Bareksa.com - Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini masih akan berlanjut jelang bulan Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi. Tren positif tersebut juga akan menjadi katalis positif untuk reksadana berbasis saham.
Seperti diketahui, belakangan ini IHSG terus bergerak positif dan mulai konsisten berada di atas level psikologis 7.000, serta beberapa kali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Per tanggal 28 Maret 2022 posisi IHSG berada di level 7.049,60 yang mencerminkan kenaikan 2,34 persen dalam sebulan, serta 7,11 persen sepanjang tahun berjalan.
Menurut pandangan Bareksa, dalam jangka pendek hingga menengah penguatan IHSG diyakini masih akan berlanjut yang ditopang dengan kenaikan harga komoditas yang secara langsung berimbas positif juga terhadap surplus neraca perdagangan.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 mencapai US$3,83 miliar. Surplus neraca perdagangan ini disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih tinggi daripada nilai impor. Nilai ekspor pada bulan Februari 2022 tercatat US$34,14 miliar dan nilai impor hanya US$25,43 miliar.
Dengan neraca perdagangan yang surplus, pasar modal Tanah Air akan terlihat menarik di kalangan investor asing. Hal tersebut setidaknya sudah terlihat sejauh ini di mana aliran dana asing mencapai Rp29,58 triliun per 28 Maret 2022.
Kondisi IHSG yang mengalami tren penguatan, secara langsung juga berimbas pada kinerja reksadana berbasis saham yang ikut terdorong. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menempati peringkat pertama dengan kinerja terbaik mencapai 4,65 persen sepanjang tahun berjalan per 28 Maret 2022 (YTD).
Sumber: Bareksa
Kemudian di peringkat kedua, indeks reksadana campuran yang memang juga memiliki alokasi pada aset saham ikut tumbuh 3,11 persen ytd.
Harga komoditas juga akan menjadi salah satu sentimen yang mempengaruhi prospek kinerja reksadana saham kedepan. Apabila tren tingginya harga komoditas masih berlanjut, maka kinerja reksadana saham masih dapat terjaga.
Namun, apabila perang mulai mereda dan harga-harga komoditas mulai kembali turun maka investor dapat mengamankan keuntungannya dan switching ke jenis reksadana yang lebih konservatif seperti reksadana pendapatan tetap dan pasar uang.
Meski mencatatkan kinerja terdepan sejauh ini, investor tetap perlu waspada dan cermat terkait aspek-aspek risiko dan volatilitas yang meningkat dari berbagai faktor baik eksternal maupun internal.
Dalam berinvestasi, investor tetap perlu memperhatikan aspek risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu sebelum berinvestasi di reksadana.
(KA01/Arief Budiman/AM)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.