hasil 3,13%, serta TRIM Syariah Saham dengan cuan 3,07%.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.