Bunga Acuan BI Tetap 3,5 Persen, Ini Dampaknya ke Reksadana
Keputusan BI tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Keputusan BI tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen, suku bunga deposit facility 2,75 persen, dan suku bunga lending facility 4,25 persen.
Level suku bunga acuan 3,5 persen, yang merupakan terendah sepanjang sejarah tersebut sudah dipertahankan BI sejak Februari 2021 atau dalam 11 bulan berturut-turut.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Promo Terbaru di Bareksa
"Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/12/2021).
Bank Indonesia juga kata Perry akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.
Lagi pula, kata Perry meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal, kenaikan suku bunga acuan dimulai tahun depan seiring dengan lonjakan inflasi, tak membuat BI juga lantas menaikan suku bung acuannya.
Pasalnya, BI akan melihat secara keseluruhan ekonomi domestik dan global secara cermat dan hati-hati. Sehingga dipastikan BI-7DRR akan meningkat secara bertahap.
"Akan menaikkan bertahap dan akan sangat ditentukan bagaimana perkiraan dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada 2022, 2023, dan 2024," jelas Perry.
BI memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sesuai proyeksi sekitar 5,7 persen pada 2021 dan 4,4 persen pada 2022. Kemudian Proses pemulihan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan akan meningkat lebih tinggi pada 2022.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Dampak Terhadap Reksadana
Naik/turun/ditahannya suku bunga, bisa berdampak pada harga saham, obligasi, hingga deposito yang merupakan bagian dari komposisi aset yang membentuk reksadana.
Obligasi, sebagai salah satu aset dalam reksadana, sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Sederhananya, apabila tingkat suku bunga naik,
maka harga obligasi akan turun. Adapun jika tingkat suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.
Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksadana yang berinvestasi pada obligasi seperti reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran akan diuntungkan karena harga obligasi di pasar naik.
Sementara itu, dampak suku bunga pada saham tidak dirasakan secara langsung. Secara teori, penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan ikut turun sehingga jadi tidak menarik.
Dengan demikian, investor akan mencari alternatif investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi yaitu dengan membeli saham.
Jika banyak investor yang masuk ke pasar saham, tentu akan membuat harga saham mengalami kenaikan karena meningkatnya permintaan, begitu pun sebaliknya.
Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, reksadana yang berinvestasi pada aset saham seperti reksadana campuran dan reksadana saham akan diuntungkan dan sebaliknya.
Baca : Investasi Reksadana di Bareksa dapat OVO Poin dan Voucher GrabFood
Adapun jika suku bunga bank sentral tetap alias tidak berubah, maka dampaknya minor namun cenderung lebih positif, terlebih posisinya saat ini sudah termasuk rendah karena semenjak pandemi Covid-19 pada Maret tahun 2020 lalu, suku bunga BI telah dipangkas hingga 150 bps (1,5 persen).
Sumber: Bareksa
Karena itu, era suku bunga yang rendah seperti saat ini menjadikan kinerja reksadana secara umum memiliki prospek positif. Meskipun belakangan terdapat beberapa risiko eksternal seperti tapering dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang semakin dekat, hingga perkembangan virus Corona varian Omicron.
Alhasil, secara umum kinerja reksadana terlihat belum maksimal, di mana kenaikan tertinggi sepanjang tahun berjalan justru bukan diraih oleh reksadana saham.
Sejak awal tahun hingga 16 Desember 2021, indeks reksadana campuran yang memimpin dengan kenaikan 2,89 persen YtD, disusul indeks reksadana pasar uang yang tumbuh 2,83 persen YtD.
Sementara di peringkat ketiga dan keempat diraih indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana saham dengan pertambahan masing-masing 1,67 persen dan 0,96 persen.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana
mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan
fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.