Tiga Perbedaan antara Reksadana Dolar AS dengan Rupiah
Pakteknya, di Indonesia baru ada dua yang digunakan yaitu rupiah dan dolar AS
Pakteknya, di Indonesia baru ada dua yang digunakan yaitu rupiah dan dolar AS
Bareksa.com - Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengatur tentang pedoman Kontrak Investasi Kolektif, mata uang yang diperbolehkan untuk suatu reksadana ada 3 yaitu rupiah, dolar Amerika Serikat (AS) dan euro.
Namun dalam prakteknya, baru ada dua yang digunakan yaitu rupiah dan dolar AS. Jadi Manajer Investasi bisa menggunakan mata uang rupiah ataupun dolar AS dalam mata uang yang dibentuknya.
Berdasarkan jenisnya, praktis, tidak ada perbedaan antara reksadana dengan mata uang rupiah dan dolar AS. Artinya jika ada reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, saham, terproteksi, dengan mata uang rupiah, maka diperbolehkan membuat jenis reksadana yang sama dengan mata uang dolar AS.
Jadi ada reksadana pasar uang dolar AS, pendapatan tetap dolar AS, campuran dolar AS, saham dolar AS dan terproteksi dolar AS. Meski belum terlalu banyak, jumlah reksadana ini terus bertambah dari tahun ke tahun.
Jenis reksadana ini semakin mendapat minat dari masyarakat karena digunakan untuk tujuan keuangan yang membutuhkan mata uang dolar AS seperti pendidikan anak di luar negeri dan mengembangkan kekayaan investor berbentuk dolar AS.
Meski secara jenis sama, namun ada beberapa perbedaan yang wajib investor cermati, antara lain :
1. Harga Reksadana
Satu hal yang mendasar membedakan reksadana berbasis rupiah dengan dolar AS adalah nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB per UP) atau harga reksadana yakni harga awal reksadana tersebut. Jika reksadana rupiah selalu dimulai dari Rp1.000, maka reksadana dolar AS selalu dimulai dari US$1.
Perbedaan lain adalah pada jumlah angka di belakang koma. Pada umumnya, harga reksadana rupiah menggunakan 2 hingga 4 angka di belakang koma, tapi untuk reksadana dolar AS dipastikan minimal menggunakan 4 angka di belakang koma.
2. Biaya Transfer Dana
Pembelian reksadana, baik itu dalam rupiah atau dolar AS harus menggunakan cara transfer dari rekening tabungan atas nama sendiri. Meski begitu, rekening tabungan dolar AS belum terlalu banyak dikenal masyarakat. Selain tidak semua bank memiliki fasilitas tabungan dolar AS, nilai nominal pembukaannya juga tidak kecil.
Kemudian yang paling memberatkan adalah biaya transfer dolar AS apabila dilakukan melalui bank yang berbeda. Sebab berbeda dengan transfer menggunakan mata uang rupiah, transfer menggunakan mata uang dolar AS akan dikenakan berbagai biaya, mulai dari biaya komisi bank pengirim, biaya bank koresponden, biaya same day (agar uang diterima pada hari yang sama) dan biaya full amount (agar nominal yang diterima sesuai dengan yang dituliskan).
Total dari biaya-biaya di atas bisa mencapai puluhan hingga ratusan dolar AS tergantung nominal transaksi yang dijalankan. Untuk meminimalkan biaya tersebut, sebaiknya menggunakan rekening tabungan dolar di bank yang sama dengan bank kustodian reksadana karena hanya akan dikenakan biaya pindah buku saja jika ada.
3. Risiko Nilai Tukar
Sesuai dengan peraturan OJK, ketentuan instrumen investasi yang diperbolehkan bagi reksadana USD adalah pasar uang, obligasi dan saham. Kemudian dari 100 persen dana yang dimiliki, maksimum yang boleh diinvestasikan luar negeri adalah 15 persen, dengan kata lain minimum 85 persen harus ditempatkan pada instrumen investasi dalam negeri.
Untuk pasar uang dan obligasi, pada dasarnya tidak ada kendala yang terlalu besar karena manajer investasi bisa menempatkannya pada giro, deposito dan obligasi dengan mata uang dolar AS.
Obligasi dolar AS tersebut umumnya diterbitkan oleh pemerintah dan korporasi yang membutuhkan pendanaan dalam bentuk dolar AS. Obligasi tersebut diterbitkan dalam nominal dolar AS, membayar bunga dalam dolar dan ketika jatuh tempo juga dikembalikan dalam mata uang dolar AS.
Untuk reksadana saham, karena tidak tersedianya saham dalam mata uang dolar AS dan investasi ke luar negeri dibatasi maksimum 15 persen, maka umumnya manajer investasi akan menempatkannya pada instrumen saham berbasis rupiah.
Perbedaan antara mata uang instrumen yang dibeli dengan mata uang reksadana akan menyebabkan timbulnya risiko kurs pada reksadana tersebut. Sebagai contoh, seorang investor menempatkan 10.000 dollar AS pada reksadana ketika kurs Rp 10.000/dollar AS atau setara Rp 100 juta.
Manajer Investasi kemudian menggunakan uang tersebut untuk membeli saham dengan harga Rp10.000/lembar, atau diperoleh 100.000 lembar. Satu tahun kemudian, harga saham naik menjadi Rp 12.000 atau 20 persen. Namun nilai tukar kurs juga naik menjadi Rp13.000 per dollar AS.
Maka nilai investasi milik investor adalah Rp12.000 dikali 100.000 lembar menjadi Rp120 juta. Kemudian dikurskan ke USD yaitu Rp120 juta dibagi 13.000 = 9.230 dollar AS atau turun 770 dollar AS dari nilai investasi awal.
Sebaliknya, dalam skenario lain misalkan setelah satu tahun harga saham naik menjadi Rp 12.000 atau 20 persen dan nilai tukar kurs menjadi Rp 9.000/dollar AS. Maka nilai investasi akan sebagai berikut Rp 12.000 dikali 100.000 lembar = Rp 120 juta. Kemudian dikurs ke USD yaitu Rp 120 juta dibagi 9.000 = 13.333 dollar AS ataunaik 3.333 dollar AS dari nilai investasi awal.
Dengan kata lain, risiko kurs adalah ibarat pedang bermata dua. Ketika kurs USD menguat terhadap Rupiah, maka akan membuat kinerja reksadana berkurang. Sebaliknya Kurs USD melemah terhadap Rupiah, maka reksadanaakan mendapatkan keuntungan ganda dari kenaikan harga saham dan kurs.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.