Bunga BI Turun Dorong Yield Obligasi, Ini Prospek Kinerja Reksadana Terproteksi
Sejak awal tahun hingga Jumat (27/9) indeks Indonesia Composite Bond Index tercatat naik 10,56 persen
Sejak awal tahun hingga Jumat (27/9) indeks Indonesia Composite Bond Index tercatat naik 10,56 persen
Bareksa.com - Tren penurunan suku bunga dalam beberapa waktu terakhir memberi angin segar bagi produk reksadana yang memiliki aset obligasi. Termasuk, produk reksadana terproteksi yang meluncur di sepanjang tahun ini.
Kinerja investasi obligasi di tahun ini naik cukup tinggi. Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), sejak awal tahun hingga Jumat (27/09/2019) indeks Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tercatat naik 10,56 persen year to date (YtD).
Adapun imbal hasil obligasi negara tercatat mencapai 10,55 persen YtD di periode yang sama. Sedangkan, imbal hasil obligasi korporasi sekitar 10,57 persen YtD.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada dasarnya, prospek semua reksadana dengan aset dasar obligasi seharusnya positif dengan adanya sentimen penurunan suku bunga. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kondisi dalam negeri, apakah ikut terkena gelombang resesi global atau tidak.
Sebagaimana diketahui, saat ini ketidakpastian ekonomi global semakin mengkhawatirkan dan bukan tidak mungkin bisa menyeret Indonesia mengalami resesi di satu tahun hingga 1,5 tahun ke depan.
Apalagi, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China masih berlangsung. Jika terjadi resesi, investor akan menghindari pasar keuangan, sehingga harga obligasi di pasar (terutama obligasi durasi panjang) akan turun dan sentimen penurunan suku bunga jadi tidak berpengaruh.
Untuk diketahui, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 bps menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility 25 bps menjadi 4,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 25 bps menjadi 6 persen.
Pemangkasan suku bunga ini merupakan ketiga kali sepanjang 2019, sejak BI menurunkan BI7DRR dari 6 persen jadi 5,75 persen pada Juli 2019, kemudian turun jadi 5,75 persen pada Agustus 2019. Pemangkasan suku bunga dilakukan BI dalam tiga bulan berturut-turut.
Minat Investor
Di sisi lain, minat investor reksadana kepada reksadana terproteksi diperkirakan masih akan besar. Alasannya, imbal hasil reksadana terproteksi masih lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito.
Hanya saja,akan ada tantangan bagi reksadana terproteksi. Pasalnya pajak reksadana terproteksi akan naik dari yang sebelumnya 5 persen ke level 10 persen di tahun 2021.
Kemudian investor domestik masih menjadikan reksadana terproteksi sebagai instrumen favorit karena menjanjikan imbal hasil yang pasti.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksadana terproteksi di sepanjang tahun ini terus mencatatkan pertumbuhan. Sepanjang delapan bulan tahun ini, dana kelolaan reksadana terproteksi sudah naik Rp5,67 triliun, pada akhir tahun lalu Rp132,32 triliun, dan per Agustus 2019 sudah menjadi Rp137,99 triliun.
Kinerja Optimal
Dari sisi kinerja, agar dapat menawarkan imbal hasil yang optimal, manajer investasi dapat mengambil strategi dengan memperbesar porsi surat utang negara dalam meracik reksadana terproteksi. Terkait tenor, obligasi tenor menengah dapat dipilih agar menghindari guncangan jika terjadi resesi.
Sementara, terkait dengan obligasi korporasi, kriteria yang bisa dipilih yakni obligasi korporasi memiliki yield tinggi serta mendapat rating investment grade.
Meski kinerja pasar obligasi cenderung naik, dengan penurunan suku bunga, para manajer investasi diprediksi akan sulit mencari aset obligasi baru yang menawarkan imbal hasil tinggi.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui Reksa Dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui Reksa Dana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.