Indeks Naik Tipis di Pekan Keempat Juni, Ini Daftar 10 Reksadana Juaranya
Sepanjang pekan lalu IHSG mengakumulasi kenaikan 0,25 persen ke level 6.022,4
Sepanjang pekan lalu IHSG mengakumulasi kenaikan 0,25 persen ke level 6.022,4
Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat Juni 2021, bursa saham Tanah Air mengalami pergerakan yang bervariatif meskipun pada akhirnya masih mampu menguat tipis secara mingguan. Dalam sepekan perdagangan mulai dari 21 hingga 25 Juni, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya lebih banyak ditutup pada zona merah.
Penguatan IHSG hanya terjadi dalam dua dari lima hari perdagangan, di mana pada awal pekan sempat mengalami koreksi 0,18 persen sebelum akhirnya reli 1,52 persen pada Selasa. Kemudian sehari setelah itu terjadi koreksi besar, mencapai 0,88 persen yang berlanjut pada Kamis -0,37 persen. Di penghujung perdagangan pekan lalu, IHSG rebound 0,17 persen.
Alhasil, sepanjang pekan lalu IHSG mengakumulasi kenaikan 0,25 persen ke level 6.022,4. Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing terlihat cenderung melepas aset berisiko Tanah Air yang tercermin dari adanya aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp703,34 miliar di pasar reguler.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada awal pekan lalu, pelemahan IHSG terjadi menyusul masih berlanjutnya sentimen negatif di pasar setelah pekan sebelumnya bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga bisa dilakukan pada 2023, dan memperkirakan inflasi bisa melewati angka 3 persen pada akhir tahun ini. Pada situasi normal, The Fed menolerir tingkat inflasi 2 persen.
Tak cukup dengan itu, mengutip CNBC International Presiden The Fed St. Louis Jim Bullard menambahi kecemasan pasar pada Senin, setelah mengatakan bahwa wajar jika The Fed cenderung "hawkish" dan kenaikan suku bunga pertama bisa terjadi secepatnya pada 2022.
Namun pada Selasa, situasi berbalik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.
Sentimen positif juga muncul pada Jumat di mana bos The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS yang menyatakan tekanan inflasi di Negara Adidaya tersebut bersifat temporer, dan pihaknya tidak bakal mengacu pada inflasi tersebut dalam penentuan penaikan Fed Funds Rate.
Alhasil, kekhawatiran seputar fenomena taper tantrum, yaitu kembalinya dana asing ke negara maju karena terhentinya kebijakan moneter longgar AS, agak mereda.
Mayoritas Reksadana Tertekan
Kondisi pasar saham Indonesia yang menguat tipis pada pekan lalu, secara umum berbanding terbalik dengan kinerja reksadana yang berbasis ekuitas tersebut. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menorehkan kinerja terburuk pada pekan lalu dengan koreksi -0,23 persen.
Sumber: Bareksa
Sementara itu di peringkat dua terbawah, indeks reksadana campuran juga mengalami kinerja negatif dengan minus 0,16 persen. Adapun indeks reksadana pendapatan tetap relatif flat atau stagnan pada dengan tidak mengalami perubahan alias 0 persen.
Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu menorehkan positif pada pekan lalu dengan kenaikan tipis 0,09 persen.
Adapun jika dilihat lebih rinci, berdasarkan reksadana yang tersedia di Bareksa, produk reksadana yang terlihat mendominasi return mingguan tertinggi pada pekan lalu justru ditemati oleh produk reksadana saham dan campuran.
Berikut top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat top 10 reksadana dengan imbal hasil (return) tertinggi di Bareksa pada pekan lalu dikuasai oleh produk reksadana saham sebanyak 7 produk, dan 3 produk lainnya merupakan reksadana campuran.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(K01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.