Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (Manulife AM) konsisten dalam mengembangkan pasar reksadana syariah. Hingga akhir 2020, perusahaan sudah membukukan dana kelolaan (under asset management/AUM) Rp8,3 triliun untuk produk reksadana syariah.
Manulife AM menjadi manajer investasi langganan juara dana kelolaan reksadana syariah dan sampai saat ini masih belum tergeser posisinya di juara pertama oleh perusahaan manajer investasi lainnya.
Per Februari 2021, manajer investasi terbesar di Indonesia dari sisi total dana kelolaan reksadana secara industri ini mencatatkan kelolaan reksadana syariah senilai Rp9,64 triliun atau melesat 16 persen sepanjang tahun berjalan (YtD) dibandingkan Desember 2020.
Secara tahunan kelolaan reksadana syariah Manulife AM pada Februari 2021 tersebut meroket 57 persen dan secara bulanan naik 16 persen. Perseroan membukukan pangsa pasar reksadana syariah 12 persen.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report February 2021
Presiden Direktur Manulife AM Afifah menyampaikan bahwa, perolehan kelolaan reksadana syariah tersebut seiring dengan perkembangan investor, baik ritel maupun institusi yang mencapai 91 ribu orang pada akhir 2020.
"Dengan dukungan investor, Manulife AM bisa membukukan dana kelolaan reksadana syariah terbesar di Indonesia," ujar dia dalam sebuah webinar yang dilaksanakan oleh OJK Institute beberapa waktu lalu.
Selain ditopang oleh investor, Manulife AM juga memiliki produk reksadana syariah yang beragam. Produk ini berasal dari berbagai jenis kelas aset dan mata uang hingga diversifikasi regional dan global.
Pengelolaan reksadana syariah Manulife AM juga sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini dilakukan melalui manajer investasi yang kredibel, unit pengelolaan investasi syariah dan dewan pengawas syariah.
Manulife AM juga berupaya untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap investasi syariah melalui seminar, media sosial dan komunikasi kepada investor. Hal ini sekaligus menjawab rendahnya tingkat literasi pasar modal syariah di Indonesia.
Afifa menyebutkan, literasi pasar modal di Indonesia baru mencapai 4,92 persen pada 2019, sedikit membaik dibandingkan 2016 yang mencapai 4,4 persen. Namun literasi pasar modal syariah belum mengalami perubahan yang berarti hanya bertengger di angka 0,02 persen.
"Rendahnya tingkat literasi ini sejalan dengan tingkat inklusi pasar modal syariah yang baru mencapai 0,01 persen," papar dia.
Teknologi digital, menurut Afifa bisa menjadi solusi dalam meningkatkan tingkat literasi ini. Apalagi, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap investasi syariah secara digital cukup meningkat.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.