Bareksa.com - Sejak awal tahun hingga 31 Mei 2022, pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatat kinerja positif dengan kenaikan 8,62 persen.
Namun memasuki bulan Juni, menurut analisis Bareksa, fluktuasi IHSG cukup tinggi dengan kecenderungan koreksi (penurunan) bertahap pasca kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 75 basis poin (bps) atau 0,75 persen ke kisaran level 1,5 - 1,75 persen pada Juni 2022.
Meski dibayangi risiko global, kinerja IHSG masih lebih baik dibandingkan bursa saham negara lain di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), dengan kinerja sepanjang tahun berjalan (YTD) hingga 21 Juni naik 7,03 persen.
Harga komoditas, terutama batu bara yang masih cenderung di level tinggi mendorong kinerja saham sektor energi, sehingga jadi salah satu penopang utama kenaikan IHSG. Hal ini mendorong kinerja reksadana saham maupun reksadana indeks, terutama yang berbasis komoditas. Namun tingginya inflasi global, serta kenaikan suku bunga acuan bank-bank sentral negara-negara di dunia masih membayangi pergerakan pasar saham maupun obligasi.
Baca juga : Daftar Reksadana Saham & Reksadana Saham Syariah Terbaik Maret dan Kuartal I 2022
Dari dalam negeri, menurut analisis Bareksa, kondisi makro ekonomi Indonesia masih cukup stabil ditandai dengan inflasi tahunan pada Mei berada di kisaran yang sesuai target pemerintah yakni sekitar 2 - 4 persen, atau tepatnya 3,55 persen. Selain itu, cadangan devisa dan nilai tukar rupiah juga cukup stabil di bawah level psikologis Rp15,000 per dolar AS.
Melihat sejumlah hal tersebut, Bank Indonesia juga saat ini masih menahan suku bunga acuannya yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate di 3,5 persen dan diproyeksikan baru akan naik pada semester II 2022.
Di sisi lain, untuk pasar obligasi sejak awal tahun mengalami pelemahan, ditandai dengan kinerja Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) yang negatif 0,91 pesen (YTD) per Mei 2022. Hal ini mendorong penurunan indeks reksadana pendapatan tetap Bareksa minus 1,12 persen untuk periode yang sama.
Sedangkan The Fed telah menaikkan suku bungan acuan sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin (bps) atau 1,5 persen hingga Juni 2022. Menurut analisis Bareksa, kebijakan The Fed tersebut menjadi tekanan cukup besar bagi pasar obligasi global, termasuk Indonesia.
Imbal hasil (yield) acuan Obligasi Pemerintah AS sempat menyentuh angka tertinggi di 3,4 persen. Sementara yield acuan Obligasi Pemerintah Indonesia juga saat ini bergerak di kisaran 7,5 persen. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, jika The Fed melanjutkan penaikan suku bunga acuannya pada Juli 2022, yield acuan Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia diproyeksikan dapat bergerak hingga kisaran 7,8 persen.
Lihat juga : Daftar 10 Reksadana Saham Terbaik hingga Februari 2022
Sehingga untuk saat ini, analisis Bareksa menyarankan agar investor dapat mencermati reksadana saham berbasis sektor energi dan saham berkapitalisasi besar (big caps). Akumulasi investasi secara bertahap dapat dilakukan, jika IHSG mengalami penurunan dengan target support saat ini di kisaran 6.700 - 6.800.
Sementara untuk reksadana pendapatan tetap, investor masih dapat melakukan akumulasi investasi secara bertahap di produk berbasis obligasi korporasi yang umumnya fluktuasinya lebih rendah dibandingkan yang berbasis SBN. Investor juga bisa mempertimbangkan diversifikasi dengan porsi yang cukup di reksa dana pasar uang, sesuai profil risikonya.
Simak juga : Ini Daftar Reksadana Terbaik di 2021
Melihat kondisi pasar dan obligasi yang fluktuatif, kira-kira reksadana saham mana saja yang berkinerja terbaik sepanjang tahun ini hingga Mei 2022? Berikut daftarnya :
Reksadana Saham | NAV | 3 Bln (%) | YTD (%) | 1 Th (%) | AUM (Mei 2022) | Barometer (1 Tahun) |
Sucorinvest Equity Fund | 2,893 | 15.38 | 16.38 | 29.72 | 2,220,595,695,550 | 3.63 |
Schroder Dana Prestasi Plus | 34,199 | 9.93 | 14.03 | 18.94 | 9,400,572,472,285 | 4.00 |
Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A | 1,577 | 6.99 | 12.80 | 17.79 | 191,941,588,185 | 4.25 |
Mandiri Investa Cerdas Bangsa | 2,516 | 8.61 | 12.53 | 16.99 | 1,200,638,694,213 | 3.88 |
TRIM Kapital | 11,799 | 7.23 | 11.87 | 21.79 | 216,932,581,422 | 4.13 |
TRIM Kapital Plus | 4,218 | 7.26 | 11.55 | 21.16 | 193,060,671,904 | 4.13 |
Eastspring Investments Value Discovery Kelas A | 1,488 | 6.74 | 11.00 | 16.35 | 723,680,543,624 | 4.47 |
Reksa Dana Danareksa Mawar Konsumer 10 Kelas A | 1,700 | 7.29 | 10.29 | 13.33 | 368,854,206,651 | 3.88 |
Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A | 3,853 | 9.56 | 10.19 | 12.88 | 277,562,502,602 | 4.13 |
Batavia Dana Saham Syariah | 1,899 | 9.11 | 10.03 | 12.67 | 164,247,706,890 | 4.63 |
Sumber : Tim Riset Bareksa, return per 31 Mei 2022
Daftar reksa dana terbaik tersebut diseleksi berdasarkan beberapa kriteria berikut :
1. Produk reksadana saham dengan imbal hasil (return) YTD tertingi (per 31 Mei 2022)
2. Produk tersebut dikelola oleh manajer investasi dengan dana kelolaan (AUM) minimal Rp10 triliun.
3. Dana kelolaan produk reksadana tersebut di atas Rp100 miliar
4. Manajer investasi yang mengelola reksadana tersebut memiliki catatan track record tata kelola perusahaan (GCG) yang baik
5. Nilai skor berdasarkan Barometer Bareksa lebih atau sama dengan 3,5
Baca juga : Ini Daftar 10 Produk Reksadana Terlaris Sepanjang Mei 2022
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.