BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Prospek Obligasi & Reksadana Pendapatan Tetap Pasca Kesepakatan AS-China Fase I

Bareksa17 Desember 2019
Tags:
Prospek Obligasi & Reksadana Pendapatan Tetap Pasca Kesepakatan AS-China Fase I
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kanan tengah) dan Presiden China Xi Jinping (paling kiri) saat makan malam bersama usai pertemuan pemimpin-pemimpin negara G-20 di Buenos Aires, Argentina (01/12/2018). (akun Twitter @WhiteHouse)

Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu

Bareksa.com - Beberapa waktu lalu, investasi reksadana banyak mendapat sorotan akibat beberapa produk yang dikeluarkan Manajer Investasi (MI) yang berbasis saham diketahui kinerjanya ambrol hingga 50 persen, karena kasus gagal bayar.

Bulan November pada tahun ini sepertinya bukan waktu yang bersahabat untuk reksadana, khususnya yang memiliki asset underlying saham. Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham tercatat anjlok 9,44 persen sepanjang bulan November 2019, indeks reksadana campuran pada periode yang sama juga ikut tergerus 3,71 persen.

Illustration
Sumber: Bareksa

Promo Terbaru di Bareksa

Sementara itu, indeks reksadana pasar uang dan indeks reksadana pendapatan tetap masih mampu mencatatkan imbal hasil positif sepanjang bulan lalu dengan masing-masing kenaikan 0,27 persen dan 0,07 persen.

Perdagangan saham di bursa telah memasuki pertengahan bulan Desember, bulan yang akran dengan fenomena window dressing. Sejauh ini gejala-gejala yang terlihat menunjukkan adanya pergerakan ke arah tersebut, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pekan kedua bulan Desember tumbuh positif 3,08 persen ke level 6.197.

Wajar Jika IHSG mengalami penguatan awal bulan ini, mengingat selama bulan November bursa saham domestik sudah mengalami koreksi cukup dalam, yakni sebesar 3,48 persen. Hal tersebut membuat valuasi harga-harga saham unggulan (saham blue chips) di bursa menjadi semakin murah sehingga menggiurkan untuk target investasi, maupun menjadi sasaran window dressing.

Di sisi lain, obligasi pemerintah juga berpotensi masih akan mengalami penurunan imbal hasil (yield) khususnya seri benchmark bertenor 10 tahun akibat kondisi global yang membaik. Sentimen positif tersebut utamanya datang dari hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang membaik.

Menjelang akhir pekan kemarin, AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Sebagai informasi, nilai produk impor asal Negeri Tirai Bambu yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump juga mengatakan bahwa bea masuk bagi senilai US$120 miliar produk impor asal China yang sebesar 15 persen nantinya akan dipangkas menjadi 7,5 persen saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sejatinya disiapkan guna membalas bea masuk dari Negeri Paman Sam pada hari Ahad.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS dengan China juga akan membereskan komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan AS.

Hal ini berpotensi membuat investor global berani memburu aset-aset berisiko termasuk Obligasi Pemerintah di negara berkembang sehingga membuat harganya naik dan yield menjadi turun. Mengutip data IBPA pada Senin (16/12/2019), yield seri FR0078 bertenor 10 tahun berada di level 7,2647 persen.

Pergerakan harga dan yield obligasi di pasar sekunder saling bertolak belakang, ketika harga naik maka yield akan bergerak turun, begitupun sebaliknya. Namun, yield merupakan acuan hasil investasi obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Dengan potensi harga obligasi yang masih bergerak naik, hal tersebut merupakan sentimen positif bagi kinerja reksadana pendapatan tetap yang sejauh ini masih menjadi yang terbaik dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/AM)

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua