Sucorinvest AM : Dampak Kasus Jiwasraya, Virus Corona dan Tips Investasinya
Kasus Jiwasraya dan Asabri berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan
Kasus Jiwasraya dan Asabri berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan
Bareksa.com - Bom waktu masalah keuangan yang melanda PT Asuransi Jiwasraya.(Jiwasraya) dan PT Asabri akhirnya meledak. Masalah dua perusahaan asuransi pelat merah itu berujung gagal bayar kepada nasabahnya.
Kejaksaan Agung menyebutkan ada potensi kerugian negara hingga Rp13,7 triliun yang ditimbulkan dari kasus Jiwasraya. Jaksa telah menetapkan lima tersangka dan juga 13 manajer investasi (MI) yang diduga turut terlibat. Kini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tengah mengaudit pengelolaan investasi Asabri.
Perkembangan terakhir, sekitar 800 sub rekening efek diblokir atas permintaan Kejagung terkait penyidikan kasus mega skandal korupsi Jiwasraya. Jumlah itu bisa berubah, baik tertambah atau berkurang.
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Succor Asset Weekly Insight 27/01/2020
PT Sucorinvest Asset Management dalam laporan Weekly Insight 27/01/2020 menyatakan kasus Jiwasraya dan Asabri berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan dan merusak kepercayaan investor. Namun dampak kasus itu terhadap perekonomian
Indonesia secara keseluruhan belum terlihat secara signifikan.
Berdasarkan laporan berbagai media, penempatan saham Jiwasraya di saham yang likuid (LQ45) hanya mencapai 5 persen dari total 22,4 persen aset keuangannya yang setara Rp5,7 triliun.
Kemudian, aset pada reksadana 55,1 persen atau setara Rp14,9 triliun, hanya 2 persen yang dikelola oleh manajer investasi yang baik. Kasus ini cukup mengakibatkan turunnya volume transaksi bursa, selain itu minimnya sentimen positif dari dalam negeri menekan pergerakan indeks sejak awal tahun 2020.
Sumber : Succor Asset Weekly Insight 27/01/2020
Pertanda Akhir bagi Sektor Batu Bara?
Raksasa keuangan BlackRock Inc, bukan merupakan perusahaan manajer investasi pertama yang mulai condong ke responsible investing. Meski begitu, langkah tersebut memberi pesan yang jelas tentang pandangan akan masa depan energi.
BlackRock Inc yang memiliki aset senilai US$7 triliun akan akan meninggalkan investasi yang memiliki risiko tinggi terhadap sustainability. Hal itu seiring dengan meningkatnya kekhawatiran perubahan. Langkah itu menunjukkan sejumlah inisiatif, yakni membuat sustainability jadi bagian integral dari konstruksi portofolio dan manajemen risiko, keluar dari investasi memiliki risiko tinggi terhadap sustainability seperti produsen batu bara termal, meluncurkan produk investasi baru yang bersih dari industri terkait bahan bakar fosil, serta memperkuat komitmen perusahaan sustainability dan transparansi dalam kegiatan pengelolaan investasinya.
Ditopang Pasar Domestik
Produksi batu bara Indonesia meningkat ke rektor tertinggi pada tahun lalu mencapai 610 juta ton. Seiring dengan itu, tingkat produksi batu bara China dan Rusia yang stabil, meningkatkan risiko oversupply di pasar global. Menghadapi hal ini pemerintah Indonesia berencana mengurangi volume produksi jadi 550 juta ton untuk menjaga stabilitas harga batu bara.
Namun tampaknya implementasi pembatasan produksi ini akan menghadapi kendala melihat kurangnya insentif bagi produsen batu bara. Apabila harga baru bara mampu bertahan stabil di US$65 hingga US$75 per ton, maka produsen batu bara masih dapat mempertahankan tingkat margin menimbang adanya potensi permintaan domestik yang meningkat.
Dengan bertambahnya jumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang akan mulai beroperasi, permintaan domestik untuk kebutuhan pembangkit listrik akan tumbuh sekitar 12 persen pada 2020 dan naik 11 persen pada 2021. Bauran sumber energi PT PLN terdiri dari batu bara, gas, LNG, hydro, geothermal dan lainnya. Batu bara masih akan menjadi sumber energi utama dengan porsi mencapai 65,5 persen. Dalam jangka 2 tahun mendatang, PLTU baru dengan total 8GW akan mulai beroperasi, 6,047 MW di 2020 dan 3,641 MW di 2021.
Sementara itu dari sisi regulasi, memasuki tahun 2020 pemerintah telah menerbitkan beleid terkait domestic market obligation (DMO) dengan porsi yang tetap pada 25 persen dari total produksi dengan batasan harga di level US$70 per ton. Batasan harga ini diperpanjang hingga akhir tahun 2020, sehingga akan berdampak pada potensi keuntungan bagi produsen batu bara apabila harganya menguat tahun ini.
Angka Produksi dan Konsumsi Batu Bara dalam Negeri
Sumber : Succor Asset Weekly Insight 27/01/2020
Dampak Penyebaran Virus Corona
Penyebaran Coronavirus yang telah merenggut puluhan jiwa dan menjangkit ribuan orang mulai menggetarkan aktivitas ekonomi antar negara dan juga menambah daftar ketidakpastian dalam pasar. Investor global bereaksi dengan mengurangi posisi pada regional Asia selain antisipasi jelang libur panjang Imlek.
Dampak wabah paling cepat akan dirasakan sektor pariwisata dengan dibatalkannya beberapa jadwal penerbangan dan kegiatan travel. Selain itu, aktivitas pusat perbelanjaan dan restoran juga berpotensi menurun dengan adanya himbauan dari pemerintah China untuk membatasi kegiatan di ruang publik.
Apa yang Harus Diperhatikan?
Pelaku pasar akan mencermati perkembangan seputar penyebaran virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 2.000 orang (sebagian besar di China) dan telah merenggut 56 jiwa. Virus ini juga telah menyebar ke Amerika Serikat (AS), Thailand, Korea Selatan, Jepang, Australia, Prancis dan Kanada.
Bursa Saham AS kembali mencetak rekor tertinggi memasuki musim pelaporan kinerja kuartal IV 2019 yang akan jadi fokus utama. Sektor teknologi menjadi pendorong terbesar penguatan pasar belakangan ini, melampaui sektor lainnya. Sementara laba kuartal IV S&P500 diperkirkan menurun 0,8 persen, walau pendapatan diperkirakan naik 4,4 persen, sebagaimana perkiraan Refinitiv.
Dari sisi domestik, diawali dengan pelaporan kinerja sektor perbankan kuartal IV yang dirilis cukup baik, seiring dengan itu rupiah kembali menguat sepekan lalu turun merespons langkah BI untuk mempartahanan tingkat suku bunga.
Fokus Produk Sucor AM
Sucorinvest AM menyarankan bagi investor dengan profil risiko hati-hati (konservatif) atau investor yang lebih suka menghindari risiko, maka disarankan untuk mengambil posisi di reksadana pasar uang Sucorinvest Money Market Fund dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund. Langkah itu untuk mengantisipasi fluktuasi pasar di tengah minimnya sentimen positif pada pasar domestik. Sementara marak berbagai isu baru yang muncul sejak awal tahun sejak awal tahun terus menambah kekhawatiran pelaku pasar global.
Investor dengan profil agresif dapat memanfaatkan momen koreksi untuk mengambil posisi atau melakukan switching ke sucorinvest equity fund yang memiliki komposisi saham blue chip cukup tinggi untuk menyambut rally pasar saham menjelang musim pelaporan kinerja keuangan emiten kuartal IV 2019.
Sumber : Succor Asset Weekly Insight 27/01/2020
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.