Bareksa.com - Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) menorehkan kinerja positif pada bulan lalu, baik dari sisi Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan maupun unit penyertaan. Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2020 yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan dana kelolaan ETF pada November tumbuh 9,55 persen menjadi Rp15,6 triliun.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2020
Sementara itu dari sisi jumlah unit penyertaan, reksadana ETF pada bulan lalu, tumbuh 15,21 persen pada November jadi 21,9 miliar unit.
Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2020 menyebutkan secara bulanan (MoM), 20 Top Manajer Investasi (MI) yang memperoleh dana kelolaan reksadana ETF semuanya menorehkan kinerj positif. Secara bulanan (MoM), pertumbuhannya mulai dari 2 persen hingga 572 persen.
MI yang mengalami pertumbuhan dana kelolaan reksadana ETF terbesar secara bulanan (MoM), antara lain Insight IM (572 persen), KISI AM (52 persen), Samuel AM (26 persen), dan BNI AM serta Danareksa IM yang sama-sama mengalami pertumbuhan 19 persen.
Secara year to date (YoD), MI yang menorehkan pertumbuhan dana kelolaan ETF terbesar pada November antara lain BNI AM (103 persen), PNM IM (102 persen), Batavia PAM (67 persen), dan KISI AM (27 persen).
Sementara secara tahunan (YoY), MI dengan dana kelolaan reksadana ETF paling besar pada November antara lain PNM IM (112 persen), Batavia PAM (98 persen), BNI AM (41 persen), dan Avrist (6 persen).
Siapa saja MI yang berada dalam 20 Top MI dengan dana kelolaan reksadana ETF terbesar pada November 2020? Berikut daftarnya:
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report November 2020
Faktor Pendukung AUM Tumbuh
Camar Remoa, Head of Equity PT Insight Investments Management mengatakan faktor yang membuat minat terhadap ETF terus membaik adalah periode saat ini merupakan saat yang tepat bagi para investor untuk memulai investasi pada produk ETF, setelah indeks terkoreksi cukup dalam. Hal tersebut, dapat dilihat dari kenaikan unit penyertaan padahal pasar cukup bergejolak yang menunjukkan tingginya minat investor terhadap reksadana ETF.
"Reksadana ETF memiliki sejumlah keunggulan. Yakni, mulai dari mudah dan fleksibel karena dapat ditransaksikan selama jam perdagangan layaknya saham, biaya jasa pengelolaan yang rendah, cakupan sektor pilihan yang lebih terdiversifikasi, transparan dalam keterbukaan konstituen, hingga memiliki pengawasan berlapis dari regulator," ujarnya dilansir Kontan.
Camar menjelaskan dengan kinerja reksadana ETF yang mengikuti indeks, pada akhirnya kinerjanya pun berkorelasi positif dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Maka, setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19 hingga terkoreksi sebesar minus 37,49 persen, IHSG terus membaik belakangan ini. Ia menyampaikan jika dihitung dari titik terendahnya, yakni 26 Maret, hingga 30 November, IHSG telah naik 29,35 persen.
Camar menilai setiap IHSG kembali mengalami koreksi, hal tersebut bisa menjadi kesempatan yang menarik untuk investor kembali masuk ke reksadana ETF. Apalagi, dengan aliran dana asing yang mulai mengalir, IHSG masih akan bergerak naik.
Sementara itu Farash Farich, Head of Investment Avrist Asset Management mengungkapkan, meningkatnya minat terhadap reksadana ETF memang sedang terjadi secara global maupun domestik dalam sedekade terakhir. Dengan berkembangnya minat investor, pada akhirnya Manajer Investasi (MI) pun menyiapkan produk reksadana ETF untuk memenuhi minat tersebut.
Pada akhirnya, Farash mengatakan ETF yang umumnya menggunakan strategi pasif pun mendapatkan inflow yang terus meningkat. Sesuai sifatnya yang berisikan saham konstituen indeks, kinerjanya pada tahun ini pun mengekor indeks yang jadi rujukan.
Farash mengatakan reksadana ETF obligasi justru memiliki kinerja yang lebih baik. Kinerja ETF obligasi pada tahun ini, ia memperkirakan, akan berkisar 10,8 persen. Lebih lanjut ia mengatakan untuk saat ini, ETF saham dari sisi valuasi dinilai sudah mulai mendekati normal kembali. Prospek imbal hasilnya dalam jangka panjang sudah kembali ke arah 10 persen-12 persen per tahun.
Saat ini, Farash mengatakan, masih menjadi momen yang tepat bagi investor untuk membeli ETF saham."Tahun depan, saham dan obligasi akan memiliki prospek kinerja yang positif. Namun saham berpotensi memiliki capital gain lebih tinggi dibandingkan obligasi dalam jangka panjang. Jadi investor bisa mulai mengoleksi reksadana ETF sebagai salah satu instrumen investasi," lanjut Farash seperti dilasir Kontan.
Karakteristik ETF
ETF pertama kali digulirkan oleh State Street Global Advisors pada 1993. Sejak itu, popularitas ETF terus tumbuh dan mengumpulkan aset dengan kecepatan yang tinggi.
Jadi apa itu ETF? ETF adalah reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Dengan kata lain, ETF adalah sebuah produk investasi yang menggabungkan dua karakteristik produk sekaligus, yaitu reksadana berbentuk terbuka (open ended fund) dan saham (common stock).
Perlu diketahui, ETF dikategorikan menjadi dua jenis yaitu ETF aktif dan ETF pasif. ETF aktif adalah ETF yang dikelola secara aktif oleh manajer investasi (MI) berdasarkan kriteria dan pemilihan efek yang ditentukan oleh MI sehingga kinerja ETF bergantung kepada kinerja MI tersebut.
Adapun ETF pasif adalah ETF yang dikelola secara pasif dengan pemilihan efek mengacu kepada suatu indeks tertentu sehingga kinerjanya merupakan cerminan dari kinerja dari indeks acuan tersebut.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Penting diingat, reksadana apapun yang dipilih entah pasar uang, pendapatan tetap, campuran, saham, atau ETF, demi kenyamanan berinvestasi, pastikan lebih dahulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
Sebagian isi dan data artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report November 2020. Untuk berlangganan laporan ini sila hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).
(Martina Priyanti/Tim Data/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.