Bareksa.com - Hingga semester pertama tahun 2022, kondisi ekonomi global menghadapi beberapa tantangan seperti krisis energi dan pangan, hambatan rantai pasokan global, serta tingginya inflasi di beberapa kawasan akibat masih tingginya permintaan dan kelangkaan barang di pasar.
Menurut analisis Bareksa, Investor global juga mencermati arah kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed selama semester pertama tahun ini. Bank Sentral Negara Paman Sam akan menerapkan kebijakan moneter yang lebih agresif lagi hingga akhir tahun, untuk memenuhi komitmen menurunkan inflasi ke level normal di 2 - 3 persen secara tahunan.
Dengan arah kebijakan tersebut, menurut analisis Bareksa, investor global dikhawatirkan akan meninggalkan pasar saham dan kembali ke instrumen yang lebih minim risiko. Selain itu, para investor global juga khawatir tingginya inflasi akan membuat perekonomian dunia cenderung melambat pada tahun ini.
Mempertimbangkan hal tersebut, kira-kira apa yang harus dilakukan investor agar investasinya tetap cuan? Agar investasi kita tetap cuan, tidak ada salahnya kita melihat bagaimana Ketua dan CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia mengelola investasinya.
Legenda investasi dunia berusia 91 tahun yang dikenal karena nasihat dan kecakapan keuangan strategisnya memiliki beberapa jurus ampuh dalam menghadapi gejolak pasar akibat lonjakan inflasi saat ini.
Dilansir Kontan (5/7/2022), ada beberapa siasat jitu Warren Buffett yang dapat kita pelajari tentang inflasi, reksadana indeks, hingga apa yang dapat dilakukan hari ini untuk meningkatkan portofolio keuangan saat inflasi melonjak dan pasar saham bergejolak. Berikut ulasannya :
Warren Buffett mengingatkan investor beberapa waktu lalu bahwa inflasi "menipu hampir semua orang". Harga barang dan jasa meningkat, yang berarti dolar Amerika Serikat (AS) hanya dapat membeli lebih sedikit daripada yang dibeli satu atau dua tahun lalu.
Saat perubahan pasar dan peristiwa global berada di luar lingkup pengaruh investor individu, adalah hal bijaksana bagi konsumen untuk fokus pada apa yang dapat mereka kendalikan.
Dalam kebanyakan kasus, itu berarti tetap mengikuti strategi investasi kita. Seperti yang disarankan Warren Buffett, berinvestasi dalam jangka panjang biasanya merupakan cara terbaik untuk mengalahkan inflasi.
Warren Buffett adalah penggemar berat index fund atau reksadana indeks, bundel investasi yang mencerminkan indeks pasar tertentu, seperti indeks S&P 500.
“Dalam pandangan saya, bagi kebanyakan orang, hal terbaik yang harus dilakukan adalah memiliki index fund S&P 500,” kata Warren Buffett.
Sekedar informasi, index fund atau reksadana indeks memang mewakili investasi di pasar yang luas. Dalam kasus index fund S&P 500, kita membeli bagian kecil dari saham 500 perusahaan publik terbesar AS.
Indeks fund berbiaya murah, sebab biasanya membebankan biaya lebih rendah daripada dana yang dikelola secara aktif dan memungkinkan kita untuk membeli produk investasi yang sudah terdiversifikasi.
Secara praktis, ini menyebarkan risiko investasi kita, yang merupakan hal sangat penting selama masa-masa pasar bergejolak.
Ketika ditanya tentang pemilihan saham, Warren Buffett berkata: “Kami [Buffett dan Charlie Munger, wakil ketua Berkshire Hathaway] sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan pasar saham ketika dibuka pada hari Senin. Kami tidak pernah memilikinya.”
Dia melanjutkan: “Saya tidak berpikir kita pernah membuat keputusan di mana salah satu dari kita mengatakan atau berpikir kita harus membeli atau menjual berdasarkan apa yang akan dilakukan pasar. Atau, dalam hal ini, tentang apa yang akan dilakukan ekonomi. Kami tidak tahu.”
“Beli sebuah perusahaan karena Anda ingin memilikinya, bukan karena Anda ingin sahamnya naik,” kata Buffett kepada majalah Forbes pada tahun 1974.
Menilai nilai perusahaan adalah salah satu strategi untuk memilih di mana dan kapan harus berinvestasi. Investasi nilai berarti membeli saham berkualitas tinggi, idealnya dengan harga yang sesuai, dan menahannya selama bertahun-tahun.
“Beli sebuah perusahaan karena Anda ingin memilikinya, bukan karena Anda ingin sahamnya naik,” kata Buffett.
Menilai nilai perusahaan adalah salah satu strategi untuk memilih di mana dan kapan harus berinvestasi. Investasi nilai berarti membeli saham berkualitas tinggi, idealnya dengan harga yang sesuai, dan menahannya selama bertahun-tahun.
Ada juga investasi yang sejalan dengan nilai-nilai kita, yang melibatkan pertimbangan keyakinan sosial, keyakinan, lingkungan, atau moral saat kita berinvestasi. Warren Buffett telah melakukannya dengan cukup baik untuk dirinya sendiri dengan mengikuti kedua strategi tersebut.
Warren Buffett berbicara negatif tentang keadaan ekonomi akibat inflasi dan bagaimana hal itu sebagian besar merupakan akibat dari kebijakan fiskal dan moneter yang longgar.
Melansir The Motley Fool, kebijakan ini secara artifisial meningkatkan permintaan dan secara efektif menyebabkan ketidakseimbangan penawaran/permintaan. Obatnya adalah mencoba menaikkan harga dan menurunkan permintaan.
Dan sekarang, obatnya tampaknya menaikkan suku bunga untuk mencoba dan mengurangi permintaan. "Kami melihat fakta bahwa kami baru saja mengirimkan banyak uang dengan satu atau lain cara," kata Buffett seperti dilansir The Motley Fool.
Namun, Buffett dan Munger memandang inflasi sebagai konsekuensi yang diperlukan untuk mengeluarkan AS dari apa yang bisa menjadi depresi akibat Covid-19.
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.