MAMI : Peluang Cuan dari Prospek New Economy RI dan Asia dengan Reksadana Ini
Investor dengan pola pikir forward looking dapat memanfaatkan peluang investasi di reksadana saham
Investor dengan pola pikir forward looking dapat memanfaatkan peluang investasi di reksadana saham
Bareksa.com - Proses pemulihan ekonomi yang terus berlanjut pasca resesi dampak Pandemi Covid-19 telah mendorong sumringahnya kinerja pasar modal nasional.
Kinerja pasar saham yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 7,049.69 pada perdagangan kemarin, Kamis (24/3/2022). Penguatan pasar saham Tanah Air dipimpin oleh sektor berbasis komoditas dan properti. Kenaikan sejumlah harga komoditas, potensi pemulihan ekonomi yang lebih kuat, serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendorong optimisme investor terhadap kinerja pasar saham tahun ini.
Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyatakan pasar saham domestik yang bertumbuh seiring dengan pertumbuhan pasar finansial Asia. Seperti apa gambaran pemulihan pasar finansial khususnya di Asia dan Indonesia, serta apa yang sebaiknya dilakukan investor reksadana?
Promo Terbaru di Bareksa
Krizia Maulana, Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia, dalam ulasannya bertajuk 'Menangkap Peluang New Economy di Pasar Asia', pada Kamis (24/3/2022), memberikan penjelasan berikut :
Asia Diuntungkan dari Pemulihan Ekonomi Global
Pada 2021, Krizia mengatakan, ketika pasar finansial global melaju pesat, pertumbuhan pasar finansial Asia cenderung stabil dan tidak sepesat pertumbuhan pasar finansial di Amerika Serikat dan Eropa. Namun pada tahun ini, situasinya berbalik.
Ia menjelaskan ketika pasar Amerika dan Eropa mengalami normalisasi, pasar finansial Asia termasuk ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) mengalami anomali dan diperkirakan akan mengalami lonjakan pertumbuhan cukup signifikan. Ini karena Asia dianggap memiliki fondasi makroekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi pengetatan kebijakan moneter AS.
Krizia mengatakan sebagai produsen penting di berbagai sektor di dunia, Asia sangat berperan dalam pemulihan rantai pasokan global pada tahun ini. Normalisasi pertumbuhan dan perbaikan rantai pasokan global akan berdampak positif pada sektor manufaktur dan pasar finansial Asia.
Menurut dia, pengetatan kebijakan moneter Bank Senral AS Federal Reserve (The Fed) menjadi tantangan yang harus diperhatikan. Tapi, Asia masih memiliki ruang kebijakan moneter yang lebih longgar, didukung oleh inflasi yang lebih terjaga dan tingkat suku bunga riil yang tinggi. Makanya ada fleksibilitas bagi bank sentral di kawasan ini dalam menerapkan kebijakan moneternya.
Krizia menyampaikan jika melihat lebih dalam lagi, Asia disebut sebagai 'pabrik dunia' yang diuntungkan dari siklus pemulihan ekonomi global pasca pandemi. China, sebagai salah satu kawasan penting, memiliki posisi unik dan menerapkan kebijakan yang berlawanan dengan negara lain.
Saat mayoritas negara melakukan pengetatan moneter, China justru melakukan pelonggaran moneter. Sementara itu, ASEAN diprediksi akan mengalami pemulihan ekonomi yang lebih maksimal pada tahun ini.
Pertumbuhan Pasar Asia
Krizia menyampaikan kawasan Asia Pasifik memiliki potensi pertumbuhan struktural yang menarik dan pertumbuhan dalam jangka panjangnya juga layak dicermati.
"Seiring dengan potensi pertumbuhan di Asia Pasifik, sejumlah sektor unggulan ikut tumbuh di kawasan ini, yaitu teknologi informasi (IT), energi terbarukan dan kendaraan listrik," ujarnya.
Sektor-sektor tersebut dipandang memiliki potensi besar di tengah arah kebijakan dunia yang semakin mengadopsi teknologi digital serta energi terbarukan dan kendaraan listrik. Asia memiliki sejumlah perusahaan yang menjadi market leader dunia dan berperan penting dalam sektor-sektor tersebut.
Momentum dari Dalam Negeri
Pasar finansial Indonesia, kata dia, ikut bertumbuh seiring pertumbuhan pasar finansial Asia. Di tengah tren normalisasi ekonomi global, Indonesia diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan, seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan meningkatnya vaksinasi.
Ia menilai perekonomian sudah mulai menunjukkan sinyal perbaikan di 2021 di mana pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal IV 2021 tumbuh 5 persen secara tahunan (YoY). Momentum pemulihan ini diperkirakan masih terus berlanjut dengan akselerasi pertumbuhan di semester II 2022.
"Optimisme pemulihan aktivitas ekonomi, fundamental ekonomi yang semakin baik, posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas yang memberikan efek lindung nilai dari kenaikan harga komoditas, serta stabilitas nilai tukar rupiah mendorong masuknya aliran dana asing di pasar saham Indonesia," Krizia menjelaskan.
Peluang Reksadana Saham New Economy
Menurutnya Krizia, di tengah kondisi saat ini, investor dapat mengembangkan dananya dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan di pasar Asia dan Indonesia. "Investor dengan pola pikir forward looking dapat memanfaatkan peluang investasi di reksadana saham, dengan tetap mencermati risiko saat ini dan menangkap peluang dalam jangka panjang," kata Krizia.
Ia menyampaikan salah satu contoh reksadana saham yang menangkap peluang di pasar Asia Pasifik adalah Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF). Adapun portofolio MANSYAF terdiri dari saham-saham perusahaan Asia berskala global dengan pendapatan mancanegara, sehingga outlook kinerjanya tidak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi di negeri asalnya.
"Sedangkan contoh reksadana saham di pasar domestik adalah Manulife Saham Andalan (MSA)," imbuh Krizia.
Ia mengatakan pasar saham di Asia Pasifik dan Indonesia memiliki peluang investasi yang menarik. "Seperti halnya pada setiap pilihan investasi, investor tetap harus menyesuaikan pilihan investasinya dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi masing-masing," pesan Krizia seraya menutup pandangannya.
Untuk diketahui dua produk reksadana saham Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF) dan Manulife Saham Andalan (MSA) juga tersedia di Bareksa. MANSYAF bisa dibeli dengan minimum investasi US$10.000 dan pembelian selanjutnya US$100. Adapun MSA bisa dibeli di Bareksa dengan minimum Rp10.000.
Per Februari 2022. dana investor yang dikelola MANSYAF mencapai US$380,3 juta. Dalam 3 tahun terakhir (per 24 Maret 2022) reksadana syariah global ini membukukan imbal hasil 10,4 persen. Beberapa saham yang dikoleksi reksadana saham syariah ini di antaranya BHP Group Ltd,
CSL Ltd, LG Chem Ltd, Reliance Industries Ltd, SK Hynix Inc, Samsung Electronics Co Ltd, Shenzhen Expressway Corp Ltd, Taiwan Semiconductor Manufacturing, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan Unimicron Technology Corp.
Sumber : Bareksa
Adapun Manulife Saham Andalan mengelola dana investor senilai Rp2,88 triliun pada Februari 2022. Reksadana ini mampu mencatatkan cuan 4,35 persen sebulan terakhir dan 24,56 persen setahun terakhir. Portofolio investasi reksadana ini di antaranya saham PT Adaro Energy Tbk, PT PT Astra International Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Jago Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT M Cash Integrasi Tbk, PT Merdeka Copper Gold Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk.
Sumber : Bareksa
Dilihat dari isi portofolionya, baik MANSYAF maupun MSA, dua reksadana ini sama-sama berfokus di saham-saham sektor new economy dan saham berkapitalisasi besar. Maka tidak heran, seiring potensi pertumbuhan pasar modal di tengah berlanjutnya proses pemulihan ekonomi, dua reksadana ini direkomendasikan oleh MAMI.
(Martina Priyanti/AM)
***
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.