Outlook 2022 Schroders: Valuasi Pasar Saham Indonesia Murah, Potensi Reksadana
Saham-saham blue chip dan berkapitalisasi besar tertinggal dari IHSG sehingga jadi potensi reksadana saham yang memilikinya
Saham-saham blue chip dan berkapitalisasi besar tertinggal dari IHSG sehingga jadi potensi reksadana saham yang memilikinya
Bareksa.com - Menjelang akhir tahun adalah saatnya investor mulai mengevaluasi hasil investasi dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Market outlook 2022 untuk pasar saham bisa jadi satu bahan pertimbangan bagi investor reksadana saham.
Schroder, perusahaan aset manajemen dengan induk di Inggris, memandang bahwa valuasi pasar saham Indonesia saat ini terbilang murah setelah mengalami tahun anomali di 2021. Saham-saham blue chip dan berkapitalisasi besar (big caps) tertinggal jauh kinerjanya dibandingkan sektor yang sedang trending seperti teknologi, meski valuasinya mahal dan kurang likuid.
Anomali tersebut disebabkan pertumbuhan partisipasi investor ritel yang menyukai transaksi di saham-saham sedang trending, sementara pertumbuhan perusahaan secara umum masih belum cukup karena ketidakpastian Covid-19. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jauh melampaui indeks blue chip LQ45 sebesar 9 persen sejak awal tahun hingga November (year to date/YTD).
Promo Terbaru di Bareksa
"Kami yakin tren ini akan mereda setelah ekonomi secara umum bisa menunjukkan pertumbuhan pada 2022, dengan valuasi yang pastinya lebih beralasan," tulis Schroders dalam Market Outlook Equity 2022.
Baca juga: JP Morgan Sebut Rekomendasi 11 Saham Indonesia, Ada di Reksadana Ini
Lalu, harga komoditas yang tinggi juga bisa berlangsung hingga 2022 dan memberikan keuntungan bagi Indonesia sebagai produsen utama komoditas nikel, tembaga dan komoditas dasar lainnya. Selain itu, ada korelasi kuat antara harga komoditas dan konsumsi domestik yang akan positif bagi ekonomi Indonesia.
"Hal ini terjadi saat pasar saham Indonesia diabaikan oleh investor asing dan investor domestik karena ukurannya yang kecil dan kinerja lambat sebelumnya, maka kami melihat peluang kenaikan bagi saham Indonesia di 2022," tulis Schroders.
Ketidakpastian masih membayangi saham-saham sektor internet China, sehingga bisa menjadi peluang penawaran saham perdana sektor teknologi di Indonesia. Di pasar private, kenaikan harga sektor ini signifikan dan beberapa perusahaan teknologi yang besar akan melakukan penawaran perdana (IPO) di bursa saham pada 2022, seperti Goto (Gojek Tokopedia).
Baca Juga : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Potensi ini bisa menarik realokasi dari sektor internet yang mahal di China karena masalah regulasi terus membebani kompetisi. India jelas mendapatkan manfaat dari ketidakpastian China, regulasi yang kondusif, perbaikan kinerja perusahaan, dan IPO baru.
Namun, valuasi India terbilang mahal, terlihat dari rasio price to earning (P/E), sementara Indonesia juga menawarkan profil mirip dengan India dengan valuasi yang lebih murah.
Grafik Kinerja Pasar Saham Indonesia vs. India
Sumber: Schroders
Meski terdapat peningkatan IHSG, hal itu sebagian besar didorong oleh beberapa saham saja, sementara indeks saham blue chip masih terbilang mandek. "Maka, kami pikir ada potensi kenaikan di saham-saham blue chip."
Grafik Indeks Blue Chip LQ45 vs IHSG secara YTD
Sumber: Schroders
Saham-saham Indonesia yang terlihat murah datang dari sektor-sektor yang sudah besar, seperti bank dan konsumer. Sektor-sektor ini biasanya mendapat keuntungan dari suku bunga yang tinggi dan ekspansi.
Baca juga : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
Potensi di pasar saham ini tentu bisa ikut mendorong reksadana berbasis saham, seperti reksadana saham, reksadana campuran dan reksadana indeks saham, terutama yang memiliki saham-saham blue chip dalam portofolionya. Reksadana jenis ini cocok untuk investor agresif dengan profil risiko tinggi dan untuk tujuan investasi jangka panjang.
Momen ini bisa dipertimbangkan untuk menjadi waktu bagi investor melakukan switching dari reksadana atau aset dengan risiko rendah ke reksadana saham yang berisiko lebih tinggi. Ditambah lagi, ada promo switching di Bareksa dengan hadiah cashback hingga Rp200.000.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lampau tidak menjamin kinerja masa depan. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.