Bunga BI Tetap 3,75 Persen, Reksadana Pendapatan Tetap Cuan hingga 15 Persen YtD
Keputusan ini diambil BI seiring perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga
Keputusan ini diambil BI seiring perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga
Bareksa.com - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75 persen, suku bunga Deposit Facility 3 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,5 persen.
"Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi. BI memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional, melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman Covid-19, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan," ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangannya (17/12/2020).
Di samping kebijakan tersebut, BI menempuh pula langkah-langkah sebagai berikut :
Promo Terbaru di Bareksa
1. Melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar.
2. Memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan moneter akomodatif.
3. Memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong peningkatan kredit/pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas dalam rangka pemulihan ekonomi nasional di tengah terjaganya ketahanan sistem keuangan.
4. Mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan dengan koordinasi bersama OJK.
5. Memperkuat pendalaman pasar uang melalui perluasan underlying DNDF guna meningkatkan likuiditas dan penguatan JISDOR sebagai acuan dalam mekanisme penentuan nilai tukar di pasar valas.
6. Memperkuat koordinasi pengawasan perbankan secara terpadu antara Bank Indonesia, OJK dan LPS dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan.
7. Mempercepat transformasi digital dan sinergi untuk memperkuat momentum pemulihan ekonomi melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran dan percepatan implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
a. Memperpanjang kebijakan Merchant Discount Rate QRIS sebesar 0 persen untuk merchant Usaha Mikro sampai dengan 31 Maret 2021.
b. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah.
c. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknologi serta kolaborasi perbankan dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain meliputi regulatory sandbox, industrial test, innovation lab dan start up.
"Ke depan, BI terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah, serta mendukung stabilitas sistem keuangan. Koordinasi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional," ujar Erwin.
Fokus koordinasi kebijakan, kata Erwin, diarahkan pada mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Secara teori, penurunan suku bunga acuan biasanya memang akan menguntungkan instrumen berpendapatan tetap seperti Surat Berharga Negara (SBN), termasuk reksadana pendapatan tetap yang memang kebijakan investasinya mayoritas di instrumen surat utang (obligasi).
Sebagai informasi, harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, maka harga obligasi cenderung naik. Begitu pun sebaliknya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi cenderung turun.
Ketika harga obligasi naik, maka kinerja reksadana pendapatan tetap yang menjadikan 80 persen minimal portofolio investasinya berisi obligasi, maka hal tersebut akan mengerek nilai aktiva bersihnya.
Di sisi lain, dengan turunnya suku bunga acuan para investor juga akan cenderung mengalihkan aset mereka yang sebelumnya berada di tabungan atau deposito ke instrumen investasi yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih menarik di tengah tren penurunan suku bunga.
Berdasarkan daftar reksadana yang dijual di Bareksa, top 10 reksadana pendapatan tetap return tertinggi secara year to date (YtD) per 16 Desember memberikan imbalan antara 12,31 persen hingga 15,06 persen.
Sumber : Bareksa
Tingginya imbalan reksadana pendapatan tetap tersebut ditopang oleh tren suku bunga rendah dan gejolak pasar akibat pandemi Covid-19, sehingga pada awal masa pandemi banyak investor meilirik instrumen pendapatan tetap sebagai salah satu portofolionya.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.