Berita Hari Ini: Omnibus Law Dongkrak Emiten, DPK Bank Masih Terbatas
OJK Atur Distribusi Insurtech, Tingkatkan Integritas, SMRA Raup Rp3,9 Triliun
OJK Atur Distribusi Insurtech, Tingkatkan Integritas, SMRA Raup Rp3,9 Triliun
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 6 Desember 2019 :
Emiten
Penerapan omnibus law diprediksi mampu mendongkrak kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Investor Daily menyebutkan, sebab undang-undang (UU) 'sapu jagat' itu memuat insentif penurunan pajak penghasilan (PPh) badan, penghapusan pajak dividen, dan pemangkasan birokrasi investasi. Omnibus law juga akan mendorong semakin banyak perusahaan melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Berdasarkan kalkulasi CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, omnibus law (payung hukum yang menggabungkan revisi sejumlah aturan dalam satu undang-undang baru), dapat menambah pertumbuhan laba bersih emiten sebesar 3 persen pada 2021 dan 2 persen pada 2023. Omnibus law bakal dibahas pemerintah dan DPR pada Januari 2020 serta ditargetkan rampung pada April tahun depan, juga akan merangsang pemodal memburu saham-saham yang menawarkan dividen besar. Ini akan menggairahkan transaksi perdagangan saham di bursa domestik.
Promo Terbaru di Bareksa
Perbankan
Rasio dana murah masyarakat yag dikelola perbankan belum menunjukkan tren kenaikan, meski suku bunga acuan sudah turun hingga 100 basis points (bps) hingga November 2019. Demikian disebutkan Bisnis Indonesia pada hari ini, Jumat (6/12).
Lebih lanjut, berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rasio dana murah (current account saving account/CASA) perbankan hingga Oktober 2019 ada di angka 54,53 persen. Rasio ini turun di bandingkan September 2019 yang sebesar 55,04 persen. Rasio CASA pada Oktober 2019, ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama 2018, yakni 55,07 persen.
Turunnya rasio dana murah disebabkan oleh pertumbuhan dana mahal dari deposito yang relatif lebih tinggi. Kendati sama-sama melambat, laju pertumbuhan deposito secara umum masih lebih cepat ketimbang CASA, yakni tabungan dan giro.
OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atur distribusi insurtech, demikian disebutkan Bisnis Indonesia pada hari ini. Regulator mulai fokus mengatur model distribusi insurtech guna memastikan adanya keadilan antar pemain.
Direktur Hukum II OJK, Endan Sujati mengatakan terdapat tiga model distribusi yang dapat diterapkan oleh insurtech. Pertama, digital insurance broker, agar level playing field tetap terjaga di antara insurtech di tengah penawaran layanan asuransi yang beragam.
Kedua, agregator, agar peran masing-masing baik digital insurance broker dan agregator jelas dan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Ketiga, kerja sama marketplace dengan broker untuk melindungi kepentingan calon tertanggung karena marketplace menjual produk asuransi dari beberapa perusahaan asuransi.
"Tetapi ini masih dalam kajian. Nanti pastinya dalam bentuk peraturan OJK (POJK). Kami belum bisa jawab (apakah) 1-2 tahun. Tergantung kebutuhan industri," ujarnya, Kamis (5/12).
BUMN
Kementerian BUMN akan meningkatkan integrotas dan tata kelola BUMN. Terkait hal itu, Kompas pada hari ini menyebutkan, langkah itu di antaranya dimulai dengan pemberhentian Direktur Utama Garuda Indonesia.
Upaya penyelundupan motor Harley Davidson bekas dan sepeda Brompton, yang diangkut dengan Airbus A330-900neo Garuda Indonesia dari Perancis dengan nomor penerbangan GA9721, ditenggarai terjadi secara terstruktur dan terencana di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Kasus ini mencoreng integritas tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berdasarkan laporan dari Komite Audit dan Dewan Komisaris Garuda Indonesia, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan upaya penyelundupan tersebut tak hanya menyangkut satu individu. "Saya sedih. Kami ingin membangun citra dan kinerja BUMN tetapi oknum di dalamnya tidak siap. Namun integritas dan good corporate governance harus ditingkatkan. Saya akan berhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia," kata Erick, Kamis (5/12), dalam jumpa pers di Jakarta.
SMRA
Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk hampir menembus target marketing sales senilai Rp4 triliun pada tahun ini. Sekretaris Perusahaan Jemmy Kusnadi, di dalam Bisnis Indonesia pada hari ini, mengatakan bahwa sampai dengan akhir November 2019, emiten berkode saham SMRA itu telah membukukan marketing sales Rp3,9 triliun. Jumlah itu, naik 27,86 persen atau Rp855 miliar dari realisasi pada Agustus 2019 senilai Rp3,05 triliun.
"Marketing sales kami sudah mencapai Rp3,9 triliun per 30 November 2019," katanya kepada Bisnis, Kamis (5/12). Menurutnya, rerata penjualan berasal dari proyek perumahan di Serpong setidaknya menyumbang sekitar Rp1,55 triliun atau 39,74 persen dari total marketing sales saat ini. Sementara itu, sisanya diperoleh dari pemasaran proyek township di Kelapa Gading, Bekasi, Karawang, Bandung, dan Makassar.
(hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.