Bareksa.com - Manajer Investasi (MI) global disebut-sebut masih lebih memilih bahkan memfavoritkan saham dibandingkan mata uang kripto (cryptocurrency) untuk investasi. Hasil jejajak pendapat Reuters pada 14-30 April kepada para fund manager dan kepala pejabat investasi di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang, dari portofolio global, menyebutkan alokasi saham menyumbang porsi 49,8 persen.Persentase tersebut termasuk jumlah tertinggi lebih dari tiga tahun terakhir.
Menurut Reuters, dalam menanggapi pertanyaan tambahan, ada 23 dari 24 manajer investasi mengatakan, fase bull (naik) yang terjadi pada saham saat ini akan terus berlangsung setidaknya selama tiga bulan lagi. Terlebih, lima manajer investasi memperkirakan kenaikan harga saham akan bertahan lebih dari enam bulan ke depan.
"Faktor-faktor yang mendukung pasar ekuitas adalah pembukaan kembali ekonomi, sikap bank sentral yang sangat akomodatif, likuiditas yang melimpah, dan arus [dana] yang kuat, dengan investor ritel di AS mendaur ulang cek stimulus menjadi saham," kata tim investasi di General Investments Partners kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia (1/5/2021).
Di sisi lain ekuitas memiliki valuasi yang sangat mahal, dan margin perusahaan mungkin mulai memburuk karena adanya lonjakan biaya input. Faktor-faktor itu harus saling menyeimbangkan untuk sementara waktu, dan pembicaraan tentang normalisasi bertahap dalam kebijakan akhir tahun ini pada akhirnya dapat membebani pasar saham.
Ekspektasi para manajer investasi soal penguatan saham-saham yang terus berlanjut tersebut didorong oleh paket stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Optimisme tersebut juga tercermin dari rilis indikator ekonomi baru-baru ini.
Data pada Kamis (29/4) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi AS tercatat lebih cepat pada kuartal terakhir, yang merupakan pertumbuhan kuartal pertama terbaik sejak 1980-an. Pertumbuhan tersebut didorong oleh bantuan besar pemerintah untuk rumah tangga dan bisnis.
Sementara Bank Sentral AS alias the Fed mengambil pandangan optimistis tentang ekonomi, Reuters mencatat, hal tersebut mengabaikan pembicaraan soal perubahan kebijakan dan mengabaikan adanya kenaikan inflasi seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, hampir 80 persen dari fund manager, atau 19 dari 24, menanggapi pertanyaan lain mengatakan, imbal hasil obligasi negara atau Treasury cenderung bakal naik dalam tiga bulan mendatang. Reuters mencatat, manajer aset global merekomendasikan pemotongan kepemilikan obligasi menjadi 39,5 persen dari sebelumnya 39,7 persen bulan lalu, terendah sejak Februari 2019.
Ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun di mana alokasi pendapatan tetap yang disarankan menyumbang kurang dari 40 peesen dari model portofolio global selama tiga bulan berturut-turut.
"Imbal hasil obligasi negara, seperti pasar ekuitas, akan bergejolak selama sisa tahun ini, tetapi kami sepenuhnya memperkirakan [instrumen tersebut] untuk naik secara bertahap karena tekanan inflasi meningkat dan The Fed akhirnya mulai mengurangi paket stimulus dan menaikkan suku bunga," kata Peter Lowman, kepala investasi di Investment Quorum di London.
"Sama halnya, ini tidak akan menjadi perhatian jangka pendek, kemungkinan besar adalah cerita akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023," tambah Peter.
Sekedar informasi, sejumlah mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar, kompak membukukan kenaikan harga dalam sepekan terakhir. Kenaikan harga tertinggi dialami oleh mata uang kripto XRP mencapai 38,24 persen, sementara mata uang Tether mencatatkan kenaikan paling tipis, yakni 0,01 persen dalam sepekan.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.