Bareksa.com - Mengakhiri pekan ketiga di Maret 2020, bursa saham Tanah Air masih mengalami tekanan hebat sepanjang pekan lalu, sama seperti pekan sebelumnya. Dalam periode 16 – 20 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 14,52 persen ke level 4.194,94, menjadikannya kinerja mingguan terburuk sejak tahun 1998 di era krisis moneter.
Tak lain dan tak bukan, penyebab utama aksi jual di bursa saham tersebut adalah masih dari penyebaran wabah virus corona atau COVID-19 yang melonjak di luar China.
Sumber: Johns Hopkins University & Medicine
Sejauh ini hingga 23 Maret 2020 pagi, COVID-19 telah menyebar hingga ke 171 negara dan wilayah kedaulatan di seluruh dunia, menginfeksi 331.273 orang. Angka kesembuhan mencapai 97.847 orang, sedangkan angka kematian mencapai 14.450 jiwa.
Wabah yang sudah resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ini memang dikhawatirkan akan menekan pertumbuhan ekonomi global cukup dalam.
Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (COVID-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4 persen dari angka pertumbuhan tahun lalu 6 persen.
Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3 persen pada kuartal I 2020. Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2 persen atau artinya hanya tumbuh 1,7 persen.
Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4 persen tahun ini dari prediksi awal 2,8 persen
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati juga pernah menyatakan jika perekonomian China melambat 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6 persen.
Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan. Pelambatan ekonomi tersebut bisa lebih buruk lagi, jika wabah virus corona berlanjut hingga kuartal II tahun ini.
Hanya Reksadana Pasar Uang yang Bertahan
Kondisi bursa saham yang anjlok parah sepanjang pekan lalu, turut memberikan tekanan hebat bagi seluruh kinerja reksadana secara umum.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang terparah dengan ambrol 12,65 persen, kemudian disusul oleh indeks reksadana campuran yang merosot 7,4 persen.
Sumber: Bareksa
Adapun berikutnya indeks reksadana pendapatan tetap juga ikut terkoreksi 2,52 persen. Hanya reksadana pasar uang yang mampu bertahan dengan penguatan tipis 0,04 persen.
Sebagai informasi, reksadana pasar uang memang sangat defensif terhadap gejolak pasar saham karena menempatkan dananya ke dalam instrumen pasar uang.
Lalu apa yang disebut sebagai instrumen pasar uang? Instrumen pasar uang adalah efek utang yang jatuh temponya kurang dari setahun, misalnya sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito dan bisa juga obligasi selama jatuh temponya kurang dari satu tahun. Dengan isi portfolio tersebut reksadana pasar uang menjadi reksadana yang relatif paling aman.
Reksadana pasar uang memiliki beberapa keunggulan yang cukup menarik. Pertama reksadana ini umumnya memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito, harap diingat bunga deposito terkena pajak 20 persen, sedangkan reksadana adalah instrumen yang bebas pajak.
Reksadana pasar uang juga memiliki likuiditas yang tinggi, subscription (pembelian unit reksadana) ataupun redemption (penjualan kembali unit reksadana) dapat dilakukan kapanpun dan tanpa biaya. Dengan karakteristik tersebut tentu investor dapat mencoba menggunakan reksadana pasar uang sebagai alternatif deposito.
Walaupun demikian investor tidak boleh lupa bahwa reksadana adalah instrumen investasi sehingga berbeda dengan deposito yang masih dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bila sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan reksadana pasar uang walaupun isinya sebagian besar adalah deposito namun instrumen ini tidak ada yang menjamin.
Reksadana pasar uang memang cocok bagi investor pemula atau investor yang ingin menjaga nilai uangnya dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun), Likuiditas yang tinggi dan imbal hasil setara deposito menjadi salah satu daya tarik dari reksadana ini sehingga bila sewaktu-waktu pasar modal mengalami koreksi investor dapat segera melakukan switching ke jenis reksadana lainnya.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.