Top 10 Reksadana Cuan Tertinggi Pekan Kedua Februari 2022
Sepanjang pekan lalu, IHSG mencatatkan penurunan tipis secara mingguan 0,08 persen ke level 6.922,6
Sepanjang pekan lalu, IHSG mencatatkan penurunan tipis secara mingguan 0,08 persen ke level 6.922,6
Bareksa.com - Pasar saham Indonesia mengalami koreksi tipis pada perdagangan pekan kedua di Maret 2022, di tengah perang antara Rusia dengan Ukraina yang masih menjadi faktor utama penggerak bursa saham di berbagai negara.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 7 hingga 11 Maret 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebanyak 3 hari, sementara 2 hari lainnya mampu menguat. Alhasil, IHSG mencatatkan penurunan tipis secara mingguan sebesar -0,08 persen ke level 6.922,60.
Di pasar reguler pekan lalu investor asing masih melakukan net buy sebesar Rp1,3 triliun, tetapi di pasar nego dan tunai terjadi net sell nyaris Rp12 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Dengan demikian, sepanjang tahun ini total net buy di pasar reguler sebesar Rp28,88 triliun di pasar reguler, sementara jika digabungkan dengan pasar nego dan tunai totalnya menjadi Rp17,44 triliun.
Melansir CNBC Indonesia, Perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penekan bursa saham global. Pasukan Rusia yang dilaporkan semakin mendekati ibu kota Ukraina, Kyiv, membuat sentimen pelaku pasar memburuk sejak Kamis malam yang membuat bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (AS) jeblok, bursa Asia pun menyusul anjlok pada akhir pekan lalu.
CNBC International melaporkan salah satu pejabat di Pentagon menyebut jika pasukan Rusia sudah berada sekitar 15 kilometer dari Kyiv. Pejabat tersebut juga yakin Rusia berencana mengepung Kyiv.
Selain itu, data dari Amerika Serikat (AS) menunjukkan inflasi bulan Februari melesat 7,9 persen year-on-year (yoy) menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, bahkan memperkirakan warga AS akan merasakan inflasi sangat tinggi dan membuat tidak nyaman.
"Saya pikir banyak ketidakpastian yang terkait dengan perang Rusia dengan Ukraina. Dan saya pikir itu akan mempertajam inflasi. Saya tidak mau membuat prediksi apa yang akan terjadi di semester II tahun ini. Kita kemungkinan akan melihat inflasi yang sangat tinggi dan tidak membuat nyaman," kata Yellen sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (11/3).
Tingginya inflasi memang sudah diperkirakan oleh The Fed, tetapi jika berlangsung lama tentunya akan menjadi masalah, dan The Fed bisa bertindak sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Kemungkinan tersebut diungkapkan langsung oleh ketua The Fed, Jerome Powell.
"Kami akan berhati-hati saat mempelajari implikasi perang di Ukraina terhadap perekonomian. Kamu memiliki ekspektasi inflasi akan mencapai puncaknya kemudian turun di tahun ini. Jika inflasi malah semakin tinggi atau lebih persisten, kami akan bersiap untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dengan menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada satu atau beberapa pertemuan," kata Powell.
Jika inflasi terus meninggi tentunya The Fed bisa semakin agresif dalam menaikkan suku bunga, yang biasanya berdampak negatif ke pasar saham.
Mayoritas Jenis Reksadana Menguat
Kondisi pasar saham yang mengalami koreksi tipis pada pada pekan lalu, secara umum nyatanya tidak terlalu berdampak negatif terhadap kinerja berbagai jenis reksadana, di mana mayoritas masih mampu menguat bahkan yang berbasis saham.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling tinggi pada pekan lalu dengan kenaikan 0,35 persen, disusul oleh indeks reksadana campuran yang juga punya alokasi pada saham mampu menguat 0,10 persen.
Di pertingkat ketiga, indeks reksadana pasar uang juga ikut menguat 0,03 persen. Sementara itu, indeks reksadana pendapatan tetap harus mengalami koreksi 0,41 persen.
Kemudian di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ternyata memang didominasi oleh jenis reksadanayang high-risk, di mana reksadana saham mendominasi dengan 7 produk, kemudian reksadana indeks & ETF dengan 2 produk, dan reksadana campuran dengan 1 produk.
Sumber: Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.