Bareksa.com - Sepanjang kuartal kuartal I tahun ini, pasar saham Indonesia mengalami tekanan yang cukup dalam akibat penyebaran virus corona. Pada Senin (9/3/2020) Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, ditutup pada posisi anjolok 6,58 persen ke level 5.136,81 dan jika dilihat sepanjang tahun ini, IHSG telah turun 18,46 persen.
Analis Bahana Sekuritas PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia, Muhammad Wafi mengatakan sebenarnya kekhawatiran investor terhadap penyebaran covid-19 di dalam negeri cukup berlebihan karena pemerintah telah melakukan langkah antisipasi untuk mencegah penyebarannya.
Bahana Sekuritas menilai, langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah telah mendapat respon positip dari investor beberapa hari pasca-diumumkannya dua orang yang terkena virus corona, beberapa investor asing kembali masuk ke pasar saham meski lebih selektif memilih saham-saham sektoral, mengingat harga saham yang sudah cukup murah bila dibandingkan negara lainnya, di tengah-tengah fundamental perekonomian domestik yang masih terjaga.
Lebih lanjut, pasar saham domestik dinilai kembali menjadi perhatian investor setelah Federal Reserve atau The Fed, secara mengejutkan memangkas suku bunga sebesar 50 basis points (bps) yang merupakan pemotongan suku bunga terbesar yang dilakukan bank sentral Amerika setelah pada 2008. Tercatat, The Fed pernah memangkas suku bunga acuan langsung sebesar 75 bps untuk memberikan stimulus bagi perekonomian.
Muhammad Wafi mengatakan ada investor yang menilai langkah The Fed tersebut cukup berlebihan, yang mencerminkan prlambatan ekonomi akan lebih dalam dari perkiraan semula karena anti virus untuk Covid-19 belum ditemukan, sehingga Amerika menilai perlu dilakukan stimulus untuk mengurangi ketidakpastian meski bersifat sementara.
"Dengan kondisi ini, sebenarnya pasar saham Indonesia diuntungkan karena valuasi harga saham relatif semakin murah," kata Muhammad Wafi dalam keterangan tertulis yang diterima Bareksa, Selasa (9/3).
Belum lagi, ia melanjutkan, rencana sejumlah perusahaan untuk membagikan dividen atas kinerja sepanjang tahun lalu. Dengan melihat beberapa indikator perekonomian, sepanjang tahun ini aktivitas perekonomian diperkirakan masih belum pulih dan bahkan pada kuartal pertama perekonomian domestik diperkirakan lebih lambat akibat serbuan covid-19 yang mengganggu kinerja ekspor dan investasi.
Pergerakan Indeks
Ia menilai, hal tersebut mendorong sejumlah emiten menahan diri untuk melakukan ekspansi bisnis yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan belanja modal yang tidak terlalu besar. Tak ayal, membagikan dividen dengan porsi yang lebih besar menjadi pilihan emiten daripada menahan laba dan menjadikannya sebagai dana idle.
Sejumlah emiten yang cukup rajin membagikan dividen dengan porsi yang cukup besar di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), PT Semen Indonesia (SMGR), PT Bukit Asam (PTBA), PT Jasa Marga (JSMR), dan Perusahaan Gas Negara (PGAS). Sementara itu, dengan adanya serbuan covid -19, saham PT Kalbe Farma (KLBF) dan PT Unilever Indonesia (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur dinilai akan diuntungkan.
"Beberapa perusahaan juga tengah mengkaji rencana untuk melakukan buyback saham di tengah-tengah koreksi yang terjadi saat ini, tentunya ini menjadi sinyal positif untuk menjaga harga saham emiten," ucap Wafi.
Terlebih, ia melanjutkan secara fundamental tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. "Dari sisi domestik karena hingga saat ini suspect corona di Indonesia jumlahnya terbatas dan pemerintah sudah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menjaga sisi suplai dan deman terhadap kebutuhan bahan pokok, sehingga inflasi dapat tetap terjaga," paparnya.
Dengan melihat berbagai faktor di atas, Bahana memperkirakan pergerakan IHSG pada pekan ini masih akan tertekan mengikuti sentimen negatif yang datang dari luar dengan rentang pergerakan indeks dikisaran 5.113 – 5.350.
Peluang Masuk Reksadana
Bareksa mencatat indeks reksadana saham selama setahun hingga 9 Maret 2020 mengalami penurunan hingga sebesar minus 30,77 persen menjadi 3.976.
Sumber : Bareksa
Sebenarnya, penurunan Net Asset Value (NAV) atau yang juga kerap disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada kemarin, tidak hanya terjadi pada reksadana saham tapi juga pada reksadana campuran. Hanya saja, koreksi pada indeks reksadana saham masih jauh lebih besar.
Sumber : Bareksa
Chief Research and Business Development Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari menilai penurunan ini sebagai kesempatan untuk masuk ke instrumen investasi berbasis saham dengan harga yang murah. "IHSG sudah murah sekali, ibarat toko sedang sale (diskon). Kapan lagi bisa membeli saham-saham bluechip dengan harga murah?" ujarnya.
Lantas, produk reksadana apa yang patut dipilih?
Reksadana jenis pasar uang yang stabil untuk pemula dan investor yang ingin menaruh dana jangka pendek. Kemudian, reksadana indeks saham juga bisa jadi pilihan bagi investor agresif dan jangka panjang.
Simak Top Produk Reksadana favorit hasil seleksi tim analis Bareksa di sini. Investor agresif dan jangka panjang juga bisa simak Cara Tenang Sikapi Penurunan Reksadana Saat Pasar Berguncang.
Sekadar mengingatkan, demi kenyamanan berinvestasi pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko kamu.
(hm)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.