Bareksa.com - Dalam menentukan suatu pilihan jenis reksadana yang Anda ingin beli, ada berbagai macam acuan yang dapat membantu agar menemukan pilihan reksadana yang sesuai dengan karakter risiko pribadi Anda.
Apakah Anda merasa tergolong investor yang agresif, moderat, atau cenderung konservatif?
Ada satu acuan ukuran yang cocok untuk membantu memastikan Anda tidak salah pilih, yaitu dengan cara mengelompokan reksadana berdasarkan nilai beta. Bila Anda tipe investor agresif, maka Anda memilih dari kelompok reksadana dengan nilai beta yang tinggi.
Sebagai informasi, beta merupakan suatu risiko sistematis (risiko pasar) yang mencerminkan fluktuasi pergerakan dari suatu instrumen investasi, termasuk reksadana. Risiko pasar itu sendiri merupakan suatu risiko yang tidak bisa dihindari atau dihilangkan karena berasal dari pergerakan pasar.
Jika nilai beta lebih dari 1, mengindikasikan bahwa nilai reksadana tersebut bergerak dengan volatilitas lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara jika nilai beta kurang dari 1, mengindikasikan bahwa nilai reksadana tersebut bergerak dengan volatilitas lebih rendah dari IHSG.
Sebagai contoh, angka beta 1,2 menandakan reksadana tersebut volatilitasnya lebih besar 20 persen daripada IHSG. Jadi saat IHSG bergerak naik 1 persen, reksadana tersebut diperkirakan akan naik 1,2 persen. Demikian pula sebaliknya saat IHSG turun.
Untuk memahami hal ini, mari kita gunakan contoh dari dua jenis reksadana, yaitu reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Reksadana pendapatan tetap mayoritas portofolionya adalah obligasi. Sementara itu, reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham.
Sumber: NAB harian, diolah Bareksa
Berdasarkan tabel tersebut, reksadana pendapatan tetap Syailendra Fixed Income Fund telah mencatat return 5 tahun 46,56 persen. Di sisi lain, reksadana ini memiliki nilai beta 0,086. Benchmark atau acuan dalam beta reksadana pendapatan tetap adalah suku bunga acuan dan pergerakan indeks reksadana pendapatan tetap.
Ketika benchmark bergerak naik 1 persen, maka reksadana tersebut diperkirakan akan bergerak naik 0,086 persen dan begitupun sebaliknya. Nilai beta kurang dari 1 menandakan semakin rendah pengaruh fluktuasi benchmark terhadap nilai reksadana.
Adapun reksadana saham Sucorinvest Equity Fund mencatat return 85,39 persen dalam waktu 5 tahun. Reksadana ini memiliki nilai beta 0,9 dan benchmark untuk reksadana ini adalah IHSG.
Ketika benchmark-nya bergerak naik 1 persen, maka reksadana tersebut diperkirakan akan bergerak naik 0,9 persen dan begitupun sebaliknya. Nilai beta kurang dari 1 menandakan semakin rendah pengaruh fluktuasi benchmark terhadap nilai reksadana.
Dari kedua contoh di atas, dapat disimpulkan jika risiko tinggi (beta) berbanding lurus dengan return yang akan didapat. Hal tersebut terlihat dari adanya perbedaan return 5 tahun, yakni 85,39 persen untuk reksadana saham dan 46,56 persen untuk reksadana pendapatan tetap. Return tinggi didapat oleh reksadana dengan beta yang lebih tinggi.
Maka sudah dapat dipastikan jika semakin besar risiko suatu investasi, maka semakin besar pula return-nya. Seperti yang diketahui, tingginya risiko reksadana juga bergantung dari jenis reksadana. Reksadana saham memiliki tingkat risiko paling tinggi karena alokasi mayoritas asetnya dialokasikan pada instrumen saham yang pergerakannya sangat fluktuatif.
Sementara reksadana pendapatan tetap memiliki tingkat risiko di bawah reksadana saham karena memiliki instrumen obligasi dalam portofolio reksadana tersebut.
Reksadana ialah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana juga diartikan, sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi.
Sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Reksadana memberikan imbal hasil (return) dari pertumbuhan nilai aset-aset yang ada dalam portofolionya. Imbal hasil ini potensinya lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau tabungan bank.
Sebaiknya, jenis reksadana yang dipilih bisa disesuaikan dengan karakter kita apakah seorang high-risk taker, medium-risk taker atau low-risk taker. Jika kita kurang berani untuk mengambil risiko rugi, bisa memilih reksadana pasar uang.
Namun, jika kita cukup berani tapi masih jaga-jaga untuk tidak terlalu rugi, bisa coba fixed income (reksadana pendapatan tetap) atau balanced (reksadana campuran). Sementara jika kita cukup berani ambil risiko, bisa berinvestasi di reksadana saham (equity).
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.