Bareksa.com - Bulan Maret 2020 sudah berlalu, namun pasar saham terihat mengalami luka. Bagaimana tidak? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur kinerja bursa saham Tanah Air harus rontok 16,76 persen month on month (MoM).
Capaian tersebut merupakan kinerja bulanan terburuk dalam 12 tahun terakhir, tepatnya sejak terakhir kali terjadi pada Oktober 2008 ketika IHSG ambrol 31,42 persen MoM kala itu.
Meluasnya penyebaran pandemi virus Corona (COVID-19) menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar keuangan global sepanjang bulan lalu. Hal ini menyebabkan investor asing keluar dari pasar keuangan domestik terutama saham dan Surat Berharga Negara (SBN) karena ketidakpastian yang tinggi.
Sumber: Johns Hopkins CSSE
Penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, China ini, menurut data Johns Hopkins CSSE, hingga Rabu (01/04/2020) waktu subuh, sudah menginfeksi lebih dari 855 ribu orang di 180 negara dan menewaskan 42.032 jiwa. Sedangkan di Indonesia hingga Selasa (31/03/2020), pasien positif infeksi COVID-19 mencapai 1.528 orang dan menewaskan 122 orang.
Data tersebut menggambarkan COVID-19 bukanlah suatu wabah yang bisa dianggap sebelah mata. Virus yang menyerang saluran pernapasan manusia tersebut telah sukses memberikan dampak negatif hampir kepada semua sektor, mulai dari kesehatan, keamanan, sosial, hingga keuangan global.
Akibat penyebaran COVID-19 yang begitu luas, kondisi perekonomian global diperkirakan akan terkontraksi cukup dalam pada semester pertama tahun ini dan mulai kembali pulih pada semester kedua seiring dengan wabah COVID-19 yang terus meningkat di luar China.
Sedangkan, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diprediksi akan terkontraksi pada kuartal kedua tahun ini mengingat penyebaran COVID-19 di AS dan Eropa baru akan mencapai puncaknya pada April dan Mei, sedangkan perekonomian China diprediksi telah membaik pada periode tersebut sejalan dengan mulai melambatnya penyebaran COVID-19 di Negeri Panda tersebut.
Mayoritas Kinerja Reksa Dana Tertekan
Pandemi COVID-19 yang sukses memukul pasar keuangan global termasuk Indonesia, tentu secara umum turut berdampak negatif terhadap kinerja reksadana Tanah Air.
Berdasarkan data Bareksa, tiga dari empat jenis reksadana mencatatkan kinerja negatif sepanjang bulan lalu. Indeks reksadana saham menjadi yang terburuk dengan anjlok 14,71 persen MoM, disusul oleh indeks reksadana campuran yang merosot 9,08 persen MoM, dan indeks reksadana pendapatan tetap yang terkoreksi 3,33 persen MoM.
Sumber: Bareksa
Hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu bertahan pada bulan lalu dengan penguatan 0,12 persen MoM. Hal ini menandakan jenis reksadana ini paling defensif dan stabil di tengah sentimen negatif yang ada.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara itu, reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Bentuk instrumen investasinya dapat berupa time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan berbagai jenis instrumen investasi pasar uang lainnya.
Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risikonya relatif paling rendah dibandingkan reksadana jenis lainnya.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.