Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode Triwulan I 2021. Hasilnya, ekonomi Tanah Air masih tumbuh negatif alias terkontraksi.
Pada Rabu (5/5/2021), Kepala BPS Suhariyanto menyebut Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 minus 0,96 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter on quarter/QoQ). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY), ekonomi Indonesia tumbuh berkurang 0,74 persen.
Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09 persen QoQ, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87 persen YoY.
Hasil yang sedikit lebih baik di atas konsensus tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi domestik cukup solid, meskipun masih mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi terjadi secara konsisten sejak perekonomian menghadapi guncangan akibat pandemi Covid-19 dan mengalami kontraksi pada Triwulan II 2020.
Hal tersebut sejalan dengan langkah penanganan pandemi yang semakin baik. Sejak Januari, tambahan kasus Covid-19 harian terus mengalami penurunan seiring progres program vaksinasi dan berbagai program pemulihan yang dijalankan dengan konsisten.
Pemulihan ekonomi menghasilkan penciptaan lapangan pekerjaan. Sampai dengan Februari 2021, tingkat pengangguran berhasil ditekan menjadi 6,26 persen dari 7,07 persen di bulan Agustus 2020.
Penciptaan lapangan kerja ini didukung oleh berbagai program termasuk Kartu PraKerja yang telah diberikan kepada 5,5 juta orang di 514 kabupaten/kota di sepanjang 2020, jauh melebihi target sebelumnya 2 juta orang.
APBN terus bekerja keras sebagai instrumen kebijakan mendukung pemulihan ekonomi. Upaya penanganan Covid-19 dan vaksinasi gratis, serta program Pemulihan Ekonomi Nasional makin diintensifkan.
Tingkat penyerapan belanja negara di Triwulan I tumbuh 15,6 persen (YoY), termasuk realisasi Program PEN yang mencapai Rp134,1 triliun, atau 19,2 persen pagu (hingga 16 April 2021), yang mencakup belanja penanganan kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan bagi UMKM dan korporasi.
Pemulihan ekonomi juga terjadi secara global dan berdampak pada kinerja ekspor nasional. Aktivitas manufaktur global terus mengalami penguatan, di mana Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global April 2021 mencapai 55,8, level tertinggi sejak April 2010.
Harga komoditas global kembali meningkat bahkan secara umum lebih tinggi dari level sebelum pandemi.
Kondisi ekonomi yang membaik tentu bisa menjadi katalis positif bagi pasar saham dan pasar obligasi negara Indonesia. Pada akhirnya, investasi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap, serta Surat Berharga Negara (SBN) juga bisa ikut meraih keuntungan.
Karena dengan semakin pulihnya kegiatan ekonomi, diharapakan bisnis emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa ikut membaik sehingga bisa menghasilkan laba yang lebih tinggi dan pada akhirnya diharapkan bisa memberikan dividen yang lebih besar kepada para investornya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang solid juga diharapkan mendorong kepercayaan investor untuk kembali masuk ke dalam aset berisiko Tanah Air yakni pasar saham, yang pada akhirnya bisa membawa IHSG lebih tinggi lagi.
Sumber: Bareksa
Sekadar informasi, sepanjang triwulan I 2021, IHSG baru mencatatkan kenaikan 0,11 persen year to date (YtD). Angka yang relatif masih sangat kecil di tengah potensi pemulihan ekonomi pada tahun ini, di mana pemerintah secara konsisten terus memperkuat langkah pemulihan ekonomi melalui faktor yang menjadi game changer melalui penanganan pandemi, dukungan kepada sektor riil dan kebijakan reformasi struktural.
Pemerintah juga terus memberikan survival and recovery kit melalui program PEN yang secara konsisten mengakselerasi pemulihan ekonomi. Kebijakan reformasi struktural yang telah dimulai dengan implementasi Undang-undang Cipta Kerja dan pembentukan Indonesia Investment Authority (INA) terus dioptimalkan.
Dengan berbagai langkah kebijakan yang responsif dan antisipatif, serta konsistensi pelaksanaan reformasi struktural, Pemerintah meyakini bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi diprediksi akan kembali pada zona pertumbuhan positif sejak triwulan II 2021.
Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh dua faktor, yakni proses pemulihan dan normalisasi ekonomi yang terus berlangsung serta faktor technical rebound akibat baseline yang relatif rendah saat awal masa pandemi (mulai triwulan II 2020). Hal ini akan mendukung pencapaian kinerja ekonomi Indonesia di tahun 2021 yang diprediksi berada pada rentang 4,5 – 5,3 persen.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut dan kondisi IHSG yang masih menguat sangat terbatas, tentu bisa menjadi pertimbangan bagi investor untuk masuk ke dalam reksadana saham, yang memang secara umum memiliki korelasi positif terhadap pergerakan IHSG.
(K01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.