Bareksa.com - Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga usai, tren pertumbuhan Industri reksadana Tanah Air menunjukkan sedikit kontraksi pada September 2020 setelah sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan selama tiga bulan beruntun.
Hal tesebut tercermin dari dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana yang tergerus Rp11 triliun (-2,11 persen) dari sebelumnya Rp521,15 triliun per Agustus 2020, menjadi Rp510,15 triliun per September 2020.
Penurunan AUM industri reksadana memang tergolong cukup wajar, mengingat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi 7,03 persen sepanjang bulan lalu.
Sumber: Bareksa
Kinerja IHSG yang mengalami tekanan dalam sepanjang September 2020, turut memberikan sentimen negatif terhadap seluruh kinerja reksadana yang kompak turun sepanjang bulan lalu, di mana indeks reksadana saham (-7,24 persen), kemudian indeks reksadana campuran (-4,53 persen), lalu indeks reksadana pasar uang (-0,44 persen), dan indeks reksadana pendapatan tetap (-0,22 persen).
Kondisi perekonomian global yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 jelas merupakan faktor yang paling dominan menekan seluruh bursa saham di berbagai belahan dunia.
Kasus Covid-19 yang terus meningkat di dalam negeri membuat pemerintah mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tentu berdampak besar terhadap kegiatan ekonomi menjadi sangat terbatas, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan menjalankan bisnisnya, yang pada akhirnya memuat perekonomian terkontraksi.
Sementara dari global, pasar juga menanti pemilihan umum presiden Amerika Serikat(AS). Lalu, hingga saat ini paket stimulus AS juga belum tercapai, sehingga ekonomi AS melambat yang mempengaruhi ekonomi dunia.
Krisis kesehatan memang memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Dampaknya bisa merembet ke resesi, yang terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang minus 5,32 persen year on year (YoY) pada kuartal II dan kemungkinan besar akan berlanjut pada kuartal III.
Manajer Investasi dengan Pertumbuhan AUM Tertinggi
Di tengah penurunan AUM yang terjadi pada industri reksadana, ternyata masih terdapat beberapa manajer investasi yang berhasil mencatatkan pertumbuhan AUM selama September 2020.
No | Manajer Investasi | AUM Agustus 2020 | AUM September 2020 | Pertumbuhan |
1 | Ashmore Asset Management Indonesia | Rp14,75 triliun | Rp15,56 triliun | Rp815,5 miliar |
2 | BNP Paribas Asset Management | Rp21,58 triliun | Rp22,25 triliun | Rp673 miliar |
3 | PNM Investment Management | Rp5,89 triliun | Rp6,42 triliun | Rp531,1 miliar |
4 | RHB Asset Mangement Indonesia | Rp5,51 triliun | Rp6 triliun | Rp489,9 miliar |
5 | Avrist Asset Management | Rp4,23 triliun | Rp4,56 triliun | Rp328,8 miliar |
6 | Setiabudi Asset Management | Rp1,77 triliun | Rp1,98 triliun | Rp204,5 miliar |
7 | Sucorinvest Asset Management | Rp13,25 triliun | Rp13,43 triliun | Rp185,3 miliar |
8 | Capital Asset Management | Rp3,1 triliun | Rp3,21 triliun | Rp106,8 miliar |
9 | Pinnacle Persada Investama | Rp1,49 triliun | Rp1,57 triliun | Rp77,5 miliar |
10 | Indoasia Aset Manajemen | Rp143 miliar | Rp190,3 miliar | Rp47,2 miliar |
Sumber: OJK, diolah Bareksa
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa 10 besar manajer investasi dengan pertumbuhan AUM tertinggi pada bulan lalu mencatatkan angka yang bervariatif mulai dari Rp47 miliar hingga Rp815,55 miliar.
Adapun terkait prospek industri reksadana hingga akhir tahun ini, kinerja reksadana diperkirakan masih berpotensi bangkit seiring dengan kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan saat ini. Meskipun tidak dapat dipungkiri juga bahwa investor secara umum masih wait and see, berhati-hati, dan cenderung konservatif dengan pertimbangan pemulihan ekonomi serta penanganan pandemi sejauh ini.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(Arief Budiman/KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.