CEO Manulife AM, Afifa : Penetrasi Reksadana RI Masih Rendah, Ini 2 Solusinya
Tingkat penetrasi reksadana di Indonesia baru mencapai 3 persen dari PDB pada 2020
Tingkat penetrasi reksadana di Indonesia baru mencapai 3 persen dari PDB pada 2020
Bareksa.com - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai, penetrasi reksadana di Indonesia masih sangat tertinggal dibandingkan negara tetangga. Berkembangnya investor ritel dan reksadana syariah menjadi jalan untuk meningkatkan penetrasi tersebut.
Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Afifa menjelaskan, berdasarkan data yang diolah Manulife dari berbagai sumber, tingkat penetrasi reksadana di Indonesia baru mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020.
Sementara negara lain di kawasan Asia Tenggara mencatat tingkat penetrasi yang cukup tinggi, yakni Filipina mencapi 5 persen, Singapura 21 persen, Thailand 31 persen dan Malaysia 31 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
"Kekayaan rumah tangga di kebanyakan keluarga Indonesia masih sekedar disimpan di alternatif tradisional seperti tabungan dan deposito, belum dikembangkan melalui alternatif investasi seperti instrumen pasar modal termasuk reksadana," ujar Afifa di Jakarta Kamis (18/3).
Padahal Indonesia merupakan negara ekonomi terbesar di ASEAN dengan rata-rata pertumbuhan tingkat PDB 7 persen hingga akhir 2019. Indonesia juga sudah memasuki kelas menengah atas dengan pendapatan rata-rata per kapita yang terus meningkat.
Dua Peluang
Untuk meningkatkan tingkat penetrasi tersebut, Afifa menilai ada dua peluang yang bisa digarap oleh pelaku industri. Pertama adalah dengan memanfaatkan pertumbuhan segmen ritel dari milenial.
Afifa menyebutkan, jumlah investor pasar modal pada 2020 meningkat 56 persen dari tahun 2019. Investor tersebut terdiri dari investor saham 1,38 juta orang dan investor reksadana 2,58 juta orang, sehingga total investor pasar modal pada 2020 mencapai 3,88 juta orang.
"Namun sayangnya jumlah investor tersebut baru mencapai 1,4 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia," papar dia.
Pengembangan teknologi digital, menurut Afifa bisa menjadi salah satu jalan untuk menambah jumlah investor di pasar modal, terutama dari segmen milenial. Pasalnya, segmen masyarakat ini bisa merupakan segmen masyarakat yang paling banyak menggunakan teknologi komunikasi.
Pemanfaatan teknologi ini juga sudah dilakukan di industri reksadana melalui kehadiran Agen Penjual Reksadana (APERD) online dan juga sistem pemasaran digital.
Sistem pemasaran ini menawarkan kenyamanan bagi investornya dengan menyediakan saran investasi melalui robo-advisors, sistem pembayaran melalui internet banking serta cek transaksi dan saldo melalui AKSes.
Selain memanfaatkan investor milenial, kedua, pelaku industri juga bisa memanfaatkan pasar modal syariah. Menurut Afifa, jumlah saham syariah terus meningkat dalam 10 tahun terakhir, dari 237 pada 2011 menjadi 451 pada akhir Oktober 2020. Kontribusi dana kelolaan (asset under management/AUM) reksadana syariah juga meningkat tiap tahunnya.
Pada akhir 2015, kontribusi dana kelolaan reksadana syariah baru mencapai 4,41 persen dari total dana kelolaan industri reksadana. Namun pada akhir 2020 sudah meningkat menjadi 12,97 persen.
Namun di balik peningkatan kontribusi tersebut, reksadana syariah belum menjadi pilihan utama dalam berinvestasi. Masyarakat masih cenderung memilih emas, tanah dan deposito sebagai instrumen investasi utama.
"Karena itu perlu ada solusi untuk meningkatkan minat masyarakat, yakni melalui penggunaan platform digital. Akan tetapi penggunaan platform ini harus disesuaikan dengan keinginan masyarakat yang mereknya terkesan syariah, memiliki tampilan dan fitur syariah serta ada rekomendasi dari tokoh syariah," ujar Afifa.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.