IHSG Memble Pekan Lalu, 3 Reksadana Saham Ini Tetap Untung

Bareksa • 23 Sep 2019

an image
Ilustrasi investor trader pialang fund manager pria pemuda duduk di depan laptop gadget bingung serius memikirkan keuntungan dari hasil investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara sukuk surat utang pemerintah korporasi

Sentimen domestik dan global menekan kinerja pasar saham Indonesia

Bareksa.com – Mengakhiri pekan ketiga di bulan September 2019, kinerja pasar saham Indonesia terlihat mengecewakan seiring sentimen yang datang dari dalam dan luar negeri. Meskipun demikian, masih ada investasi berbasis saham seperti reksadana saham yang mampu bertahan di tengah tekanan pasar ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Indonesia, tercatat melemah 1,63 persen secara mingguan ke level 6.231,47 pada penutupan perdagangan Jumat (20/09/2019). Sentimen negatif yang terus-menerus menyerang membuat pelaku pasar melepas saham dan obligasi di tanah air, beserta juga rupiah.

Sentimen Domestik & Global

IHSG ambruk pada pekan lalu seiring dengan tekanan begitu besar yang melanda saham-saham emiten produsen rokok. Sepanjang pekan lalu, harga saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) ambruk hingga 16,1 persen, sementara harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) anjlok 20,6 persen.

Saham-saham emiten produsen rokok dilego pelaku pasar seiring dengan keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 23 persen mulai Januari 2020.

Masih dari dalam negeri, tekanan bagi rupiah datang dari rilis data perdagangan internasional periode Agustus 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sepanjang bulan Agustus, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh 9,99 persen secara tahunan (year on year/YoY), lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 5,7 persen saja.

Sementara itu, impor terkontraksi sebesar 15,6 persen, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 11,295 persen. Alhasil, neraca dagang hanya membukukan surplus sebesar US$ 85 juta, jauh lebih kecil dari proyeksi yang sebesar US$ 146 juta. Hal ini membuat pelaku pasar khawatir bahwa defisit transaksi berjalan/currenct account deficit (CAD) akan terus bengkak di kuartal III-2019.

Dari sisi eksternal, sentimen negatif bagi pasar keuangan Tanah Air datang dari hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada Kamis dini hari waktu Indonesia (19 September 2019), The Fed mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke rentang 1,75 persen-2 persen, menandai pemangkasan kedua di tahun ini pasca sebelumnya The Fed juga mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli.

Adalah nada hawkish yang dilontarkan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed pada saat konferensi pers yang membuat pelaku pasar kecewa. Nada hawkish tersebut menepis ekspetasi pelaku pasar bahwa masih akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan lagi hingga akhir tahun.

Memang, walau ada nada hawkish yang dilontarkan oleh The Fed, nyatanya Bank Indonesia (BI) tetap berani untuk mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Pasca menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari Rabu dan Kamis 18-19 September 2019, BI memutuskan untuk memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps, dari 5,5 persen menjadi 5,25 persen.

Kinerja Reksadana Saham

Di tengah kondisi bursa saham domestik yang mengalami tekanan, kinerja reksadana saham ikut terseret dengan mencatatkan kinerja negatif seperti IHSG. Indeks reksadana saham terpangkas 1,62 persen, dan indeks reksadana saham syariah turun 1,37 persen dalam periode yang sama.

Sumber: Bareksa

Namun di tengah kondisi indeks reksadana saham yang kurang menarik, tercatat masih ada beberapa produk reksadana saham yang dijual di marketplace investasi Bareksa yang mampu membukukan kinerja positif sepanjang pekan lalu, dan berhasil mengungguli kinerja ketiga tolok ukur (benchmark) tersebut. Berikut ulasannya.

Sucorinvest Sharia Equity Fund

Reksadana saham yang menjadi juara sepanjang pekan lalu diraih oleh Sucorinvest Sharia Equity Fund dengan kenaikan 1,21 persen.

Sumber: Bareksa

Sucorinvest Sharia Equity Fund bertujuan untuk mengoptimalkan tingkat keuntungan dalam jangka panjang pada saham berbasis syariah dengan melakukan investasi minimum 25% dari Net Asset Value (NAV) diinvestasikan pada saham-saham berkapitalisasi kecil – menengah yang memiliki pertumbuhan bisnis yang baik.

Produk yang dikelola oleh PT Sucorinvest Asset Management ini, hingga Agustus 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp179,30 miliar.

Sucorinvest Sharia Equity Fund dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100 ribu. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 8 November 2013 ini bekerja sama dengan bank kustodian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Pratama Syariah

Reksadana saham terbaik nomor dua pekan lalu diraih oleh Pratama Syariah dengan kenaikan 0,71 persen.

Sumber: Bareksa

Pratama Syariah bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi jangka panjang yang optimal dan dapat memberikan pendapatan yang tinggi melalui penempatan dana pada mayoritas Efek Syariah bersifat ekuitas, serta penempatan pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri, sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Produk yang dikelola oleh PT Pratama Capital Assets Management ini, hingga Agustus 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp42,86 miliar.

Pratama Syariah dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp500 ribu. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 10 Desember 2014 ini bekerja sama dengan bank kustodian Deutsche Bank AG.

Batavia Dana Saham Syariah

Reksadana saham terbaik nomor tiga pekan lalu diraih oleh Batavia Dana Saham Syariah dengan kenaikan 0,33 persen.

Sumber: Bareksa

Batavia Dana Saham Syariah bertujuan untuk mendapatkan kenaikan modal dalam jangka panjang dengan berinvestasi pada saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah

Produk yang dikelola oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen ini, hingga Agustus 2019 memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) senilai Rp140,39 miliar.

Batavia Dana Saham Syariah dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100 ribu. Reksadana saham yang diluncurkan sejak 19 Juli 2007 ini bekerja sama dengan bank kustodian Deutsche Bank AG.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.