BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Pasar Makin Tidak Pasti Akibat Corona, Dua Jenis Reksadana Ini Tetap Kinclong

Bareksa03 Maret 2020
Tags:
Pasar Makin Tidak Pasti Akibat Corona, Dua Jenis Reksadana Ini Tetap Kinclong
Karyawan beraktivitas di dekat grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 41.36 poin atau 0,65 persen ke level 6,340.18. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

BI melalui asesmen terkininya menilai ketidakpastian pasar keuangan global akibat mewabahnya virus corona makin tinggi

Bareksa.com - Bank Indonesia melalui asesmen terkininya menilai, ketidakpastian pasar keuangan global akibat mewabahnya COVID-19 atau virus corona makin tinggi, meskipun intensitas di Tiongkok mulai berkurang. Hal ini terjadi pasca ditemukannya kasus COVID-19 di luar Tiongkok.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, mengatakan dengan adanya ketidakpastian tersebut, investor global menarik penempatan dananya di pasar keuangan negara berkembang dan mengalihkan kepada aset keuangan dan komoditas yang dianggap aman seperti UST Bond dan emas.

"Kondisi ini kemudian menekan pasar keuangan dunia dan memberikan tekanan depresiasi cukup tajam pada banyak mata uang global, termasuk Indonesia," jelas Onny dalam keterangan tertulis pada Senin (2/3).

Promo Terbaru di Bareksa

Karena itu, BI memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan memitigasi dampak risiko COVID-19 terhadap perekonomian domestik. Bank Indonesia juga akan konsisten menjaga stabilitas moneter, nilai tukar rupiah, dan pasar keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Pada RDG 19-20 Februari 2020, Bank Indonesia telah menempuh berbagai kebijakan untuk memitigasi risiko COVID-19. Suku bunga kebijakan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diturunkan 25 bps menjadi 4,75 persen. Strategi operasi moneter juga terus diperkuat guna menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Selain itu, BI juga menyesuaikan ketentuan terkait perhitungan rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dengan memperluas cakupan pendanaan dan pembiayaan pada kantor cabang bank di luar negeri yang diperuntukkan bagi ekonomi Indonesia. Kebijakan sistem pembayaran juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi antara lain melalui perluasan akseptasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) serta elektronifikasi bansos dan transaksi keuangan Pemda.

Selain pelonggarkan kebijakan moneter tersebut, BI juga akan melakukan beberapa kebijakan lanjutan. Adapun langkah tersebut adalah BI akan mengoptimalkan strategi intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN guna meminimalkan risiko peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah.

Selain itu, BI akan menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Valuta Asing Bank Umum Konvensional dan Syariah, dari semula 8 persen menjadi 4 persen, berlaku mulai 16 Maret 2020. Penurunan rasio GWM Valas tersebut akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sekitar US$3,2 miliar dan sekaligus mengurangi tekanan di pasar valas.

Bi juga menurunkan GWM Rupiah 50bps yang ditujukan kepada bank-bank yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor-impor, yang dalam pelaksanaannya akan berkoordinasi dengan Pemerintah. Kebijakan akan diimplementasikan mulai 1 April 2020 untuk berlaku selama 9 bulan dan sesudahnya dapat dievaluasi kembali.

Kemudian, BI memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing sehingga dapat memberikan alternatif dalam rangka lindung nilai atas kepemilikan Rupiah. Terakhir, BI memperbolehkan investor global untuk menggunakan bank kustodi global dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan perekonomian, termasuk dampak COVID-19 serta terus memperkuat bauran kebijakan dan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat reformasi struktural," kata Onny.

Melihat ketidakpastian tersebut, industri reksa dana yang memiliki underlying instrumen pasar uang dan obligasi kemungkinan akan terdampak. Namun berdasarkan data Bareksa, dari 37 reksadana pasar uang yang ada di Bareksa, 36 diantaranya masih mencatatkan return positif. Bahkan 9 di antaranya mencatatkan return di atas 1 persen secara year to date (ytd).

NAV 9 Reksa Dana Pasar Uang YTD

Illustration
Sumber : Bareksa

Begitu juga dengan reksadana pendapatan tetap, dari 44 reksa dana pendapatan tetap yang ada di Bareksa, hanya satu yang mencatatkan return negatif. Bahkan 12 di antaranya mencatatkan return di atas 2 persen.

NAV 12 Reksa Dana Pendapatan Tetap YTD

Illustration
Sumber : Bareksa

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(K09/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua