Bareksa.com - Seperti apapun kondisi di pasar keuangan, sebaiknya Anda melakukan diversifikasi dalam berinvestasi. Diversifikasi adalah pembagian aset-aset di beberapa instrumen investasi berbeda. Hal ini sesuai dengan pepatah "Don't put your eggs in one basket", atau jangan meletakkan telur-telur dalam satu keranjang.
Mengapa diversifikasi perlu dilakukan? Diversifikasi investasi berguna antara lain untuk mengurangi risiko investasi dari instrumen berikut jenis investasi yang Anda pilih.
Nah, bagi Anda yang ingin melakukan diversifikasi investasi, bisa mempertimbangkan reksadana syariah. Reksadana syariah bisa dijadikan pilihan berinvestasi bagi semua kalangan, apapun latar belakang kepercayaan atau agama.
Reksadana syariah adalah reksadana yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu yang berinvestasi hanya pada aset yang ada dalam daftar efek syariah (DES).
Baca juga Investasi Nyaman, Ini Beda Reksadana Syariah dan Konvensional
Global Islamic Asset Management Report seperti dilansir Republika menyebutkan aspek diversifikasi menjadi alasan terbesar mengapa investasi reksadana syariah dipilih di samping performa dan penyesuaian strategi alokasi aset.
Senada dengan hasil laporan dimaksud, Direktur Utama PT Insight Investments Management, Ekiawan Heri Primaryanto seperti dilansir Republika menyampaikan aspek diversifikasi menjadi alasan reksadana syariah dipilih masyarakat.
"Hal ini menjadi keunggulan aset syariah dalam komposisi portofolio yang berbeda daripada aset konvensional," ujar Heri.
Ia menjelaskan dalam 10 tahun terakhir, reksadana syariah khususnya aset fixed income misalnya membukukan kinerja positif dan unggul dibanding jenis reksadana lainnya. Heri menilai berbagai isu global maupun domestik dalam 10 tahun terakhir memicu volatilitas tinggi di pasar finansial.
Bagaimana sebenarnya kelolaan reksadana syariah? Dana kelolaan bisa menjadi satu indikator kepercayaan investor, meski tidak selalu menggambarkan kinerja.
Sejauh ini, kelolaan reksadana syariah memang jauh dibandingkan dengan reksadana konvensional karena pilihan aset yang terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan dan permintaan, aset-aset syariah juga semakin banyak dan menjadi potensi bagi kelolaan reksadana syariah.
Secara umum, kelolaan reksadana syariah terus berkembang meski ada fluktuasi. Berikut gambaran kinerja jenis-jenis reksadana syariah pada Mei 2022.
Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report May 2022 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan kelolaan reksadana pendapatan tetap syariah pada bulan lalu sebesar Rp8,46 triliun, tumbuh 7 persen sepanjang tahun berjalan/YTD dan naik 10 persen secara tahunan/YOY.
Sementara itu dana kelolaan reksadana pasar uang syariah pada Mei 2022 naik 1 persen secara bulanan jadi Rp6,81 triliun.
Baca juga Top 5 MI Juara Dana Kelolaan Reksadana Pasar Uang Syariah pada Mei 2022
Di sisi lain dana kelolaan reksadana saham syariah mencapai Rp25,28 triliun pada Mei 2022, tumbuh 14 persen secara tahunan atau year to year (YOY). Selanjutnya dana kelolaan reksadana campuran syariah tercatat Rp746,88 miliar pada akhir bulan lalu.
Sementara itu, dari sisi kinerja, reksadana syariah memiliki karakter yang berbeda dengan reksadana konvensional karena isi portofolionya. Contohnya, saham-saham perbankan konvensional tidak masuk dalam daftar efek syariah sehingga tidak ada dalam portofolio reksadana syariah.
Selama periode 13 Mei - 3 Juni 2022, Indeks Reksadana Saham Syariah naik 4,64 persen seiring dengan kenaikan indeks saham syariah (Jakarta Islamic Index) di Bursa Efek Indonesia. Sebagai perbandingan, kinerja indeks LQ45 yang berisikan saham paling likuid di bursa dalam periode yang sama naik 4,77 persen.
Meskipun demikian, menurut Tim Analis Bareksa, Indeks Reksadana Saham Syariah bisa naik lebih tinggi karena didorong oleh kinerja sektor barang baku (basic materials) dan sektor energi yang memiliki porsi besar di JII, seperti terlihat pada grafik di bawah. JII sendiri umumnya dijadikan sebagai acuan (benchmark) dari reksadana saham syariah.
Grafik Komposisi Indeks Saham LQ45 dan JII
Sumber: Bareksa Research Team, IDX
Baca juga: Terdorong Sektor Energi dan Komoditas, Ini Potensi Kinerja Reksadana Syariah
Manfaat Diversifikasi
Adapun salah satu kegunaan diversifikasi investasi ialah untuk mengurangi risiko investasi dari instrumen berikut jenis investasi yang Anda pilih. Jadi, sebaiknya jangan menempatkan seluruh dana investasi (eggs/telur) Anda dalam satu jenis instrumen investasi (basket), karena jika instrumen investasi Anda (basket) jatuh, seluruh dana (eggs/telur) Anda akan turun nilainya (pecah).
Jadi tempatkanlah dana Anda dalam beberapa jenis instrumen investasi dengan melakukan diversifikasi termasuk ke reksadana syariah. Dengan begitu, jika salah satu keranjang investasi Anda jatuh, maka Anda masih memiliki cadangan keranjang investasi di tempat lain, yang harapannya dapat menopang keseluruhan jenis investasi Anda agar tidak jatuh nilainya secara keseluruhan.
Sebagian artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report May 2022. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).
(Martina Priyanti/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.